01-05-2011 (anakmu tersayang)
Bunda ku tahu ini semua berat untukmu. Ku tahu menjalani semua ini tak semudah membalikan telapak tangan. Ku tahu bunda semua ini butuh perjuangan. Ku tahu bunda kau pasti lelah menghadapi ini. Bunda sungguh ku ingin usap peluhmu yang menetes diwajahmu. Bunda sungguh ingin kugantikan posisimu olehku. Namun apa yang ku bisa diumur 15 tahun? Ku tahu bunda ku hanya bisa membantumu membereskan rumah. Namun bunda setiap melihat itu semua. Seakan ingin ku berteriak dan berkata “bunda sudah cukup. Ku tak ingin melihat kau seperti ini. Ku ingin bunda istirahat tak bekerja lagi.” Namun ku juga tahu bunda kau lakukan ini untuk aku. Untuk masa depanku.
Memang berat bunda. 3 tahun sudah kita lalui tanpa ayah. Sejak kejadian itu. Kau benar-benar bangkit. Seluruh tenaga kau kerahkan. Terkadang ku tak ingin melihat juga mendengar semua itu. Bunda ku ingin kau duduk, istirahat tak lakukan sesuatu yang akan membuatmu letih.
Bunda setiap kali ku dengar dari ibu-ibu dekat rumah. Mereka selalu bilang “bundamu adalah seorang wonder woman, dia seorang yang tegar, dia seorang yang kuat, dia seorang yang benar-benar sempurna.” Mendengar semua itu ku benar-benar bangga padamu bunda.
Dalam sujudku ku berdoa teruntuk bunda tercinta. Tuhan jagalah, sayangilah, lindungilah, bundaku tercinta. Tuhan ku mohon jangan buat ia menangis jangan buat ia meneteskan air mata walau hanya setetes. Tuhan ku mohon tetapkanlah ia tuk selalu dengan aku. Izinkan aku untuk membalas apa yang telah ia berikan padaku walau pun dengan cara apapun ku takkan bisa menyaingi pengorbananya. Tuhan izinkan aku untuk membuatnya tersenyum sepanjang hayatnya. Tuhan ku cinta bunda. Ku amat mencintainya. Ku mohon jangan kau ambil dia. seperti yang telah kau lakukan pada ayah. Izinkan aku tuk menggapai masa depan yang indah bersama bunda dan ingin ku persembahkan untuknya seorang. ku ingin aku selalu berada disampingnya. Tuhan ku mohon berikan kebahagiaan untukku dan untuk bunda.
Suatu hari kau pulang dengan wajah murung, terlihat lemah, letih, lesu, tak ada senyum terpancar diwajahnya. Beribu Tanya menerpa “ada apa dengan bidadariku tercinta? Apa yang telah terjadi pada bunda?”. Ku coba tanyakan bunda hanya menjawab sakit yang ringan. Namun makin hari, makin memburuk. Sampai akhirnya kau benar-benar sakit. Ku cemas, gelisah, ku tak sanggup melihat bunda yang selalu giat bekerja kini hanya tertidur diatas kasur, terselimuti selimut hangat. Saat itu juga, ku tak ingin buat bunda makin cemas. Ku selalu menampilkan wajah yang amat ceria supaya ia tidak berfikir apa-apa sehingga bisa cepat sembuh. Meski sebenarnya ada masalah dalam pendaftaranku masuk SMA.
Ku jaga ia, hingga ku tak ingin meninggalkannya. Semua pekerjaan rumah kulakukan dengan bantuan adikku juga. Untuk bunda, demi bunda ku akan lakukan apapun. Hujan yang sangat besar dengan petir yang sangat kencang pun. Bukan halangan bagiku untuk menuruti perintah ibu. Aku harus membeli obat untuk ibu!!!! Meski ibu mencegah,melarang dengan keras. Namun aku tetap kukuh. Dalam jiwaku berkata “IBU HARUS MINUM OBAT.” Memang penyakit tak disembuhkan oleh obat. Tetapi oleh yang maha kuasa ALLOH S.W.T. obat mungkin hanya perantara dan sebagai usaha yang dilakukan manusia agar sembuh. Dan itu usaha yang ku lakukan agar ibu sembuh. Dalam hati ku berkata “bunda maafkan anakmu, tetapi anakmu ini hanya ingin membelikan obat untukmu takkan pergi main-main.” Karena hujan yang amat deras. Kuputuskan untuk berteduh sebentar. Untuk mengamankan handphone yang kusimpan disaku sebelah kiri. Seorang kakak-kakak berkata ketika ku akan pergi. “hati-hati ya.” Aku hanya tersenyum. Aku lega ada seseorang yang mendoakan aku. Lagian tujuanku kan baik. Bukan main. Ku pulang dengan baju yang benar-benar basah kuyup, kedinginan, bibir yang ungu. Bunda menyambutku dengan cemas. Tapi aku malah tersenyum karena aku bahagia ku dapat belikan bunda obat. Kedinginan, baju basah kuyup, bibir ungu, terobati semua dengan melihat wajah sang bidadari.
Subhanalloh. Tuhan sungguh ku bersyukur sangat sangat sangat bersyukur kau berikan padaku bunda yang begitu hebat, sempurna, dia amat sempurna. Bagaikan bidadari masuk gubuk yang sederhana. Senyumnya takkan terbeli takkan didapatkan disembarang tempat. Hanya disini di gubuk sederhana yang penuh dengan cinta dan kasih sayang darinya. Aku benar-benar bangga padanya. Bunda ku amat mencintaimu. Ku cinta kau ku sayang engkau. Takkan pernah pudar sayang dan cinta ini walau tertelan masa. I love you bunda. Kelak besar nanti ku ingin seperti kau untuk anakku, dan suamiku kelak.
Bunda ku tahu ini semua berat untukmu. Ku tahu menjalani semua ini tak semudah membalikan telapak tangan. Ku tahu bunda semua ini butuh perjuangan. Ku tahu bunda kau pasti lelah menghadapi ini. Bunda sungguh ku ingin usap peluhmu yang menetes diwajahmu. Bunda sungguh ingin kugantikan posisimu olehku. Namun apa yang ku bisa diumur 15 tahun? Ku tahu bunda ku hanya bisa membantumu membereskan rumah. Namun bunda setiap melihat itu semua. Seakan ingin ku berteriak dan berkata “bunda sudah cukup. Ku tak ingin melihat kau seperti ini. Ku ingin bunda istirahat tak bekerja lagi.” Namun ku juga tahu bunda kau lakukan ini untuk aku. Untuk masa depanku.
Memang berat bunda. 3 tahun sudah kita lalui tanpa ayah. Sejak kejadian itu. Kau benar-benar bangkit. Seluruh tenaga kau kerahkan. Terkadang ku tak ingin melihat juga mendengar semua itu. Bunda ku ingin kau duduk, istirahat tak lakukan sesuatu yang akan membuatmu letih.
Bunda setiap kali ku dengar dari ibu-ibu dekat rumah. Mereka selalu bilang “bundamu adalah seorang wonder woman, dia seorang yang tegar, dia seorang yang kuat, dia seorang yang benar-benar sempurna.” Mendengar semua itu ku benar-benar bangga padamu bunda.
Dalam sujudku ku berdoa teruntuk bunda tercinta. Tuhan jagalah, sayangilah, lindungilah, bundaku tercinta. Tuhan ku mohon jangan buat ia menangis jangan buat ia meneteskan air mata walau hanya setetes. Tuhan ku mohon tetapkanlah ia tuk selalu dengan aku. Izinkan aku untuk membalas apa yang telah ia berikan padaku walau pun dengan cara apapun ku takkan bisa menyaingi pengorbananya. Tuhan izinkan aku untuk membuatnya tersenyum sepanjang hayatnya. Tuhan ku cinta bunda. Ku amat mencintainya. Ku mohon jangan kau ambil dia. seperti yang telah kau lakukan pada ayah. Izinkan aku tuk menggapai masa depan yang indah bersama bunda dan ingin ku persembahkan untuknya seorang. ku ingin aku selalu berada disampingnya. Tuhan ku mohon berikan kebahagiaan untukku dan untuk bunda.
Suatu hari kau pulang dengan wajah murung, terlihat lemah, letih, lesu, tak ada senyum terpancar diwajahnya. Beribu Tanya menerpa “ada apa dengan bidadariku tercinta? Apa yang telah terjadi pada bunda?”. Ku coba tanyakan bunda hanya menjawab sakit yang ringan. Namun makin hari, makin memburuk. Sampai akhirnya kau benar-benar sakit. Ku cemas, gelisah, ku tak sanggup melihat bunda yang selalu giat bekerja kini hanya tertidur diatas kasur, terselimuti selimut hangat. Saat itu juga, ku tak ingin buat bunda makin cemas. Ku selalu menampilkan wajah yang amat ceria supaya ia tidak berfikir apa-apa sehingga bisa cepat sembuh. Meski sebenarnya ada masalah dalam pendaftaranku masuk SMA.
Ku jaga ia, hingga ku tak ingin meninggalkannya. Semua pekerjaan rumah kulakukan dengan bantuan adikku juga. Untuk bunda, demi bunda ku akan lakukan apapun. Hujan yang sangat besar dengan petir yang sangat kencang pun. Bukan halangan bagiku untuk menuruti perintah ibu. Aku harus membeli obat untuk ibu!!!! Meski ibu mencegah,melarang dengan keras. Namun aku tetap kukuh. Dalam jiwaku berkata “IBU HARUS MINUM OBAT.” Memang penyakit tak disembuhkan oleh obat. Tetapi oleh yang maha kuasa ALLOH S.W.T. obat mungkin hanya perantara dan sebagai usaha yang dilakukan manusia agar sembuh. Dan itu usaha yang ku lakukan agar ibu sembuh. Dalam hati ku berkata “bunda maafkan anakmu, tetapi anakmu ini hanya ingin membelikan obat untukmu takkan pergi main-main.” Karena hujan yang amat deras. Kuputuskan untuk berteduh sebentar. Untuk mengamankan handphone yang kusimpan disaku sebelah kiri. Seorang kakak-kakak berkata ketika ku akan pergi. “hati-hati ya.” Aku hanya tersenyum. Aku lega ada seseorang yang mendoakan aku. Lagian tujuanku kan baik. Bukan main. Ku pulang dengan baju yang benar-benar basah kuyup, kedinginan, bibir yang ungu. Bunda menyambutku dengan cemas. Tapi aku malah tersenyum karena aku bahagia ku dapat belikan bunda obat. Kedinginan, baju basah kuyup, bibir ungu, terobati semua dengan melihat wajah sang bidadari.
Subhanalloh. Tuhan sungguh ku bersyukur sangat sangat sangat bersyukur kau berikan padaku bunda yang begitu hebat, sempurna, dia amat sempurna. Bagaikan bidadari masuk gubuk yang sederhana. Senyumnya takkan terbeli takkan didapatkan disembarang tempat. Hanya disini di gubuk sederhana yang penuh dengan cinta dan kasih sayang darinya. Aku benar-benar bangga padanya. Bunda ku amat mencintaimu. Ku cinta kau ku sayang engkau. Takkan pernah pudar sayang dan cinta ini walau tertelan masa. I love you bunda. Kelak besar nanti ku ingin seperti kau untuk anakku, dan suamiku kelak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar