Rabu, 01 Februari 2012

menyusuri deburan dawai pantai
membekas pijakkan, dipasir basah nan lembut.
kumang-kumang berlarian menuju daratan berharap ia makan dimalam ini
sebaliknya dengan anak penyu itu, ia berlari menuju lautan berharap temukan kehidupan
para camar mengibas sayapnya membuat bayang, di biru lautan,
pohon kelapa yang bertetanggaan seolah bersedia menampung bebanku, sejenak bertengger dipinggir pantai.
nada pantai teralun lewat deburannya, seolah ia beri aku secangkir hangatnya kedamaian
seolah lupa akan masa lalu yang kelam, serta luka yang sejak dari tadi taburkan darah setetes demi setetes
mentari tersenyum pada bunga yang kesepian, simbol ia kan pulang.
langit pun berganti layar, bak pagelaran di gedung-gedung kesenian.
lampu-lampu kota menyala satu demi satu, langit pun tak lupa beri nyalakan lampu terindah yang pernah ada.
bulan pun datang tuk temani dinginnya malam. gaun yang tutupi keelokkan tubuhnya,
sangat cantik ia kenakan dimalam ini, nampak terang.
diperapian ini ku masih menunggu, sejak tadi pun ke masih menunggu.
balasan surat yang selalu kutitipkan pada lautan.
berharap kan ada kabar yang mengembangkan senyuman.
dimalam ini aku tetap menunggu, tak peduli seberapa banyak darah yang telah terbuang.
tak peduli masa yang kelam, tak peduli hingga kapan,
esok fajar aku tetap menunggu.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar