hai. namaku Manda. maukah kau dengar ceritaku?
semua ini berawal dari pelangi dalam senja. daun yang menepuk air mata. dan cahaya yang mengukir di keresahan. "Hai siapa namamu? kenalkan aku Manda."ujarku pada teman baruku disekolahku yang baru juga. sering sekali ku pindah sekolah karena ayahku yang terus saja dipindahkan tugasnya. "hmm. namaku Dinda." senyum tipis, awal dari perkenalan kami.
setelah kurang lebih 2 bulan aku mengenalnya, semuanya terasa baik-baik saja. dia cukup ceria, anggun, dan penurut. dia juga pendengar curhatan yang baik. saran-sarannya terkadang selalu manjur. ditambah kepintarannya yang membuatku iri. aku dan Dinda duduk di barisan ketiga, dan bangku ke tiga juga. didepan kami ialah bangku Anto dan Farhan. anto anak yang benar-benar mengasyikan dia sangat kocak. Farhan anak yang lumayan kalem, ceria, sulit ditebak. kami berempat sangat kompak soal ngobrol. Farhan dan Anto pun lebih sering berkumpul dengan aku dan Dinda. mereka semua mengasyikan.
1 semester sudah ku berada disekolah ini.
ada yang ganjil soal pertemananku dengan Anto,Farhan juga Dinda. namun ku tak terlalu memikirkannya. Farhan akhir-akhir ini sering menghubungiku. ia sering mengajakku mengobrol lewat sms. sampai-sampai tingkahnya sulit untuk ku cocokkan dengan karakter yang biasa ku lihat sehari-hari. Huuh, tak usahlah ku berlebihan memikirkannya.
"Manda," ujar Dinda. "napa Din?" asyik menulis. "Farhan kok aneh yah sikapnya, beda lho." kening mengerut. "beda gimana?" masih asyik menulis. "dia jarang ngehubungi aku lho," tanpa disadari mataku telah menatap matanya lekat-lekat. "Yaaa aku kan aku yaa, cuma gak mau ketinggalan informasi aja gitu, yaa maksudnya jarang ngasih info apa-apa. hey jangan gitu dong liatnya." kebingungan. "hahah engga kok. hmm mungkin gak punya pulsa." kembali menulis. "mungkin." menopang dagu.
"Hey Mandaa!!!." teriak seseorang. tubuh tegapnya mengingatkan aku pada.. "Farhan" jawabku. "mau pulang?" tanyanya. "iya nih." jawabku. "Dinda mana?" tanyanya lagi. "tadi dia dijemput sama cemcemannya tuh." mengunyah permen karet. "hmmm, mau dianter?" tawarnya. "boleh deh" jawabku.
(keesokan harinya) "Manda, si Dinda kenapa?" ujar Anto memecah keseriusanku membaca. "gak kenapa-napa." jawabku. "pas gue amatin nih, sikap si Dinda ke Farhan beda banget, Farhan juga beda banget nih ke si Dinda." menatap lekat ke arahku. "kagak tahu tanyain aja sama orangnya." lanjut membaca. "eh gue seriusan nih, kayaknya ada yang musti kita..." terpotong. "ntar aja gue tanyain kali aja dia mau cerita." menjauh dari Anto.
malam yang dingin. hujan mengguyur kota ini. aku duduk termenung disofa dekat jendela kamarku. mencoba menghitung berapa banyak butir hujan yang turun ke bumi. tiba-tiba handphone ku berdering. ternyata dari Farhan. anehnya setiap hari dia menghubungiku. kata-kata yang selalu terangkai sempurna terkadang membuatku tertawa, entahlah aku bahagia dengan sikapnya yang satu ini. padahal lama ku dengar dulu dia sering menghubungi Dinda. dan akhir-akhir ini Dinda cerita Farhan jarang menghubunginya lagi. Entahlah.
hari terus berganti. tak ku sadari sedekat ini aku dengan Farhan. sesering ini Farhan menghubungiku, sesering ini dia menemaniku dan..
Dinda telah lama jadian dengan pria yang diidamkannya tapi baru-baru ini dia tak berhubungan dengan pria itu lagi. anehnya Dinda selalu bertanya tentang Farhan setelah ia tak berhubungan dengan pria idamannya itu, dan entahlah aku merasa ganjil dan tak ingin,
"Manda pinjem handphone dong." mengambilnya diatas mejaku. "hmmm." mengangguk asyik dengan musik yang kudengarkan. tiba-tiba, Dinda menaruh handphone ku diatas meja dan pergi keluar kelas.
bel masuk berbunyi, semua siswa masuk kelas. sepanjang proses belajar mengajar Dinda tak berkata sepatah katapun, dia tak lagi mengajakku ngobrol biasanya dia cerewet sekali. ada yang aneh.
bel pulang berbunyi begitu girangnya para siswa saat bel itu dibunyikan. "Din kamu kenapa?" tanyaku melihatnya membereskan buku-buku. "engga." singkat. "pulang sama siapa?" tanyaku. "mau minta jemput." dingin. "aku duluan yah." ujarku. "iya." balasnya.
sudah 2 minggu perilaku Dinda sangat aneh padaku. entah apa yang ada dipikirannya. entah apa yang dia pikirkan. entah apa yang dia alami. Farhan dan Anto terlihat biasa saja. namun ada yang aneh dengan Dinda. dia terlihat seperti menjauhi aku, Anto, dan terutama Farhan.
apakah karena?
Sabtu, 22 Desember 2012
Sabtu, 08 Desember 2012
sungguh,
semua ini tentang rasa
yang teraduk dalam jiwa
teralun bersama kenangan
terbawa dikala hujan
terbalut menuju kalbu
merebah rindu
ingin bertemu.
sungguh,
semua ini tentang mengagumi
sesuatu yang diingin
sesuatu yang timbul dalam diri
entah dari keelokkan hati
ataukah paras hati
sungguh,
semua ini tentang memeluk bayangan
di tengah malam yang kan jemput impian
ku tak tahu kapan ini meredam
tanpa kau sadar, kalbu tlah kau hujam
sungguh,
ini kisah menaruh masa depan
pada benih yang tak pasti
inginkan tumbuh di ladang sepi
ataukah hidup penuh benci
sungguh,
ini kisah memalukkan
tentang aku dan dia
tak pernah ku inginkan semuanya
ku rela meski impian
semua ini tentang rasa
yang teraduk dalam jiwa
teralun bersama kenangan
terbawa dikala hujan
terbalut menuju kalbu
merebah rindu
ingin bertemu.
sungguh,
semua ini tentang mengagumi
sesuatu yang diingin
sesuatu yang timbul dalam diri
entah dari keelokkan hati
ataukah paras hati
sungguh,
semua ini tentang memeluk bayangan
di tengah malam yang kan jemput impian
ku tak tahu kapan ini meredam
tanpa kau sadar, kalbu tlah kau hujam
sungguh,
ini kisah menaruh masa depan
pada benih yang tak pasti
inginkan tumbuh di ladang sepi
ataukah hidup penuh benci
sungguh,
ini kisah memalukkan
tentang aku dan dia
tak pernah ku inginkan semuanya
ku rela meski impian
Kamis, 29 November 2012
maudy ayunda ~tahu diri~
Hai selamat bertemu lagi
Aku sudah lama menghindarimu
Sialku lah kau ada di sini
Aku sudah lama menghindarimu
Sialku lah kau ada di sini
Sungguh tak mudah bagiku
Rasanya tak ingin bernafas lagi
Tegak berdiri di depanmu kini
Rasanya tak ingin bernafas lagi
Tegak berdiri di depanmu kini
Sakitnya menusuki jantung ini
Melawan cinta yang ada di hati
Melawan cinta yang ada di hati
Dan upayaku tahu diri tak selamanya berhasil
‘pabila kau muncul terus begini
Tanpa pernah kita bisa bersama
Pergilah, menghilang sajalah lagi
‘pabila kau muncul terus begini
Tanpa pernah kita bisa bersama
Pergilah, menghilang sajalah lagi
Bye selamat berpisah lagi
Meski masih ingin memandangimu
Lebih baik kau tiada di sini
Meski masih ingin memandangimu
Lebih baik kau tiada di sini
Sungguh tak mudah bagiku
Menghentikan segala khayalan gila
Jika kau ada dan ku cuma bisa
Menghentikan segala khayalan gila
Jika kau ada dan ku cuma bisa
Meradang menjadi yang di sisimu
Membenci nasibku yang tak berubah
Membenci nasibku yang tak berubah
Dan upayaku tahu diri tak selamanya berhasil
‘pabila kau muncul terus begini
Tanpa pernah kita bisa bersama
Pergilah, menghilang sajalah lagi
‘pabila kau muncul terus begini
Tanpa pernah kita bisa bersama
Pergilah, menghilang sajalah lagi
Berkali-kali kau berkata kau cinta tapi tak bisa
Berkali-kali ku telah berjanji menyerah
Berkali-kali ku telah berjanji menyerah
Dan upaya ku tahu diri tak selamanya berhasil
Dan upaya ku tahu diri tak selamanya berhasil
‘pabila kau muncul terus begini
Tanpa pernah kita bisa bersama
Pergilah, menghilang sajalah
Pergilah, menghilang sajalah
Pergilah, menghilang sajalah lagi
Dan upaya ku tahu diri tak selamanya berhasil
‘pabila kau muncul terus begini
Tanpa pernah kita bisa bersama
Pergilah, menghilang sajalah
Pergilah, menghilang sajalah
Pergilah, menghilang sajalah lagi
Sabtu, 24 November 2012
kenapa harus bernasib sama?
entahlah, bagiku sambutan mentari di pagi ini begitu menyenangkan. hentakkan kaki yang mengirini langkahku ku harap inilah perjuangan-ku tuk mencari ilmu. "ibu, isti sekolah dulu. sarapannya sudah isti habiskan." sahutku merangkul tas dan jaket merah berbulu. "iyah hati-hati isti, kamu gak bareng ayah?" menghampiriku. "ndak ah bu, katanya ayah ada rapat di kantornya dan rapatnya pagi-pagi sekali." mencium punggung tangan ibu. "eh iyah ibu lupa, ya sudah ayo cepat berangkat nanti kamu ketinggalan angkutan," mengelus kepalaku. "assalamu'alaikum bu," menuju pagar dan berjalan hingga ke depan gang rumah. menunggu? ya aku menunggu angkutan itu. tak ku dapat batang hidungnya sedari tadi. sejak 20 menit yang lalu. untunglah aku berangkat pagi sekali. "nah itu dia" girangnya setelah melihat angkutan yang mulai menghampiriku.
aku datang tepat saat pak satpam akan menutup pintu gerbang. untunglah ini hari keberuntunganku. keberuntungan? mungkin. pelajaran pertama ialah matematika. pak Guruh. salah satu guru mata pelajaran matematika yang paling menakutkan. layaknya guruh membalut hujan ceria. begitu melihat batang hidungnya di lorong-lorong kelas. anak-anak yang sedari tadi menongkrong didepan kelas terbirit-birit masuk ke kelas. omelannya mungkin sudah bosan tuk didengar. "Isti? PR kamu sudah?" tanya teman sebangkuku Mila. "hah? yang mana? emang ada?" keheranan. "ya ada lah wong yang latihan 5 itu, disuruh dikerjain. belum ya?"
"Aduuhhhh !!!!!! Mil gimana nih, semaleman aku gak inget kalo inget ya pasti kukerjakan, aduh mati aku Mil." panik. "Pagi anak-anak" sapa Pak Guruh yang sudah masuk kelas sejak obrolanku dan Mila dimulai. haduuh bagaimana ini.... entahlah keringat dingin menjalari tubuhku, udara yang dingin semakin membuatku gugup. adakah teman lain yang belum mengerjakan Pr-nya? tanyaku dalam hati. mungkinkah Pak Guruh akan lupa? semoga saja. harapku. namun tak lama, Pak Guruh seperti membaca gerak-gerikku. "PR-nya kumpulkan!!!" nada geramnya terdengar pahit dan mematahkan harapanku. semakin panik ku dibuatnya. semua anak ke depan memenuhi permintaan Pak Guruh tadi. ku sapu pemandangan sekelilingku. ternyata hanya aku. hanya aku. ya hanya aku. tapi.... hanya aku dan.... siapa dia? Firman? dia belum mengerjakan PR juga? ah mengapa aku lega dia bernasib sama denganku?
"Hey Isti tenanglah." menepuk pundakku. aku tercengang kaget. apa dia bisa membaca pikiranku juga? "eh..mm..mmhm.. i..iyah be..belum." gugup. "kalo dihukum bareng aku aja." nada yang begitu tenang. darimana ia bisa mendapatkan ketenangan sedangkan aku begitu risih. sangat risih. "ada yang tidak sekolah?" nada suara Pak Guruh benar-benar seperti Guruh di padang kedamaian. "tidak pak semua sekolah." ujar Pandu sebagai ketua murid. "lalu siapa yang belum mengumpulkan PR-nya?" guruh itu seperti menggelegar dikepalaku sendiri. huuuuuuuuuuuuhhh gosong sudah. ku lirikkan pandangan ke arah Firman ia mengakui. aku pun mengikutinya. "Isti !!! Firman !!! kenapa kalian?? sudah sana pergi ke lapang basket lari 3 keliling dan berdiri sampai bapak menyuruh kalian kembali ke kelas !!!" hukuman itu sudah untuk ke 1000x nya ku dengar tapi bukan untukku. untuk anak-anak yang lebih malas dariku. namun hari ini anak-anak itu absen dari kemalasannya. aku dan Firman memenuhi permintaan pak Guruh.
panas sekali. sangat panas. keringat mulai membanjiri tubuhku "hey kau takkan pingsan bukan? kau harus menemaniku, kau harus dihukum setimpal sama denganku."
"heh aku tak selemah itu. tenang saja aku takkan pingsan." ujarku kesal. "baguslah. ngomong-ngomong kenapa kau tak ..." terpotong. "aku lupa." cemberut. "jarang sekali orang sepertimu ..." terpotong lagi. "heh aku bukan malaikat !" ujarku semakin kesal. "hhahahah kau ini benar-benar gunting dari tadi emmotong terus pembicaraanku, dan sekarang kau mencap dirimu malaikat." nada menyebalkan." huaaaahhh sudahlah kita sedang dihukum kau jangan membuatku semakin kesal !" cemberut. "kau kenapa kau..." pertanyaanku terpotong oleh Firman. "kalo aku sudah pasti malas. aku sedang ingin dihukum guru itu." nampak tenang. "aneh sekali." ujarku. Firman hanya nyengir.
"Hehh masuk kelas sana !!! awas kalian kalau sampai ketahuan begini lagi bapak akan memanggil orangtua kalian !!! dan ingat kerjakan PR-nya sepulang sekolah bapak tunggu di Kantor !!!" matanya begitu tajam dan lekat menatapku juga Firman. "kau akan mengerjakannya?" tanyanya memasukan tangan ke saku celana. "tentu saja, aku tak ingin dihukum lagi. ibu dan ayahku bisa habis-habisan mengomeliku." cemberut. "oh begitu." selalu tenang. Firman ialah anak yang paling membuatku penasaran di kelas. namun terkadang aku tak memperdulikannya. "kau sendiri akan mengerjakan?" tanyaku. "entahlah paling nyontek." berjalan lurus menghampiri teman-temannya. "huaahhhh Mila kau tahu panasnya terik amatahari yang menyambar dinginnya suhu tubuhku? huh membuatku pusing. untunglah tadi aku sarapan. eh itu apa?" menunjuk seorang pedagang yang berada di seberang jalan sekolah. "pak satpam saya izin pengen beli itu yah." pak satpam hanya mengangguk dan membukakan pintu. "Milaaa !!! kau mau ndak?" teriakku dari seberang jalan. "ndak Isti aku kenyang aku bawa bekal makanan." menyipitkan mata dan mengernyitkan kening. aku hanya memberinya jempol dari seberang jalan.
"heh apaan itu?" tanya Mila setelah ku menghampirinya, "entahlah dari bau dan warna sepertinya uenak makanya aku pengen laper juga. panas terik tadi itu menghabiskan sisa sarapanku dirumah tadi pagi." ujarku sambil mengunyah. bel berbunyi. pelajaran selanjutnya. semoga akan menyenangkan harapku. 15 menit pelajar berlangsung tiba-tiba perutku tak begitu menyenangkan mungkin sistem pencernaanku bermasalah. "heh isti kamu gerak terus ngoyak-ngoyak terus perutmu itu. kenapa?" tanya Mila berbisik. "entahlah... a..aku.. aku..ke..kes..kesakit..an" mengerang. "mau ku antar ke WC atau UKS?" bisik Mila kemudian. "nd....nda..k" mengerang. tiba-tiba.. "Hehh kau Isti !!! kamu dari tadi sepertinya tak memperhatikan ibu. kenapa kau?" tanya Bu Nirma. guru bahasa Indonesia. "Isti sakit bu," bela Mila. aku tak mampu berkata-kata semua tubuhku tak fit. mengapa ini semua tiba-tiba terjadi? tanyaku dalam hati. "bawa ke UKS mila." pinta bu Nirma. "Baik bu." ketika mila memegang pundakku. "huuuuuuuuueekkkkk.........."
"bu Isti muntah. " sahut Mila.
entahlah tiba-tiba aku sudah terbaring. entah dimana ini. ketika ku membuka mata. mhmm ini UKS. "hey Isti kau baik saja bukan?" Mila mendampingiku. aku hanya mengangguk. "aku kenapa Mil?" tanyaku lemah. "katanya kau keracunan makanan, tadi kau diperiksa dokter yang dipanggil oleh sekolah. ini minum susu dulu dan obatnya supaya racunnya pada mati tuh !" pinta Mila. aku menurutinya aku tak ingin semakin memburuk. "tadis ekolah sudah menelepon ke rumahmu tapi tak ada jawaban. tentu saja ayah dan ibu sedang bekerja sahutku dalam hati. "tak apa aku di UKS dulu saja."
"Isti sudah baikkan kau?" tanya bu Nirma. "lumayan ibu mendingan." terbaring lemah. "syukurlah, minum obatnya agar tak terjadi apa-apa denganmu. kamu ini makan apa? sampai bisa keracunan gitu?" buNirma tersneyum keheranan. "entahlah bu." ujarku kebingungan. "ya sudah kamu didampingi Mila sama penjaga piket UKS yah, ibu ada jam" tersenyum. "iya terima kasih bu" tersenyum. tiba-tiba... kenapa anak itu ada di UKS juga terbaring lemah pula? keracunan juga? keheranan. "Mil si Firman kenapa di UKS juga?" bisikku. "pas udah dihukum tadi dia gak sarapan dia juga gak pergi ke kantin pas istirahat makanya dia pingsan jadinya. tuh gitu keadaannya." balasnya. "Isti aku ke kamar mandi dulu yah."aku hanya mengangguk. pikiranku melayang memikirkan beberapa kejadian di hari ini. keberuntungan? huhhh ini bukan keberuntungan ujarku... "hey tukang motong!" sesuatu mengagetkan aku. "Firman !" tercengang. "kenapa juga kau disini? sekarang kau mau mencap dirimu sendiri sebagai plagiat?" keheranan." yeee enak aje lu, situ tuh yang plagiat." cemberut. "haahha kenapa kamu?" tanyanya. "aku keracunan," cemberut. "huahahahahahhahaha" tawa yang amat puas sangat puas. "heh nyebelin diem deh." membalikkan badan. "hahahhaah dasar aneh." menyandarkan badan ke bantal. "aneh? lu tuh yang aneh heuuuuhhh" nada marah cemberut. membalikkan badan ke arah firman. memberi bogem. "hahaha sudah jangan kau ganggu aku yang lagi sakit." ujarnya. "kamu yang mulai. tau ah menyebalkan sekali." cemberut. "hahahahaha"
"nak maaf ayah gak jemput ayah masih rapat dan penting sekali. coba kau telpon ibumu." sms balasan dari ayah yang membuatku semakin murung.
"sayang, ibu ada tamu penting client-nya atasan ibu, dan semua staf harus menyambutnya dulu menghadiri pertemuannya, kamu naik taxi yah nak. jangan naik angkutan umum nanti kamu pusing lagi. ibu sudah minta mbok surti bikinin tim ayam sama beli obat buat kamu. ibu pulang secepatnya." balasan sms dari ibu, hanya kata terakhir yang menenangkan aku. ketika ku sudah memberi tanda stop pada sebuah taxi tiba-tiba, seseorang ingin mendahului. aku langsung buru-buru menghampiri pintu taxi dan ... "aduuuhhh" tubrukan deh. "heh aneh, liat-liat!" firman !!! aku tercengang. tapi ku usahakan untuk bersikap tenang. "heh plagiat, sana minggir aku mau naik taxi ini aku duluan yang menyetopnya." nada kesal. "eehh.eehh...eh eak saja kau. aku be the first" balasnya."apa???? kau tak liat tanganku di ayun-ayun pada taxi ini??? minggir sana" mengerutkan kening." tak mau pokoknya aku duluan." keukeuh. "akuuu" membela sendiri. "hey Aku!!!!" nada tinggi. "AKUUU!!!!" membela sendiri. tak lama setelah ku lihat taxi-nya pergi begitu saja. "eee,...ehhhhh.. taxiiiii taxiiiiiiiiiiiii tungggguuuuuuuuuuuuuu." teriakku sambil mengejarnya. "percuma takkan kekejar larimu payah sekali,Aneh !" ejek Firman. aku menghampirinya seraya menegaskan telunjuk. "hehh hehh heh PLAGIAT ! semua ini salahmu. lihat tuh jadi pergi taxi nya, kau tak tahu aku sedang sakit hah?" kesal sekali. "kau pun tak tahu aku sedang sakit." belanya. "hah aku tak peduli." ujarku menjulurkan lidah. "memang aku peduli padamu hah." ujarnya menjulurkan lidah balik. huuuaaaaaaaahhh menyebalkan sekali. kami berdua masih didepan pintu gerbang tak melakukan apa-apa berdiri menunggu taxi lagi. pintu gerbang sudah dikunci semua anak sudah pulang ke rumah mereka masing-masing hanya aku... hanya aku dan... si PLAGIAT. " Aha !!! aku punya ide." ceria sekali si plagiat. "pak Parman ya, iyah secepatnya yah." menutup telpon. "sebentar lagi kau akan sendirian." ujarnya sinis menatapku. 'apa maksudmu?" heran. "jemputanku akan tibaaa." ceria sekali. aku tak peduli menatap jalanan kembali, tiba-tiba "Ghuarrrrrrdrrrrrrrrrrrr." guntur mulai menyapa dan tibalah saatnya hujan tuk menari dikepalaku. haduuuuh kenapa musti hujan sepertinya tubuhku semakin tak baik. "hey sini kau," usul Firman. kami berdua berdiri dibawah pohon depan sekolah. untunglah rindang. "ini semua salahmu PLAGIAT !! kalau aku naik taxi tadi saat ini aku sudah dirumah dengan jaket, selimut, dan tim ayamku " cemberut. "heh ini juga salahmu," menuduh. "EHHHH !!! sebentar sebentar." teringat sesuatu. "kenapa tak kau telepon saja dari tadi jemputanmu, lalu kau biarkan aku naik taxi." nada semakin tinggi. "gak kepikiran." huaaaaaaaaaaaaa tuhan anak ini menyebalkan sekalii. "demi tuhan aku tak ingin dekat denganmu. hari ini harusnya hari keberuntunganku." kesal. "demi tuhan aku tak ingin dekat denganmu hari ini harusnya hari keberuntunganku, omong kosong." ujarnya sambir mengulang kata-kataku dengan nada menyepelekan. "heh jemputanmu sepertinya takkan datang." membalas ejekan. Firman hanya menjulurkan lidah. walaupun pohon ini rindang tapi tetap saja badanku kebasahan. ibu dan ayah kemanaaa? tanyaku dalam hati. hujan reda. dann.... "lihat jemputanku tiba. dadaahh." menyebalkan sekali. aku hanya menjulurkan lidah dan menatapnya sinis. " pak Parman kau lama sekali kemana saja kau?" tanyanya. "maaf nak Firman tadi bapak nyuruh sya ke kantornya dulu membantu beliau." nada sopan. "ya sudah ayo pulang." hah? benar-benar anak menyebalkan ia tak akan menawariku? tega seklai? huaahhhhhhhh menyebalkannnnnnnnnnnnnnnnn. ketika perasaan kesal menyelimutiku....
"hey kau takkan ikut, yasudah."suara orang menyebalkan itu terdengar lagi. "ehh.ehhhhehhh tungguuuuuuu." masuk kedalam mobil.
"sebelah mana sih? rumahmu kuno seklai terpencil didaerah seperti ini." mengejekku. "eeeehhhh tuan ejek jangan mengejekku. begini-begini rumahku yang kucinta." menjulurkan lidah. "itu pak yang ada pohon mangga dan pagar putih." menunjuk rumahku sendiri. aku langsung meraih pintu dan..
"kau takkan berterima kasih?" selanya. "yasudah terima kasih, terima kasih Pak Parman." tersenyum pada pak Parman dan menjulurkan lidah pada Firman. mobil itu sekejap hilang dihadapanku.
"haduuh haduuuh kenapa musti hujan-hujanan sayang, badan kamu panasnya gak karuan panas sekali. efek keracunanmu pasti belum hilang aduuuh gimana ini," sikap ibu yang risih merisihkan aku. "sudahlah bu,uhuuk uhuuk" terbatuk-batuk dan nada pilek berat. "ayah lagi kenapa musti belum pulang memangnya itu ....."
tiiiiidiittttttttt.... suara mobil ayah menghentikan ocehan ibu. "ayah pulang." nada cemas. "ayah kenapa sih anak kita sakit berat ayah, aduh ibu sedari tadi pengen pulang pas pertemuan sama jamuannya cuman gak bisa teruss susah izin, pas mau dijemput eh udah dijemputin sama temennya, ayah dari man.." terpotong. "ayah juga cemas sama Isti, ayah dari tadi mau menyudahi rapat cuman atasan belum puas terus sama presentasi ayah." duduk disampingku yang terbaring lemah dan pucat. "ke rumah sakit." nada tegas ayah terdengar. ayah menggendongku menuju mobil ibu membungkus tubuhku dengan 3 lapis jaket tebal diikuti selimut dan kaos kaki, "mbok, tungguin rumah yah." pesan ibu didepan pintu. "iyah bu" mengangguk.
entahlah apa yang dilakukan dokter aku hanya pasrah saja.
setelah tersadar, aku berada di ruang inap anak, yang tiap kamar pasiennya hanya tertutup tirai. ibu sedari tadi ada disampingku. ayah? mungkin sedang di receptionist. ketika ku balikkan badan, kulihat tirainya terbuka sedikit, sehingga ku bisa melihat salah seorang pasien. anak laki-laki. ketika ia membalikkan tubuhnya........ "Firman !!!!!!!" aku semakin tercengang. membangunkan ibuku. "ada ada apa sayang." keheranan dan linglung. "e..eng..enggak bu. mimpi buruk saja." memang benar. benar-benar mimpi buruk !!!! ia terus melihatku dengan pandangan ejekan seperti itu, aku semakin sebal padanya. wajahnya sangat pucat dan hidungnya sangat merah pasti sama denganku Demam tinggi. "hey aneh." melambai lemah. aku hanya menjulurkan lidah dan menatapnya kesal juga pasrah, kenapa ku harus bertemu dengannya tuhan?
aku datang tepat saat pak satpam akan menutup pintu gerbang. untunglah ini hari keberuntunganku. keberuntungan? mungkin. pelajaran pertama ialah matematika. pak Guruh. salah satu guru mata pelajaran matematika yang paling menakutkan. layaknya guruh membalut hujan ceria. begitu melihat batang hidungnya di lorong-lorong kelas. anak-anak yang sedari tadi menongkrong didepan kelas terbirit-birit masuk ke kelas. omelannya mungkin sudah bosan tuk didengar. "Isti? PR kamu sudah?" tanya teman sebangkuku Mila. "hah? yang mana? emang ada?" keheranan. "ya ada lah wong yang latihan 5 itu, disuruh dikerjain. belum ya?"
"Aduuhhhh !!!!!! Mil gimana nih, semaleman aku gak inget kalo inget ya pasti kukerjakan, aduh mati aku Mil." panik. "Pagi anak-anak" sapa Pak Guruh yang sudah masuk kelas sejak obrolanku dan Mila dimulai. haduuh bagaimana ini.... entahlah keringat dingin menjalari tubuhku, udara yang dingin semakin membuatku gugup. adakah teman lain yang belum mengerjakan Pr-nya? tanyaku dalam hati. mungkinkah Pak Guruh akan lupa? semoga saja. harapku. namun tak lama, Pak Guruh seperti membaca gerak-gerikku. "PR-nya kumpulkan!!!" nada geramnya terdengar pahit dan mematahkan harapanku. semakin panik ku dibuatnya. semua anak ke depan memenuhi permintaan Pak Guruh tadi. ku sapu pemandangan sekelilingku. ternyata hanya aku. hanya aku. ya hanya aku. tapi.... hanya aku dan.... siapa dia? Firman? dia belum mengerjakan PR juga? ah mengapa aku lega dia bernasib sama denganku?
"Hey Isti tenanglah." menepuk pundakku. aku tercengang kaget. apa dia bisa membaca pikiranku juga? "eh..mm..mmhm.. i..iyah be..belum." gugup. "kalo dihukum bareng aku aja." nada yang begitu tenang. darimana ia bisa mendapatkan ketenangan sedangkan aku begitu risih. sangat risih. "ada yang tidak sekolah?" nada suara Pak Guruh benar-benar seperti Guruh di padang kedamaian. "tidak pak semua sekolah." ujar Pandu sebagai ketua murid. "lalu siapa yang belum mengumpulkan PR-nya?" guruh itu seperti menggelegar dikepalaku sendiri. huuuuuuuuuuuuhhh gosong sudah. ku lirikkan pandangan ke arah Firman ia mengakui. aku pun mengikutinya. "Isti !!! Firman !!! kenapa kalian?? sudah sana pergi ke lapang basket lari 3 keliling dan berdiri sampai bapak menyuruh kalian kembali ke kelas !!!" hukuman itu sudah untuk ke 1000x nya ku dengar tapi bukan untukku. untuk anak-anak yang lebih malas dariku. namun hari ini anak-anak itu absen dari kemalasannya. aku dan Firman memenuhi permintaan pak Guruh.
panas sekali. sangat panas. keringat mulai membanjiri tubuhku "hey kau takkan pingsan bukan? kau harus menemaniku, kau harus dihukum setimpal sama denganku."
"heh aku tak selemah itu. tenang saja aku takkan pingsan." ujarku kesal. "baguslah. ngomong-ngomong kenapa kau tak ..." terpotong. "aku lupa." cemberut. "jarang sekali orang sepertimu ..." terpotong lagi. "heh aku bukan malaikat !" ujarku semakin kesal. "hhahahah kau ini benar-benar gunting dari tadi emmotong terus pembicaraanku, dan sekarang kau mencap dirimu malaikat." nada menyebalkan." huaaaahhh sudahlah kita sedang dihukum kau jangan membuatku semakin kesal !" cemberut. "kau kenapa kau..." pertanyaanku terpotong oleh Firman. "kalo aku sudah pasti malas. aku sedang ingin dihukum guru itu." nampak tenang. "aneh sekali." ujarku. Firman hanya nyengir.
"Hehh masuk kelas sana !!! awas kalian kalau sampai ketahuan begini lagi bapak akan memanggil orangtua kalian !!! dan ingat kerjakan PR-nya sepulang sekolah bapak tunggu di Kantor !!!" matanya begitu tajam dan lekat menatapku juga Firman. "kau akan mengerjakannya?" tanyanya memasukan tangan ke saku celana. "tentu saja, aku tak ingin dihukum lagi. ibu dan ayahku bisa habis-habisan mengomeliku." cemberut. "oh begitu." selalu tenang. Firman ialah anak yang paling membuatku penasaran di kelas. namun terkadang aku tak memperdulikannya. "kau sendiri akan mengerjakan?" tanyaku. "entahlah paling nyontek." berjalan lurus menghampiri teman-temannya. "huaahhhh Mila kau tahu panasnya terik amatahari yang menyambar dinginnya suhu tubuhku? huh membuatku pusing. untunglah tadi aku sarapan. eh itu apa?" menunjuk seorang pedagang yang berada di seberang jalan sekolah. "pak satpam saya izin pengen beli itu yah." pak satpam hanya mengangguk dan membukakan pintu. "Milaaa !!! kau mau ndak?" teriakku dari seberang jalan. "ndak Isti aku kenyang aku bawa bekal makanan." menyipitkan mata dan mengernyitkan kening. aku hanya memberinya jempol dari seberang jalan.
"heh apaan itu?" tanya Mila setelah ku menghampirinya, "entahlah dari bau dan warna sepertinya uenak makanya aku pengen laper juga. panas terik tadi itu menghabiskan sisa sarapanku dirumah tadi pagi." ujarku sambil mengunyah. bel berbunyi. pelajaran selanjutnya. semoga akan menyenangkan harapku. 15 menit pelajar berlangsung tiba-tiba perutku tak begitu menyenangkan mungkin sistem pencernaanku bermasalah. "heh isti kamu gerak terus ngoyak-ngoyak terus perutmu itu. kenapa?" tanya Mila berbisik. "entahlah... a..aku.. aku..ke..kes..kesakit..an" mengerang. "mau ku antar ke WC atau UKS?" bisik Mila kemudian. "nd....nda..k" mengerang. tiba-tiba.. "Hehh kau Isti !!! kamu dari tadi sepertinya tak memperhatikan ibu. kenapa kau?" tanya Bu Nirma. guru bahasa Indonesia. "Isti sakit bu," bela Mila. aku tak mampu berkata-kata semua tubuhku tak fit. mengapa ini semua tiba-tiba terjadi? tanyaku dalam hati. "bawa ke UKS mila." pinta bu Nirma. "Baik bu." ketika mila memegang pundakku. "huuuuuuuuueekkkkk.........."
"bu Isti muntah. " sahut Mila.
entahlah tiba-tiba aku sudah terbaring. entah dimana ini. ketika ku membuka mata. mhmm ini UKS. "hey Isti kau baik saja bukan?" Mila mendampingiku. aku hanya mengangguk. "aku kenapa Mil?" tanyaku lemah. "katanya kau keracunan makanan, tadi kau diperiksa dokter yang dipanggil oleh sekolah. ini minum susu dulu dan obatnya supaya racunnya pada mati tuh !" pinta Mila. aku menurutinya aku tak ingin semakin memburuk. "tadis ekolah sudah menelepon ke rumahmu tapi tak ada jawaban. tentu saja ayah dan ibu sedang bekerja sahutku dalam hati. "tak apa aku di UKS dulu saja."
"Isti sudah baikkan kau?" tanya bu Nirma. "lumayan ibu mendingan." terbaring lemah. "syukurlah, minum obatnya agar tak terjadi apa-apa denganmu. kamu ini makan apa? sampai bisa keracunan gitu?" buNirma tersneyum keheranan. "entahlah bu." ujarku kebingungan. "ya sudah kamu didampingi Mila sama penjaga piket UKS yah, ibu ada jam" tersenyum. "iya terima kasih bu" tersenyum. tiba-tiba... kenapa anak itu ada di UKS juga terbaring lemah pula? keracunan juga? keheranan. "Mil si Firman kenapa di UKS juga?" bisikku. "pas udah dihukum tadi dia gak sarapan dia juga gak pergi ke kantin pas istirahat makanya dia pingsan jadinya. tuh gitu keadaannya." balasnya. "Isti aku ke kamar mandi dulu yah."aku hanya mengangguk. pikiranku melayang memikirkan beberapa kejadian di hari ini. keberuntungan? huhhh ini bukan keberuntungan ujarku... "hey tukang motong!" sesuatu mengagetkan aku. "Firman !" tercengang. "kenapa juga kau disini? sekarang kau mau mencap dirimu sendiri sebagai plagiat?" keheranan." yeee enak aje lu, situ tuh yang plagiat." cemberut. "haahha kenapa kamu?" tanyanya. "aku keracunan," cemberut. "huahahahahahhahaha" tawa yang amat puas sangat puas. "heh nyebelin diem deh." membalikkan badan. "hahahhaah dasar aneh." menyandarkan badan ke bantal. "aneh? lu tuh yang aneh heuuuuhhh" nada marah cemberut. membalikkan badan ke arah firman. memberi bogem. "hahaha sudah jangan kau ganggu aku yang lagi sakit." ujarnya. "kamu yang mulai. tau ah menyebalkan sekali." cemberut. "hahahahaha"
"nak maaf ayah gak jemput ayah masih rapat dan penting sekali. coba kau telpon ibumu." sms balasan dari ayah yang membuatku semakin murung.
"sayang, ibu ada tamu penting client-nya atasan ibu, dan semua staf harus menyambutnya dulu menghadiri pertemuannya, kamu naik taxi yah nak. jangan naik angkutan umum nanti kamu pusing lagi. ibu sudah minta mbok surti bikinin tim ayam sama beli obat buat kamu. ibu pulang secepatnya." balasan sms dari ibu, hanya kata terakhir yang menenangkan aku. ketika ku sudah memberi tanda stop pada sebuah taxi tiba-tiba, seseorang ingin mendahului. aku langsung buru-buru menghampiri pintu taxi dan ... "aduuuhhh" tubrukan deh. "heh aneh, liat-liat!" firman !!! aku tercengang. tapi ku usahakan untuk bersikap tenang. "heh plagiat, sana minggir aku mau naik taxi ini aku duluan yang menyetopnya." nada kesal. "eehh.eehh...eh eak saja kau. aku be the first" balasnya."apa???? kau tak liat tanganku di ayun-ayun pada taxi ini??? minggir sana" mengerutkan kening." tak mau pokoknya aku duluan." keukeuh. "akuuu" membela sendiri. "hey Aku!!!!" nada tinggi. "AKUUU!!!!" membela sendiri. tak lama setelah ku lihat taxi-nya pergi begitu saja. "eee,...ehhhhh.. taxiiiii taxiiiiiiiiiiiii tungggguuuuuuuuuuuuuu." teriakku sambil mengejarnya. "percuma takkan kekejar larimu payah sekali,Aneh !" ejek Firman. aku menghampirinya seraya menegaskan telunjuk. "hehh hehh heh PLAGIAT ! semua ini salahmu. lihat tuh jadi pergi taxi nya, kau tak tahu aku sedang sakit hah?" kesal sekali. "kau pun tak tahu aku sedang sakit." belanya. "hah aku tak peduli." ujarku menjulurkan lidah. "memang aku peduli padamu hah." ujarnya menjulurkan lidah balik. huuuaaaaaaaahhh menyebalkan sekali. kami berdua masih didepan pintu gerbang tak melakukan apa-apa berdiri menunggu taxi lagi. pintu gerbang sudah dikunci semua anak sudah pulang ke rumah mereka masing-masing hanya aku... hanya aku dan... si PLAGIAT. " Aha !!! aku punya ide." ceria sekali si plagiat. "pak Parman ya, iyah secepatnya yah." menutup telpon. "sebentar lagi kau akan sendirian." ujarnya sinis menatapku. 'apa maksudmu?" heran. "jemputanku akan tibaaa." ceria sekali. aku tak peduli menatap jalanan kembali, tiba-tiba "Ghuarrrrrrdrrrrrrrrrrrr." guntur mulai menyapa dan tibalah saatnya hujan tuk menari dikepalaku. haduuuuh kenapa musti hujan sepertinya tubuhku semakin tak baik. "hey sini kau," usul Firman. kami berdua berdiri dibawah pohon depan sekolah. untunglah rindang. "ini semua salahmu PLAGIAT !! kalau aku naik taxi tadi saat ini aku sudah dirumah dengan jaket, selimut, dan tim ayamku " cemberut. "heh ini juga salahmu," menuduh. "EHHHH !!! sebentar sebentar." teringat sesuatu. "kenapa tak kau telepon saja dari tadi jemputanmu, lalu kau biarkan aku naik taxi." nada semakin tinggi. "gak kepikiran." huaaaaaaaaaaaaa tuhan anak ini menyebalkan sekalii. "demi tuhan aku tak ingin dekat denganmu. hari ini harusnya hari keberuntunganku." kesal. "demi tuhan aku tak ingin dekat denganmu hari ini harusnya hari keberuntunganku, omong kosong." ujarnya sambir mengulang kata-kataku dengan nada menyepelekan. "heh jemputanmu sepertinya takkan datang." membalas ejekan. Firman hanya menjulurkan lidah. walaupun pohon ini rindang tapi tetap saja badanku kebasahan. ibu dan ayah kemanaaa? tanyaku dalam hati. hujan reda. dann.... "lihat jemputanku tiba. dadaahh." menyebalkan sekali. aku hanya menjulurkan lidah dan menatapnya sinis. " pak Parman kau lama sekali kemana saja kau?" tanyanya. "maaf nak Firman tadi bapak nyuruh sya ke kantornya dulu membantu beliau." nada sopan. "ya sudah ayo pulang." hah? benar-benar anak menyebalkan ia tak akan menawariku? tega seklai? huaahhhhhhhh menyebalkannnnnnnnnnnnnnnnn. ketika perasaan kesal menyelimutiku....
"hey kau takkan ikut, yasudah."suara orang menyebalkan itu terdengar lagi. "ehh.ehhhhehhh tungguuuuuuu." masuk kedalam mobil.
"sebelah mana sih? rumahmu kuno seklai terpencil didaerah seperti ini." mengejekku. "eeeehhhh tuan ejek jangan mengejekku. begini-begini rumahku yang kucinta." menjulurkan lidah. "itu pak yang ada pohon mangga dan pagar putih." menunjuk rumahku sendiri. aku langsung meraih pintu dan..
"kau takkan berterima kasih?" selanya. "yasudah terima kasih, terima kasih Pak Parman." tersenyum pada pak Parman dan menjulurkan lidah pada Firman. mobil itu sekejap hilang dihadapanku.
"haduuh haduuuh kenapa musti hujan-hujanan sayang, badan kamu panasnya gak karuan panas sekali. efek keracunanmu pasti belum hilang aduuuh gimana ini," sikap ibu yang risih merisihkan aku. "sudahlah bu,uhuuk uhuuk" terbatuk-batuk dan nada pilek berat. "ayah lagi kenapa musti belum pulang memangnya itu ....."
tiiiiidiittttttttt.... suara mobil ayah menghentikan ocehan ibu. "ayah pulang." nada cemas. "ayah kenapa sih anak kita sakit berat ayah, aduh ibu sedari tadi pengen pulang pas pertemuan sama jamuannya cuman gak bisa teruss susah izin, pas mau dijemput eh udah dijemputin sama temennya, ayah dari man.." terpotong. "ayah juga cemas sama Isti, ayah dari tadi mau menyudahi rapat cuman atasan belum puas terus sama presentasi ayah." duduk disampingku yang terbaring lemah dan pucat. "ke rumah sakit." nada tegas ayah terdengar. ayah menggendongku menuju mobil ibu membungkus tubuhku dengan 3 lapis jaket tebal diikuti selimut dan kaos kaki, "mbok, tungguin rumah yah." pesan ibu didepan pintu. "iyah bu" mengangguk.
entahlah apa yang dilakukan dokter aku hanya pasrah saja.
setelah tersadar, aku berada di ruang inap anak, yang tiap kamar pasiennya hanya tertutup tirai. ibu sedari tadi ada disampingku. ayah? mungkin sedang di receptionist. ketika ku balikkan badan, kulihat tirainya terbuka sedikit, sehingga ku bisa melihat salah seorang pasien. anak laki-laki. ketika ia membalikkan tubuhnya........ "Firman !!!!!!!" aku semakin tercengang. membangunkan ibuku. "ada ada apa sayang." keheranan dan linglung. "e..eng..enggak bu. mimpi buruk saja." memang benar. benar-benar mimpi buruk !!!! ia terus melihatku dengan pandangan ejekan seperti itu, aku semakin sebal padanya. wajahnya sangat pucat dan hidungnya sangat merah pasti sama denganku Demam tinggi. "hey aneh." melambai lemah. aku hanya menjulurkan lidah dan menatapnya kesal juga pasrah, kenapa ku harus bertemu dengannya tuhan?
semua itu terasa ragu
terkadang muncul terkadang hanya berbau
semua itu terasa kaku
terkadang menenangkan juga menegangkan
semua itu alami
tak dapat tuk ku tutupi
semua itu datang begitu saja, tanpa permisi
mengoyak jiwa hingga ke sanubari
menuang benih di padang yang sepi
kala saatnya berbunga semua terasa sempurna
layak seperti apa yang diharapkan
ku tak ingin ini sebuah angan-angan
ku harap kan ada bayang nyata
tuhan
inikah pelabuhan yang telah lama ku cari
tuk sandarkan sepi dalam dermaga diri
ku harap rindu takkan salah
yang tunjukkan kemana ku harus melangkah
tuk mencari yang dinanti
tuk meraih yang ku ingin
tuhan,
cinta sejati janganlah pergi lagi
terkadang muncul terkadang hanya berbau
semua itu terasa kaku
terkadang menenangkan juga menegangkan
semua itu alami
tak dapat tuk ku tutupi
semua itu datang begitu saja, tanpa permisi
mengoyak jiwa hingga ke sanubari
menuang benih di padang yang sepi
kala saatnya berbunga semua terasa sempurna
layak seperti apa yang diharapkan
ku tak ingin ini sebuah angan-angan
ku harap kan ada bayang nyata
tuhan
inikah pelabuhan yang telah lama ku cari
tuk sandarkan sepi dalam dermaga diri
ku harap rindu takkan salah
yang tunjukkan kemana ku harus melangkah
tuk mencari yang dinanti
tuk meraih yang ku ingin
tuhan,
cinta sejati janganlah pergi lagi
Sabtu, 17 November 2012
rabbi,
ku berlindung hanya pada-Mu.
dari segala keangkuhanku, dari segala kebodohanku,
dari segala kelemahanku, dari semua kehinaanku.
rabbi,
berkahilah selalu hidupku
dengan limpahan rahmat dan karunia-Mu
tolong jangan Kau tutup pintu taubatku
agar ku senantiasa mengingat-Mu
rabbi,
buatlah aku tuk selalu mengingat-Mu,
buatlah ku tuk selalu mencintai-Mu
buatlah ku tuk selalu berada di jalan-Mu.
tuhan ku mengadu
kini ku berada diambang ragu
antara nyata dan semu
tak tentu apa yang harus kutuju
ku tak dapat tentukan arah
yang kan buatku melangkah
kuatkan ranting patah
yang tlah menjadi sampah dalam tanah
ku tak dapat artikan rasa
yang datang secara tiba dan nyata
entah sejak kapan ini membuncah
menyatu didalam raga
ku tak mengerti akan kalbu
yang mengalun menuai rindu
entah sejak kapan ini menderu
tuhan bantu aku
ku tak ingin ini palsu
atau hanya sekedar bayang semu
bukan fatamorgana yang manjakanku
nyata laksana bintang di malam minggu
kini ku berada diambang ragu
antara nyata dan semu
tak tentu apa yang harus kutuju
ku tak dapat tentukan arah
yang kan buatku melangkah
kuatkan ranting patah
yang tlah menjadi sampah dalam tanah
ku tak dapat artikan rasa
yang datang secara tiba dan nyata
entah sejak kapan ini membuncah
menyatu didalam raga
ku tak mengerti akan kalbu
yang mengalun menuai rindu
entah sejak kapan ini menderu
tuhan bantu aku
ku tak ingin ini palsu
atau hanya sekedar bayang semu
bukan fatamorgana yang manjakanku
nyata laksana bintang di malam minggu
tuhan
kemanakah rindu ini harus ku tepiskan,
saat dermaga di lautan rasa
tak bisa tuk ku lihat
tuhan
dimanakah harus ku sampaikan
rindu yang menderu
menggugat nurani dan kalbu
menyentuh ragu
menuai semu
tuhan
kapankah ku harus luapkan rindu
rindu yang menghujam pikiranku
kelabu kini yang ku tau
tak ingin tuk ku berlarut
tuhan
pada siapakah harus kutitipkan rindu
yang lama menjadi bongkahan bersama syahdu
ku tak ingin menembus ragu
sampai kapan ku kan menunggu
kemanakah rindu ini harus ku tepiskan,
saat dermaga di lautan rasa
tak bisa tuk ku lihat
tuhan
dimanakah harus ku sampaikan
rindu yang menderu
menggugat nurani dan kalbu
menyentuh ragu
menuai semu
tuhan
kapankah ku harus luapkan rindu
rindu yang menghujam pikiranku
kelabu kini yang ku tau
tak ingin tuk ku berlarut
tuhan
pada siapakah harus kutitipkan rindu
yang lama menjadi bongkahan bersama syahdu
ku tak ingin menembus ragu
sampai kapan ku kan menunggu
Jumat, 16 November 2012
senja merekah,
seolah ku harus terbangun dari pejaman mata
kenyataan membuatku terdorong tuk menengadah
mencari jejak patah yang tersembunyi dalam tanah
ku terlampau melangkah,
hingga ternyata ku salah,
pikiranku melayang pada paras yang terarah
mengapa kau buat ku memerah
sejumput mata bertemu
menggebu kalbuku
ingin ku mengadu
apa mauku?
ku hempaskan pelabuhan harapan
berharap kau kan lapang dada
mulai menopang seuntai armada rasa
membuatnya padu kala ombak melaju
namun ku salah
angin yang tak berlalu menembus ragu
menutup kalbu semakin jauh
ku cukup bodoh lakukan itu
seolah ku harus terbangun dari pejaman mata
kenyataan membuatku terdorong tuk menengadah
mencari jejak patah yang tersembunyi dalam tanah
ku terlampau melangkah,
hingga ternyata ku salah,
pikiranku melayang pada paras yang terarah
mengapa kau buat ku memerah
sejumput mata bertemu
menggebu kalbuku
ingin ku mengadu
apa mauku?
ku hempaskan pelabuhan harapan
berharap kau kan lapang dada
mulai menopang seuntai armada rasa
membuatnya padu kala ombak melaju
namun ku salah
angin yang tak berlalu menembus ragu
menutup kalbu semakin jauh
ku cukup bodoh lakukan itu
kamis yang menakjubkan. ku bisa bersantai selama mungkin. maklum tanggal merah. bisa kumanfaatkan. setelah ku SMA ku bisa mengerti itu waktu. sedikit-sedikit ihihih, ternyata libur 1 hari saja amat ku rindukan. karena jika bukan hari libur begitu banyak kegiatan yang ingin dilakukan tapi nyatanya tertunda. sama hal-nya dengan hari kamis sangat menyenangkan. walaupun lelah. mari kuceirtakan...
pagi yang cukup cerah dan tidur yang benar-benar memuaskan. penatku agak terobati. sengaja ku bangun agak siang, agar mataku, pikiranku, khususnya seluruh anggota tubuhku tak terlalu over ku gunakan. kasihan mereka hahaha. dan juga sebuah bonus akhirat ku libur untuk sholat minggu ini hahahahah. jadi seenaknya saja aku bangun. okey, setelah ku bangun yang terlintas dibenakku ialah sepedaku. sepertinya aku harus .....
"Arghhhhh kemanaa????" tanyaku kesal. "apa?" sahut kakakku. "siapa ? sepedaku?" ujarku. "oh itu, pipi yang bawa" sambil terfokus ke masakan. "halo, kamu dimna? cepet pulang" ujarku dalam telefon. dia ialah kekesalan pertama yang terbuat di pagi itu. sambil menunggu ia pulang ku bersiap. tak lama. "kemana aja?" tanyaku. " tuh, gak kemana-mana" jawabnya.
mulai pudar amarahku, kekesalanku nyata terlupa. ketika ku berkeliling kota tempat dimana ku berada. sengaja ku berkeliling ke tempat yang jauh. agar aku dapat memanjakan mataku hahaha, dan merefrsh pikiranku. hal yang paling menyenangkan dalam hidupku ialah bersepeda dan menulis. "kok banyak yang bawa drumband gitu ya? mau apa?" tanyaku dalam hati ketika melewati serombongan anak berseragam membawa macam-macam alat musik. "Aha !!! aku baru ingat astagfirulloh ini kan hari tahun baru islam. hmm pasti mau ada yang hbeoh nih." ku bantingkan arahku ke arah pusat kota. aku tak ingin melewatkan apapun yang ada disana. aku yakin sekali amat mantap, akan ada sesuatu yang menggemparkan. ternyata benar !
anak-anak kecil yang mengagumkan. walaupun berat drum yang melingkari tubuh mereka itu,tapi mereka tetap ceria. sepatu boot yang tinggi, rok super mini, topi berbulu, dandanan yang menor, hahaha semua itu mengagumkan mereka tetap pede maminkan alat musik dan berlenggak lenggok semaunya. andai aku menjadi mereka sudah pasti aku enggan. hahaha tentunya karena faktor umurku yang saat ini. ibu-ibu nya pun tak mau kalah, banyak yang membawa alat musik. sebagian memainkannya sebagian lagi menyanyi sambil menari-nari. rombongan lain hanya mengibar-ngibarkan bendera. waw lihat, cantik sekali. rombongan ibu-ibu dengan pakaian seperti burung merak, hahaha. mengagumkan. begitu panjang amat panjang parade ini. untunglah aku tak lupa membawa camera ku. satu-dua jepretan membuatku puas. hihihihi.
tiba-tiba ....
"neng sendirian?" seseorang mengagetkan aku. kukerutkan keningku mengingat-ngingat apakah ku mengenalnya atau tidak ." eh..em.. emm. i.iya hehhe," gugup. ternyata ku tak mengenalnya. apa katanya tadi, Sendiri???? memang semua itu telah lama kurasakan, itu mungkin sudah menjadi darahku. darah yang mengalir ditubuhku. sangat menyatu sekali. kesendirian dan Aku. namun entahlah justru kesendirian itulah yang membuatku nyaman, bebas berekspresi, bebas melakukan apapun, aku seperti tak dibatasi oleh apapun, hanya Aku dan diriku. aku bebas memanjakan diriku sendiri. aku tak perlu mengumpulkan kosa kata merangkainya kedalam kalimat hingga menuangkan percakapan. tak mungkin kan jika ku berbicara sendiri mengobrol sendiri? kecuali dengan diri ku sendiri. aku menikmati kesendirianku. itu saja.
agak ku palingkan ke taman yang baru saja direnovasi, lumayan indah, ku duduk dipangku yang dipayungi oleh rindangnya pohon. sejuk sekali, ku lihat sekitarku ramai oleh orang dari berbagai usia. macam-macam yang sedang mereka lakukan. tak ada yang sendiri minimal dua orang dengan sahabatnya, temannya, suaminya, istrinya, keluarganya, ayahnya, ibunya, pacarnya, dan bla bla bla. hanya Aku. yang Sendiri. tak masalah sudah kubilang kunikmati kesendirianku. dan ku benar-benar nyaman dengan itu.
jam 7 hingga jam 9 pagi. cukuplah aku bersepeda selama itu. tiba dirumah tubuhku dibanjiri keringat. bau. memang bau sekali. sepertinya ku harus mandi 2x. agak siang. kakakku mengajak aku dan adikku berfoto. ke studio yang katanya editannya sangat bagus si fotografernya pun mengambil gambarnya dengan baik. setelah berputar-putar mencari tempat itu, tenryata tak ada. lanjut kakakku malah tutup. akhirnya kami pergi ke studio yang ada saja. lumayan cukup menarik hahahaha, tiba-tiba serempak perut kami keroncongan. nasi t.o, es teh manis, sambal, telur dadar, mendoan, dan kerupuk kulit, membuatku kenyang siang itu. mungkin kurang lebih seperti itu. :)
pagi yang cukup cerah dan tidur yang benar-benar memuaskan. penatku agak terobati. sengaja ku bangun agak siang, agar mataku, pikiranku, khususnya seluruh anggota tubuhku tak terlalu over ku gunakan. kasihan mereka hahaha. dan juga sebuah bonus akhirat ku libur untuk sholat minggu ini hahahahah. jadi seenaknya saja aku bangun. okey, setelah ku bangun yang terlintas dibenakku ialah sepedaku. sepertinya aku harus .....
"Arghhhhh kemanaa????" tanyaku kesal. "apa?" sahut kakakku. "siapa ? sepedaku?" ujarku. "oh itu, pipi yang bawa" sambil terfokus ke masakan. "halo, kamu dimna? cepet pulang" ujarku dalam telefon. dia ialah kekesalan pertama yang terbuat di pagi itu. sambil menunggu ia pulang ku bersiap. tak lama. "kemana aja?" tanyaku. " tuh, gak kemana-mana" jawabnya.
mulai pudar amarahku, kekesalanku nyata terlupa. ketika ku berkeliling kota tempat dimana ku berada. sengaja ku berkeliling ke tempat yang jauh. agar aku dapat memanjakan mataku hahaha, dan merefrsh pikiranku. hal yang paling menyenangkan dalam hidupku ialah bersepeda dan menulis. "kok banyak yang bawa drumband gitu ya? mau apa?" tanyaku dalam hati ketika melewati serombongan anak berseragam membawa macam-macam alat musik. "Aha !!! aku baru ingat astagfirulloh ini kan hari tahun baru islam. hmm pasti mau ada yang hbeoh nih." ku bantingkan arahku ke arah pusat kota. aku tak ingin melewatkan apapun yang ada disana. aku yakin sekali amat mantap, akan ada sesuatu yang menggemparkan. ternyata benar !
anak-anak kecil yang mengagumkan. walaupun berat drum yang melingkari tubuh mereka itu,tapi mereka tetap ceria. sepatu boot yang tinggi, rok super mini, topi berbulu, dandanan yang menor, hahaha semua itu mengagumkan mereka tetap pede maminkan alat musik dan berlenggak lenggok semaunya. andai aku menjadi mereka sudah pasti aku enggan. hahaha tentunya karena faktor umurku yang saat ini. ibu-ibu nya pun tak mau kalah, banyak yang membawa alat musik. sebagian memainkannya sebagian lagi menyanyi sambil menari-nari. rombongan lain hanya mengibar-ngibarkan bendera. waw lihat, cantik sekali. rombongan ibu-ibu dengan pakaian seperti burung merak, hahaha. mengagumkan. begitu panjang amat panjang parade ini. untunglah aku tak lupa membawa camera ku. satu-dua jepretan membuatku puas. hihihihi.
tiba-tiba ....
"neng sendirian?" seseorang mengagetkan aku. kukerutkan keningku mengingat-ngingat apakah ku mengenalnya atau tidak ." eh..em.. emm. i.iya hehhe," gugup. ternyata ku tak mengenalnya. apa katanya tadi, Sendiri???? memang semua itu telah lama kurasakan, itu mungkin sudah menjadi darahku. darah yang mengalir ditubuhku. sangat menyatu sekali. kesendirian dan Aku. namun entahlah justru kesendirian itulah yang membuatku nyaman, bebas berekspresi, bebas melakukan apapun, aku seperti tak dibatasi oleh apapun, hanya Aku dan diriku. aku bebas memanjakan diriku sendiri. aku tak perlu mengumpulkan kosa kata merangkainya kedalam kalimat hingga menuangkan percakapan. tak mungkin kan jika ku berbicara sendiri mengobrol sendiri? kecuali dengan diri ku sendiri. aku menikmati kesendirianku. itu saja.
agak ku palingkan ke taman yang baru saja direnovasi, lumayan indah, ku duduk dipangku yang dipayungi oleh rindangnya pohon. sejuk sekali, ku lihat sekitarku ramai oleh orang dari berbagai usia. macam-macam yang sedang mereka lakukan. tak ada yang sendiri minimal dua orang dengan sahabatnya, temannya, suaminya, istrinya, keluarganya, ayahnya, ibunya, pacarnya, dan bla bla bla. hanya Aku. yang Sendiri. tak masalah sudah kubilang kunikmati kesendirianku. dan ku benar-benar nyaman dengan itu.
jam 7 hingga jam 9 pagi. cukuplah aku bersepeda selama itu. tiba dirumah tubuhku dibanjiri keringat. bau. memang bau sekali. sepertinya ku harus mandi 2x. agak siang. kakakku mengajak aku dan adikku berfoto. ke studio yang katanya editannya sangat bagus si fotografernya pun mengambil gambarnya dengan baik. setelah berputar-putar mencari tempat itu, tenryata tak ada. lanjut kakakku malah tutup. akhirnya kami pergi ke studio yang ada saja. lumayan cukup menarik hahahaha, tiba-tiba serempak perut kami keroncongan. nasi t.o, es teh manis, sambal, telur dadar, mendoan, dan kerupuk kulit, membuatku kenyang siang itu. mungkin kurang lebih seperti itu. :)
Jumat, 14 September 2012
bunda, kini ku telah lewati masa kanak-kanakku
namun sikapku tetap saja secuil biji padi
meski begitu aku mungkin sedang dan telah lewati masa remajaku
mungkin ku sudah mulai menganggap telah tumbuh ranting
dari benih yang kau tanam ini
bunda, maafkan semua dalam diriku
yang selalu buatmu mengeluh pada-Nya
maafkan hitam dan putih yang terlihat dalam matamu
hingga ku buat kau tuk marah
maafkan aku atas tangismu
yang sebenarnya tak akan pernah ku relakan
maafkan aku atas resahmu
yang sebenarnya tak ku buat kau menunggu
maafkan aku atas harapmu
dari benih yang entah kan menjadi pohon kekar
ataukah layu dalam kemarau
bunda, bukan tuk tak mungkin
jika aku telah dinanti-Nya
bukan tuk tak mungkin jika pada akhirnya
akulah orang pertama yang kan tidur disamping ayahanda
bunda, bukan tuk tak percaya
jika esok lusa bukan aku yang kan mencium punggung tanganmu
kala mentari dan fajar berlari, memulai hari kembali
bunda, bukan tuk tak percaya
jika esok hari bukan aku yang kan buatmu resan dan mengeluh pada-Nya
bunda, ku ingin doa tulusmu
yang kan jadi pengiring lagu selamat tidurku
yang selalu kau nyanyikan kala mataku kan terpejam
dengan sinar bulan yang menderang
dengan kasih sayang dan pelukan hangat yang kau simpan
bunda, bukan tangismu
yang kan jadi pembeban selanjutnya
kuharap semua akan jauh lebih baik lagi
bunda, maafkan aku,
jika bukan aku yang ada disisimu
bunda maafkan aku jika benih ini
takkan berbunga dimusim semi
bunda,
bunda,
bunda,
namun sikapku tetap saja secuil biji padi
meski begitu aku mungkin sedang dan telah lewati masa remajaku
mungkin ku sudah mulai menganggap telah tumbuh ranting
dari benih yang kau tanam ini
bunda, maafkan semua dalam diriku
yang selalu buatmu mengeluh pada-Nya
maafkan hitam dan putih yang terlihat dalam matamu
hingga ku buat kau tuk marah
maafkan aku atas tangismu
yang sebenarnya tak akan pernah ku relakan
maafkan aku atas resahmu
yang sebenarnya tak ku buat kau menunggu
maafkan aku atas harapmu
dari benih yang entah kan menjadi pohon kekar
ataukah layu dalam kemarau
bunda, bukan tuk tak mungkin
jika aku telah dinanti-Nya
bukan tuk tak mungkin jika pada akhirnya
akulah orang pertama yang kan tidur disamping ayahanda
bunda, bukan tuk tak percaya
jika esok lusa bukan aku yang kan mencium punggung tanganmu
kala mentari dan fajar berlari, memulai hari kembali
bunda, bukan tuk tak percaya
jika esok hari bukan aku yang kan buatmu resan dan mengeluh pada-Nya
bunda, ku ingin doa tulusmu
yang kan jadi pengiring lagu selamat tidurku
yang selalu kau nyanyikan kala mataku kan terpejam
dengan sinar bulan yang menderang
dengan kasih sayang dan pelukan hangat yang kau simpan
bunda, bukan tangismu
yang kan jadi pembeban selanjutnya
kuharap semua akan jauh lebih baik lagi
bunda, maafkan aku,
jika bukan aku yang ada disisimu
bunda maafkan aku jika benih ini
takkan berbunga dimusim semi
bunda,
bunda,
bunda,
Minggu, 12 Agustus 2012
ada hati yang harus mengerti
ada hati yang harus terpejam sekejap
ada hati yang harus tulus
ada hati yang harus menjadi karang
ada hati yang harus haus
ada hati yang tak bisa lelah
menyembunyikan bayangnya
menyebut namanya
mendengar desahnya
ada hati yang kelu
kala sapuan ombak hanya tinggal garisnya
yang menggurat di bibir pantai
ada hati yang terjerembab
kala mencoba selami
lubang yang paling dalam
ada hati yang selalu ingin
bernaung dalam rindangnya
berkeluh dalam dekapnya
menari dalam belainya
ada hati yang tak bisa keropos
meski mentari turut serta membakarnya
meski hujan turut menghujamnya
meski angin turut sisihkannya
ada lentera dalam gelapnya malam
ada hati yang harus terpejam sekejap
ada hati yang harus tulus
ada hati yang harus menjadi karang
ada hati yang harus haus
ada hati yang tak bisa lelah
menyembunyikan bayangnya
menyebut namanya
mendengar desahnya
ada hati yang kelu
kala sapuan ombak hanya tinggal garisnya
yang menggurat di bibir pantai
ada hati yang terjerembab
kala mencoba selami
lubang yang paling dalam
ada hati yang selalu ingin
bernaung dalam rindangnya
berkeluh dalam dekapnya
menari dalam belainya
ada hati yang tak bisa keropos
meski mentari turut serta membakarnya
meski hujan turut menghujamnya
meski angin turut sisihkannya
ada lentera dalam gelapnya malam
Sabtu, 04 Agustus 2012
2 Agustus 1962. walaupun aku tak jadi saksi. namun ku bisa bayangkan dengan imajinasi. bagaimana rengekanmu yang terkadang buat ibumu tertawa, tersenyum, terkagum, atau malah semakin membingungkan, membuatnya marah, hingga hilang kesabaran, hahaha. tapi kau tahu ibumu. kau tahu bagaimana sosoknya. seperti apapun marahnya, ia selipkan senyuman itu tuk tenangkan dirimu. ku bisa bayangkan bagaimana bandelnya kau saat kau mulai bisa berjalan. aku bisa bayangkan begitu banyaknya benjolan yang ada di kepalamu karena kau lebih sering terjatuh tuk mulai lancar berjalan. dan aku juga bisa membayangkan bagaimana ibu mu mulai tidak bisa menyembunyikan kemarahannya atau menyelipkan lagi senyuman saat ia benar-benar marah, karena ulahmu yang berlebihan. aku bisa bayangkan betapa kotor dan baunya dirimu saat sore hari karena kau telah mengenal sepakbola. aku bisa mengerti kala kau mulai belajar dewasa dan aktif didunia kemasyarakatan. kau tunjukan dirimu. hingga orang-orang disekelilingmu kagum. dan berharap tak ingin kau pergi jauh. aku bisa bayangkan, bagaimana usaha kau tuk merayu calon menantu mu tuk dapatkan bidadari yang kini setia menemaniku. aku bisa bayangkan bagaimana raut wajahmu saat kau ketakutan terkena marah atau tak dapat restu saat kau mengajak ibu kencan tanpa pamit. hahhaha. aku bisa bayangkan bagaimana kau menyikapi dan menghadapi calon menantumu yang begitu keras dan tak kunjung memberi restu. hingga telah tiba, aku masih bisa membayangkannya. hari dan moment yang begitu indah nan penting tuk disaksikan oleh bumi dan cakrawala.kau dapatkan gadis yang kini ku sebut "mama". ku bisa simak tawa yang kau pamerkan simbol kebanggaan atas semua perjuangan yang dominannya begitu pahit. aku pun masih bisa tuk membayangkan dan meyakini, bagaimana bahagianya engkau mendapatkan 3 buah hati yang bisa kau taruh harapan pada mereka. dan sekarang, aku masih mengingatnya bagaimana kau pergi dengan jalan yang begitu indah 18 hari lebih awal dari hari ulang tahunmu, ayah.
tuhan terima kasih tuk tetesan embun yang masih bisa kuteguk
tuhan, terima kasih tuk belaian manja angin yang masih bisa ku hirup
tuhan, terima kasih tuk mawar dalam naungan duri
yang masih bisa ku lihat pancaran pesonanya
tuhan terima kasih tuk secercah cahaya yang setia temani dalam gulita
tuhan terima kasih tuk waktu yang kau tambah
diantara puing-puing ke khilafan dan kebodohan
tuhan terima kasih tuk jemari yang siap menari
tuk lakukan apa yang aku ingin
tuhan terima kasih tuk lisan yang setia terbuka,
tuk ajarkan aku bagaimana cara mengucap asma-Mu
lebih pantas lebih banyak dan lebih halus
tuhan terima kasih, atas kenikmatan yang tak mungkin ku dustakan
diantara samudera, cakrawala, dan bumi yang membentang
sebagai bukti dari segala.
tuhan, maafkan hamba yang tak kunjung saat Kau nantikan aku
tuk segera mengucapnya,
tuhan maafkan hamba yang tak lekas bergegas,
tuk lakukan segala kewajiban,
tuhan maafkan hamba yang masih buta dibuat pesona dunia
tuhan maafkan hamba yang masih mencintai apa yang tak Kau cintai
Rabbi tolong jangan tutup pintu hati,
aku ingin kembali..
tuhan, terima kasih tuk belaian manja angin yang masih bisa ku hirup
tuhan, terima kasih tuk mawar dalam naungan duri
yang masih bisa ku lihat pancaran pesonanya
tuhan terima kasih tuk secercah cahaya yang setia temani dalam gulita
tuhan terima kasih tuk waktu yang kau tambah
diantara puing-puing ke khilafan dan kebodohan
tuhan terima kasih tuk jemari yang siap menari
tuk lakukan apa yang aku ingin
tuhan terima kasih tuk lisan yang setia terbuka,
tuk ajarkan aku bagaimana cara mengucap asma-Mu
lebih pantas lebih banyak dan lebih halus
tuhan terima kasih, atas kenikmatan yang tak mungkin ku dustakan
diantara samudera, cakrawala, dan bumi yang membentang
sebagai bukti dari segala.
tuhan, maafkan hamba yang tak kunjung saat Kau nantikan aku
tuk segera mengucapnya,
tuhan maafkan hamba yang tak lekas bergegas,
tuk lakukan segala kewajiban,
tuhan maafkan hamba yang masih buta dibuat pesona dunia
tuhan maafkan hamba yang masih mencintai apa yang tak Kau cintai
Rabbi tolong jangan tutup pintu hati,
aku ingin kembali..
Senin, 30 Juli 2012
beberapa hal yang tidak membatalkan puasa,
Apa sajakah itu?
Gosok gigi
Islam memerintahkan kita menjaga kebersihan, salah satunya dengan menjaga kebersihan gigi. Karena itu menggosok gigi tetap dianjurkan walau sedang berpuasa. Hal ini mengacu ke hadis, Amir bin Rabi’ah R.A. mengatakan, “Aku melihat Rasulullah SAW menggosok gigi padahal beliau sedang puasa” (H.R. Ahmad dan Bukhari).
Muntah & mimpi basah
Orang yang muntadan mimpi basah puasanya tidak batal karena itu di luar kemampuan dirinya. Sebagaimana hadits, “Tidak batal orang yangmuntah, yangmimpi hubungan seks, dan berbekam (diambil darah).” (H.R. Abu Daud).
Mencium istri
Istri Rasulullah SAW. Ummu Salamah r.a. mengatakan, “Nabi Muhammad SAW menciumku padahal beliau sedang puasa" (H.R. Tirmidzi).
Diriwayatkan dari Aisyah R.A., “Nabi Muhammad SAW memeluk dan mencium (istrinya) ketika sedang berpuasa, dan beliau lebih mampu menahan diri dari siapa pun di antara kalian” (H.R. Bukhari).
Diambil darah
Diambil darah saat puasa untuk keperluan laboratorium atau sebagai donor darah tidak membatalkan puasa kecuali jika dengan donor tubuh menjadi lemah (drop), diperbolehkan untuk berbuka. Hal ini mengacu pada hadis, “Nabi Muhammad SAW berbekam (diambil darah) ketika beliau puasa” (H.R. Bukhari).
Mandi siang hari
Mandi di siang hari tidak membatalkan puasa sebagaimana keterangan seorang sahabat berikut, “Aku melihat Rasulullah SAW menuangkan air di kepalanya ketika puasa karena cuaca panas” (H.R. Ahmad).
Berkumur-kumur
Umar R.A. berkata, "Suatu hari aku merasa gembira kemudian aku mencium [istriku] padahal aku sedang puasa. Lalu aku mendatangi Nabi Muhammad SAW kataku, 'Hari ini saya melakukan kesalahan besar, saya mencium istri padahal sedang puasa,' Rasulullah SAW bersabda, 'Apa pendapatmu jika kamu berkumur dengan air, padahal engkau puasa?' Aku menjawab,'Tidak apa-apa,' Nabi bersabda, 'Lalu mengapa?'" (H.R. Ahmad dan Abu Daud)
Gosok gigi
Islam memerintahkan kita menjaga kebersihan, salah satunya dengan menjaga kebersihan gigi. Karena itu menggosok gigi tetap dianjurkan walau sedang berpuasa. Hal ini mengacu ke hadis, Amir bin Rabi’ah R.A. mengatakan, “Aku melihat Rasulullah SAW menggosok gigi padahal beliau sedang puasa” (H.R. Ahmad dan Bukhari).
Muntah & mimpi basah
Orang yang muntadan mimpi basah puasanya tidak batal karena itu di luar kemampuan dirinya. Sebagaimana hadits, “Tidak batal orang yangmuntah, yangmimpi hubungan seks, dan berbekam (diambil darah).” (H.R. Abu Daud).
Mencium istri
Istri Rasulullah SAW. Ummu Salamah r.a. mengatakan, “Nabi Muhammad SAW menciumku padahal beliau sedang puasa" (H.R. Tirmidzi).
Diriwayatkan dari Aisyah R.A., “Nabi Muhammad SAW memeluk dan mencium (istrinya) ketika sedang berpuasa, dan beliau lebih mampu menahan diri dari siapa pun di antara kalian” (H.R. Bukhari).
Diambil darah
Diambil darah saat puasa untuk keperluan laboratorium atau sebagai donor darah tidak membatalkan puasa kecuali jika dengan donor tubuh menjadi lemah (drop), diperbolehkan untuk berbuka. Hal ini mengacu pada hadis, “Nabi Muhammad SAW berbekam (diambil darah) ketika beliau puasa” (H.R. Bukhari).
Mandi siang hari
Mandi di siang hari tidak membatalkan puasa sebagaimana keterangan seorang sahabat berikut, “Aku melihat Rasulullah SAW menuangkan air di kepalanya ketika puasa karena cuaca panas” (H.R. Ahmad).
Berkumur-kumur
Umar R.A. berkata, "Suatu hari aku merasa gembira kemudian aku mencium [istriku] padahal aku sedang puasa. Lalu aku mendatangi Nabi Muhammad SAW kataku, 'Hari ini saya melakukan kesalahan besar, saya mencium istri padahal sedang puasa,' Rasulullah SAW bersabda, 'Apa pendapatmu jika kamu berkumur dengan air, padahal engkau puasa?' Aku menjawab,'Tidak apa-apa,' Nabi bersabda, 'Lalu mengapa?'" (H.R. Ahmad dan Abu Daud)
from Yahoo.
(sabari ngabuburit)
hai, aku Nadira. umurku yaaa mungkin masih jamannya anak putih abu gitu. Masih bermimpi tentang apa yang ingin ku raih, Masih merengek di kala gelap tak kunjung bersahabat. ini kisahku tentang aku dan dia ....
"Diraaaa, Diraaaa.." suara Anton terdengar begitu nyaring, berasal dari balkon kamarnya. ia tetanggaku sekaligus teman sejak masa kecilku. "Abis dari mana sih,?" melepas earphone. "Heii.... umm-mhm abis dari depan." melambai, tersenyum ragu. aku berbohong padanya. Ia selalu marah jika ku pergi ke taman tanpa dirinya. "Kok bawa sepeda?" mengerutkan kening terus menginterogasiku. "uumm-hm he..he..heheh, tadi.. umm..tadii.. tadi sekalian disuruh mamah ke mini market. iyah ke mini market." tersenyum ragu. "bener ke mini market? mana belanjaannya?" lanjut masih menginterogasiku. aku hanya mengigit bibir. "udahlah lamaa, sinih naik aku mau nunjukin sesuatu." tersenyum lebar.
"Diraaaa, Diraaaa.." suara Anton terdengar begitu nyaring, berasal dari balkon kamarnya. ia tetanggaku sekaligus teman sejak masa kecilku. "Abis dari mana sih,?" melepas earphone. "Heii.... umm-mhm abis dari depan." melambai, tersenyum ragu. aku berbohong padanya. Ia selalu marah jika ku pergi ke taman tanpa dirinya. "Kok bawa sepeda?" mengerutkan kening terus menginterogasiku. "uumm-hm he..he..heheh, tadi.. umm..tadii.. tadi sekalian disuruh mamah ke mini market. iyah ke mini market." tersenyum ragu. "bener ke mini market? mana belanjaannya?" lanjut masih menginterogasiku. aku hanya mengigit bibir. "udahlah lamaa, sinih naik aku mau nunjukin sesuatu." tersenyum lebar.
***
"apaan?" tanyaku heran. "enggak ada." wajah polos. "iiiihh katanya mau nunjukin sesuatu, udah ah mau balik aja." membalikkan badan. "e..e..e tunggu dulu. sini temenin aku bikin puisi." menghalau jalan menuju pintu. "mau ditemenin apa dibikinin?" tanyaku sinis. "hahhaha dua-duanya boleh deh." tersenyum lebar. "ogah males. awas-awas-awas mau pulang nih," kesal. "yaah gak asik, jadi.. gak mau nih bener?" menggoda. "enggak." tegas. membalikan badan. "uuuhh jelek banget tu muka cemberutnya abis-abisan," menghadap ke arahku. "iiihhh bikin sebel orang aja, heuuuuhhhh tau ah." akhirnya berhasil keluar juga. "heyy, sini balik hey, wah wah wah bener gak mau nih? yahh yah yah." nada kecewa.
***
"Diraaaa, Nadiraaa, sini turun sebentar." ujar mama. "ada apa ma? kalo Anton bilang Dira nya marah." teriakku dari atas kamar.
4 menit kemudian. suara pintu membujukku agar membukanya, pasti Anton dugaku. "Apaan ayo?" membuka pintu. "Bener lu masih ngambek?" tanyanya. "keliatannya gimana?" nada kesal. "Sorry deh tadi cuman goda lu doang aja, nih tadi gue jalan sama Tio. guebeliin ini deh. mau kagak?" kembali menggoda, huh kebiasaan barunya menginjak usia remaja, mungkin kelebihan nonton ftv. "apaan nih?" agak lembut. "buka aja." ujarnya. lampu tidur, ya isinya lampu tidur. Anton menyuruhku untuk mencobanya, ketika dinyalakan lampunya berputar layaknya komedi putar bentuknya pun hampir mirip dengan komedi putar, umm-mh aku kenal dengan instrumen ini. "makasih, tapi gue gak minta llhoo." tersenyum. "ambil aja, gue sih gak kenapa. lagian masa iya aja mau gue taro di kamar."
"hahhahahahaha" tertawa bersama.
***
2 bulan kemudian sekolah kami kedatangan anak baru yang berasal dari sebuah sekolah yang lumayan ternama. Ia bernama Nafira, dipanggil Fira. beda satu huruf denganku. Ia cantik, rambutnya selalu tergerai dengan pita merah yang membuatnya semakin cantik. Ia juga cukup pintar, . namun aku tak terlalu mengenalnya dalam saat ini,
"Dira yah." seseorang dari belakang mengagetkan aku. "Eh. I,,iya." ujarku. ternyata si anak baru itu. "kenapa?" tanyaku. "enggak, aku cuman mau nanya aja kalo lomba ngebuat cerpen itu masih nerima peserta gak yah?" balik nanya. "umm-mhm coba tanya sama Bu Linda, sorry aku bukan sekretariatnya hehe." tersenyum tipis. "hehehe iyah deh nanti aku coba tanyain." menuju pintu keluar kantin.
"gaje deh tu orang." ujar Lisya. "husss, biarin lah. mungkin pengen basa basi sama gue hahaha."
***
Lomba membuat Cerpen, itu agenda Osis sekolahku diminggu ini. bekerja sama dengan guru-guru mata pelajaran bahasa Indonesia dan Pembina Sanggar Seni sekolahku. aku sangat antusias mengikutinya. sampai-sampai aku menjadi pendaftar nomor wahid. aku sangat bersemangat untuk ini. aku ingin menghadiahkan sesuatu untuk Anton, ceritanya sih pengen ngebales balik atas hadiahnya itu. sudah terlampau sering ia membuatku terkagum-kagum, maka aku ingin membalasnya membuat ia pun terkagum-kagum padaku. namun tak ku ceritakan tujuan ku ikuti lomba ini untuknya ....
"Ayo semangatlah, lu pasti bisa. tenang aja." menepuk bahuku. "iyah gue usahain." tersenyum, ku kirimkan tatapan harapan padanya. Lomba itu dimulai para peserta duduk rapih di lapangan sekolah yang begitu luas. lomba itu diadakan disana. kami diberi waktu 1 jam untuk membuat cerpen tersebut. para Suporter ataupun murid-murid dilarang gaduh atau membuat bising keadaan. jadi hanya boleh menonton saja dari kejauhan. saat itu aku membayangkan bagaimana,aku dan Anton saling berkenalan. disaat umur 3 tahun. kami bertemu di taman. Ibu ku dan ibu Anton yang membawaku dan Anton ke taman. hingga akhirnya kami bertemu. Aku menolong Anton memboyong ia pada ibu nya saat ia jatuh tergelincir di tanah yang basah. aku ceritakan semua itu di pagi ini ...
***
"pengumumannya minggu depan yah?" Fira kembali mengagetkan aku. "I..iyah." ujarku. "bagaimana tadi?" tanyanya. "ya begitulah." tersenyum tanggung. "hey." anton datang menghampiri. "Kantin yuk" ajaknya. akhirnya kami bertiga pergi ke kantin, biasanya hanya aku dan Anton. tapi tak mengapa. "Oh ini Nafira itu." celoteh Anton, meramaikan suasana. mereka asyik mengobrol setelah saling kenal. kenapa aku jadi jealous? hahhhh masa bodo masa bodo. itu yang ada dalam benakku. yah mereka asyik menceritakan hobinya yang sama itu. mereka senang bermain playstation. aku pun sama. hanya saja mungkinkini Anton, masih anteng tuk bercengkrama dengan Nafira.
***
pengumuman Lomba Cerpen ditempel di mading sekolah. aku kembali menjadi nomor wahid yang melihatnya. aku mengecek 2 pemenang Lomba Cerpen itu sayang, Nafira bukan Nadira.
"hey." Anton memecah lamunanku. aku hanya diam, malah ku alihkan badanku agar kami tak saling bertatap muka. "Tak apa esok masih ada kesempatan." menepuk bahuku. ketika ku alihkan badan tuk melihatnya. sayang, kini ia berlari ke arah Nafira.
***
sudah 3 minggu. aku dan Anton jarang bermain playstation bersama, tidak bersepeda ke taman bersama, pokoknya tidak mengerjakan kegiatan-kegiatan yang seru, asik, mengagumkan lagi, yang sebenarnya wajib untuk dikerjakan olehku dan Anton. entah kemana batang hidungnya. tak ku lihat ia di balkon kamarnya. aku sudah sering berkunjung ke rumahnya. tapi ia selalu tidak ada dirumah .... tak ada panggilan masuk lagi pada pukul 21.00 malam. kamu kemana? itu yang dipikiranku.
***
"hey." Fira mengagetkanku yang sedang melamun, menyender ke dinding di lorong-lorong kelas. "Eh..eh.. umm. hey." tersenyum tipis. "kau kenal dekat dengan Anton?" pertanyaan aneh. "Umm-mhm.. I..iya.. tentu saja. aku mengenalnya sejak berumur 3 tahun dan sekarang aku dan Anton berumur 15 tahun." jawabku.
"waktu yang cukup lama untuk saling mengenal." ujarnya. "maksud mu?" tanyaku. "akhir-akhir ini ia pun sering main ke rumahku, kami sering bermain bersama. apakah ia ingin aku jadi sahabatnya juga?" tak ingin ku dengar. "mungkin." sebenarnya aku tercengan akan hal itu, namun ku mencoba bersikap biasa saja. dengan mengambil nada yang mungkin tak mencurigakan. "Anton itu baik banget lhoo," lanjutnya. semakin tak ingin ku dengar. "baik apanya?" tanyaku. "Ia sering beliin aku hadiah." aku tak dengar. "baguslah." aku kembali ke kelas meninggalkannya di lorong, sudah cukup.
***
"that should be me ......" nada panggilan yang ku pasang di handphone-ku. tertulis Anton di layarnya. aku berusaha tuk tak menjawabnya, tapi .....
"hey Dira, lama banget sih angkatnya. " celotehnya. "hehe" hanya itu yang ku keluarkan.
"gue pengen cerita banyak nih, sama lu. banyaaaaaaaaaaaaaakkkkkkkk banget." suaranya tampak girang. "boleh" dingin. Ia memulai ceritanya itu, hingga pukul 23.00 ia masih bercerita. namun bisa kusimpulkan, ia menyukai Nafira, ia meminta beberapa solusi padaku. khususnya untuk menjadi boyfriend-nya. untunglah Anton tak mendengar desah tangisku sejak ia bercerita hingga akhir pembicaraan gila tersebut. mungkin saking girangnya. terlintas dalam pikiranku, ia tak peduli tentang tatapan harapan yang ku kirimkan saat Lomba Cerpen bulan lalu. Tuhan ku tak bisa pejamkan hati ....
***
"tumben gak sama Anton Dir," ujar Lisya. "Enggak Lis, Anton banyak kerjaan." lesu. "yaudah bareng gue yuk sini." ajak Lisya. memang sudah lama aku tak pulang bersama dengan Anton, aku tahu mungkin dia sedang PDKT dengan Fira. tak usah ku ganggu.
***
"that should be me....." handphone-ku berbunyi. Anton. aku tak mengangkatnya. hingga untuk ke 20 x panggilannya aku mengangkatnya. "kemana aja lu? baru diangkat." ia masih tak mengerti. "gue tidur." semakin lesu. "biasanya lu tidur gue nelpon juga diangkat." tak ingin ku dengar. "gue gak enak badan" aku tak berbohong. "sakit???" nada kaget. sempat membuatku agak pulih, nadanya mengisyaratkan ia masih peduli. namun,
"sorry ya gue belum sempet jenguk lu, gue lagi di rumah Fira." nada girang sekali.lebih dari tak ingin ku dengar. "gue mau minum obat." menutup telepon.
***
malam itu aku memutar video. moment indahku dengan Anton. sejak kecil. tawa bercampur tangis. entah bagaimana Anton melupakannya begitu cepat. padahal kami saling mengenal dengan waktu yang sangat lama. entah mengapa aku menjadi begini. harusnya ku semakin bahagia dengan kedekatannya Anton dengan Fira. mungkin aku, hahhhh!!!! entahlah tak ingin ku katakan.
***
"Nadiraaaaaaaaaaaaaa." teriakan Anton dari lorong kelas, menjemputku yang sedang berjalan lemah. memegang tanganku yang dingin. "gue... gue... " dia gugup. aku tak sabar menantikannya. "gue.. gue... gue jadian sama Nafira." tertawa lebar, nada girang, tersenyum sangat hangat, sehangat tangannya menjalar ke ujung jemari lenganku. "gue seneng." aku berbohong.
***
hujan. hujan mengguyur bumi malam itu. larut dalam tangisku. lampu tidur pemberian Anton sejak tadi sore ku nyalakan tak ku hentikan sedetik pun. 'that should be me' yah benar 'that should be me, lagu itu sudah ku putar untuk yang ke 23 kali nya. ku menatap balkon kamarnya dari jendela. tak ada bayangan. yaa takkan ada lagi bayangan mengagumkan, tuhan redupkanlah hati ...
Sabtu, 28 Juli 2012
Copast-an hihiihih ƪ(ˆ▽ˆ)ʃ
Nastar Keju Kraft
Bahan isi
250 gram gula pasir
4 buah nanas ukuran kecil, lalu parut atau diblender
Bahan olesan
4 kuning telur
50 gram Keju Kraft Cheddar, parut agak kasar
Bahan kulit
100 gram margarine
250 gram butter
60 gram gula halus
200 gram Keju Kraftf Cheddar, parut halus
600 gram terigu protein sedang
4 kuning telur
2 sdm susu bubuk fullcream
• Masak nanas parut hingga air dari sari nanas meresap. Lalu masukkan gula pasir secara bertahap. Aduk terus hingga kering. Angkat, dinginkan.
Kulit:
• Dengan menggunakan mixer campur mentega dan gula halus hingga tercampur rata dan pucat, lalu masukkan kuning telur, aduk kembali. Lalu masukkan setengah bagian dari parutan Keju Kraft Cheddar.
• Masukkan susu bubuk, aduk perlahan menggunakan spatula.
• Masukkan tepung terigu sedikit demi sedikit dan pastikan adonan terasa kalis.
• Masukkan kembali setengah bagian dari Keju Kraft Cheddar parut, lalu aduk rata.
Penyelesaian:
• Ambil sedikit adonan kulit. Pipihkan lalu beri isi dan bentuklah menyerupai bola.
• Letakkan dalam loyang yang sudah diolesi mentega atau alasi dengan kertas roti, beri jarak dari masing-masing nastar.
• Olesi kuning telur, kemudian taburi bagian atasnya dengan Keju Kraft Cheddar parut.
• Panggang dalam oven bersuhu 180˚C selama 25-30 menit atau hingga kuning keemasan dan matang
kalau ada yang mau bikin, bagi yaaa hehehe ^^
250 gram gula pasir
4 buah nanas ukuran kecil, lalu parut atau diblender
Bahan olesan
4 kuning telur
50 gram Keju Kraft Cheddar, parut agak kasar
Bahan kulit
100 gram margarine
250 gram butter
60 gram gula halus
200 gram Keju Kraftf Cheddar, parut halus
600 gram terigu protein sedang
4 kuning telur
2 sdm susu bubuk fullcream
Cara Memasak
Isi:• Masak nanas parut hingga air dari sari nanas meresap. Lalu masukkan gula pasir secara bertahap. Aduk terus hingga kering. Angkat, dinginkan.
Kulit:
• Dengan menggunakan mixer campur mentega dan gula halus hingga tercampur rata dan pucat, lalu masukkan kuning telur, aduk kembali. Lalu masukkan setengah bagian dari parutan Keju Kraft Cheddar.
• Masukkan susu bubuk, aduk perlahan menggunakan spatula.
• Masukkan tepung terigu sedikit demi sedikit dan pastikan adonan terasa kalis.
• Masukkan kembali setengah bagian dari Keju Kraft Cheddar parut, lalu aduk rata.
Penyelesaian:
• Ambil sedikit adonan kulit. Pipihkan lalu beri isi dan bentuklah menyerupai bola.
• Letakkan dalam loyang yang sudah diolesi mentega atau alasi dengan kertas roti, beri jarak dari masing-masing nastar.
• Olesi kuning telur, kemudian taburi bagian atasnya dengan Keju Kraft Cheddar parut.
• Panggang dalam oven bersuhu 180˚C selama 25-30 menit atau hingga kuning keemasan dan matang
kalau ada yang mau bikin, bagi yaaa hehehe ^^
Langganan:
Postingan (Atom)