Sabtu, 22 Desember 2012

hai. namaku Manda. maukah kau dengar ceritaku?
semua ini berawal dari pelangi dalam senja. daun yang menepuk air mata. dan cahaya yang mengukir di keresahan. "Hai siapa namamu? kenalkan aku Manda."ujarku pada teman baruku disekolahku yang baru juga. sering sekali ku pindah sekolah karena ayahku yang terus saja dipindahkan tugasnya. "hmm.  namaku Dinda." senyum tipis, awal dari perkenalan kami.
setelah kurang lebih 2 bulan aku mengenalnya, semuanya terasa baik-baik saja. dia cukup ceria, anggun, dan penurut. dia juga pendengar curhatan yang baik. saran-sarannya terkadang selalu manjur. ditambah kepintarannya yang membuatku iri. aku dan Dinda duduk di barisan ketiga, dan bangku ke tiga juga. didepan kami ialah bangku Anto dan Farhan. anto anak yang benar-benar mengasyikan dia sangat kocak. Farhan anak yang lumayan kalem, ceria, sulit ditebak. kami berempat sangat kompak soal ngobrol. Farhan dan Anto pun lebih sering berkumpul dengan aku dan Dinda. mereka semua mengasyikan.

1 semester sudah ku berada disekolah ini.
ada yang ganjil soal pertemananku dengan Anto,Farhan juga Dinda. namun ku tak terlalu memikirkannya. Farhan akhir-akhir ini sering menghubungiku. ia sering mengajakku mengobrol lewat sms. sampai-sampai tingkahnya sulit untuk ku cocokkan dengan karakter yang biasa ku lihat sehari-hari. Huuh, tak usahlah ku berlebihan memikirkannya.
"Manda," ujar Dinda. "napa Din?" asyik menulis. "Farhan kok aneh yah sikapnya, beda lho." kening mengerut. "beda gimana?" masih asyik menulis. "dia jarang ngehubungi aku lho," tanpa disadari mataku telah menatap matanya lekat-lekat. "Yaaa aku kan aku yaa, cuma gak mau ketinggalan informasi aja gitu, yaa maksudnya jarang ngasih info apa-apa. hey jangan gitu dong liatnya." kebingungan. "hahah engga kok. hmm mungkin gak punya pulsa." kembali menulis. "mungkin." menopang dagu.

"Hey Mandaa!!!." teriak seseorang. tubuh tegapnya mengingatkan aku pada.. "Farhan" jawabku. "mau pulang?" tanyanya. "iya nih." jawabku. "Dinda mana?" tanyanya lagi. "tadi dia dijemput sama cemcemannya tuh." mengunyah permen karet. "hmmm, mau dianter?" tawarnya. "boleh deh" jawabku.

(keesokan harinya) "Manda, si Dinda kenapa?" ujar Anto memecah keseriusanku membaca. "gak kenapa-napa." jawabku. "pas gue amatin nih, sikap si Dinda ke Farhan beda banget, Farhan juga beda banget nih ke si Dinda." menatap lekat ke arahku. "kagak tahu tanyain aja sama orangnya." lanjut membaca. "eh gue seriusan nih, kayaknya ada yang musti kita..." terpotong. "ntar aja gue tanyain kali aja dia mau cerita." menjauh dari Anto.

malam yang dingin. hujan mengguyur kota ini. aku duduk termenung disofa dekat jendela kamarku. mencoba menghitung berapa banyak butir hujan yang turun ke bumi. tiba-tiba handphone ku berdering. ternyata dari Farhan. anehnya setiap hari dia menghubungiku. kata-kata yang selalu terangkai sempurna terkadang membuatku tertawa, entahlah aku bahagia dengan sikapnya yang satu ini.  padahal lama ku dengar dulu dia sering menghubungi Dinda. dan akhir-akhir ini Dinda cerita Farhan jarang menghubunginya lagi. Entahlah.

hari terus berganti. tak ku sadari sedekat ini aku dengan Farhan. sesering ini Farhan menghubungiku, sesering ini dia menemaniku dan..
Dinda telah lama jadian dengan pria yang diidamkannya tapi baru-baru ini dia tak berhubungan dengan pria itu lagi. anehnya Dinda selalu bertanya tentang Farhan setelah ia tak berhubungan dengan pria idamannya itu, dan entahlah aku merasa ganjil dan tak ingin,

"Manda pinjem handphone dong." mengambilnya diatas mejaku. "hmmm." mengangguk asyik dengan musik yang kudengarkan. tiba-tiba, Dinda menaruh handphone ku diatas meja dan pergi keluar kelas.
bel masuk berbunyi, semua siswa masuk kelas. sepanjang proses belajar mengajar Dinda tak berkata sepatah katapun, dia tak lagi mengajakku ngobrol biasanya dia cerewet sekali. ada yang aneh.
bel pulang berbunyi begitu girangnya para siswa saat bel itu dibunyikan. "Din kamu kenapa?" tanyaku melihatnya membereskan buku-buku. "engga." singkat. "pulang sama siapa?" tanyaku. "mau minta jemput." dingin. "aku duluan yah." ujarku. "iya." balasnya.

sudah 2 minggu perilaku Dinda sangat aneh padaku. entah apa yang ada dipikirannya. entah apa yang dia pikirkan. entah apa yang dia alami. Farhan dan Anto terlihat biasa saja. namun ada yang aneh dengan Dinda. dia terlihat seperti menjauhi aku, Anto, dan terutama Farhan.
apakah karena?


Tidak ada komentar:

Posting Komentar