ia melihat senja itu dengan matanya sendiri,
ia rasakan angin malam yang mulai bedatangan untuk mengencani bumi
dengan sentuhannya, penuhi keretakan buah merah muda.
sorakan rerumputan terkadang pro padanya, namun tak selamanya.
saat daun itu kan terbang bersama angin mencapai pundak langit,
menyentuhnya, merasakan tetesan embun diawan
guntur nampak secara tiba-tiba, tunjukan kilatan yang menggaris dilekuk tubuhnya.
gemuruh menderu, menembus dasar laut biru.
daun itu terdiam. tetap kokoh berpegang pada dahan yang rapuh.
tak peduli, akan hantaran guntur
tak ingkari keteguhan, ia kokoh.
tak dengarkan gemuruh, yang kan buatnya tuli.
yang kan buat ia takkan menyapa burung dipagi hari.
menyapa bunga dikala mekar.
memuram merasa aneh kala guntur melihat daun itu.
ia baru menyadari,
daun yang rapuh, takkan pernah membenci apapun.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar