Sabtu, 24 November 2012

kenapa harus bernasib sama?

entahlah, bagiku sambutan mentari di pagi ini begitu menyenangkan. hentakkan kaki yang mengirini langkahku ku harap inilah perjuangan-ku tuk mencari ilmu. "ibu, isti sekolah dulu. sarapannya sudah isti habiskan." sahutku merangkul tas dan jaket merah berbulu. "iyah hati-hati isti, kamu gak bareng ayah?" menghampiriku. "ndak ah bu, katanya ayah ada rapat di kantornya dan rapatnya pagi-pagi sekali." mencium punggung tangan ibu. "eh iyah ibu lupa, ya sudah ayo cepat berangkat nanti kamu ketinggalan angkutan," mengelus kepalaku. "assalamu'alaikum bu," menuju pagar dan berjalan hingga ke depan gang rumah. menunggu? ya aku menunggu angkutan itu. tak ku dapat batang hidungnya sedari tadi. sejak 20 menit yang lalu. untunglah aku berangkat pagi sekali. "nah itu dia" girangnya setelah melihat angkutan yang mulai menghampiriku.

aku datang tepat saat pak satpam akan menutup pintu gerbang. untunglah ini hari keberuntunganku. keberuntungan? mungkin. pelajaran pertama ialah matematika. pak Guruh. salah satu guru mata pelajaran matematika yang paling menakutkan. layaknya guruh membalut hujan ceria. begitu melihat batang hidungnya di lorong-lorong kelas. anak-anak yang sedari tadi menongkrong didepan kelas terbirit-birit masuk ke kelas. omelannya mungkin sudah bosan tuk didengar. "Isti? PR kamu sudah?" tanya teman sebangkuku Mila. "hah? yang mana? emang ada?" keheranan. "ya ada lah wong yang latihan 5 itu, disuruh dikerjain. belum ya?"
"Aduuhhhh !!!!!! Mil gimana nih, semaleman aku gak inget kalo inget ya pasti kukerjakan, aduh mati aku Mil." panik. "Pagi anak-anak" sapa Pak Guruh yang sudah masuk kelas sejak obrolanku dan Mila dimulai. haduuh bagaimana ini.... entahlah keringat dingin menjalari tubuhku, udara yang dingin semakin membuatku gugup. adakah teman lain yang belum mengerjakan Pr-nya? tanyaku dalam hati. mungkinkah Pak Guruh akan lupa? semoga saja. harapku. namun tak lama, Pak Guruh seperti membaca gerak-gerikku. "PR-nya kumpulkan!!!" nada geramnya terdengar pahit dan mematahkan harapanku. semakin panik ku dibuatnya. semua anak ke depan memenuhi permintaan Pak Guruh tadi. ku sapu pemandangan sekelilingku. ternyata hanya aku. hanya aku. ya hanya aku. tapi.... hanya aku dan.... siapa dia? Firman? dia belum mengerjakan PR juga? ah mengapa aku lega dia bernasib sama denganku?

"Hey Isti tenanglah." menepuk pundakku. aku tercengang kaget. apa dia bisa membaca pikiranku juga? "eh..mm..mmhm.. i..iyah be..belum." gugup. "kalo dihukum bareng aku aja." nada yang begitu tenang. darimana ia bisa mendapatkan ketenangan sedangkan aku begitu risih. sangat risih. "ada yang tidak sekolah?" nada suara Pak Guruh benar-benar seperti Guruh di padang kedamaian. "tidak pak semua sekolah." ujar Pandu sebagai ketua murid. "lalu siapa yang belum mengumpulkan PR-nya?" guruh itu seperti menggelegar dikepalaku sendiri. huuuuuuuuuuuuhhh gosong sudah. ku lirikkan pandangan ke arah Firman ia mengakui. aku pun mengikutinya. "Isti !!! Firman !!! kenapa kalian?? sudah sana pergi ke lapang basket lari 3 keliling dan berdiri sampai bapak menyuruh kalian kembali ke kelas !!!" hukuman itu sudah untuk ke 1000x nya ku dengar tapi bukan untukku. untuk anak-anak yang lebih malas dariku. namun hari ini anak-anak itu absen dari kemalasannya. aku dan Firman memenuhi permintaan pak Guruh.

panas sekali. sangat panas. keringat mulai membanjiri tubuhku "hey kau takkan pingsan bukan? kau harus menemaniku, kau harus dihukum setimpal sama denganku."
"heh aku tak selemah itu. tenang saja aku takkan pingsan." ujarku kesal. "baguslah. ngomong-ngomong kenapa kau tak ..." terpotong. "aku lupa." cemberut. "jarang sekali orang sepertimu ..." terpotong lagi. "heh aku bukan malaikat !" ujarku semakin kesal. "hhahahah kau ini benar-benar gunting dari tadi emmotong terus pembicaraanku, dan sekarang kau mencap dirimu malaikat." nada menyebalkan." huaaaahhh sudahlah kita sedang dihukum kau jangan membuatku semakin kesal !" cemberut. "kau kenapa kau..." pertanyaanku terpotong oleh Firman. "kalo aku sudah pasti malas. aku sedang ingin dihukum guru itu." nampak tenang. "aneh sekali." ujarku. Firman hanya nyengir.

"Hehh masuk kelas sana !!! awas kalian kalau sampai ketahuan begini lagi bapak akan memanggil orangtua kalian !!! dan ingat kerjakan PR-nya sepulang sekolah bapak tunggu di Kantor !!!" matanya begitu tajam dan lekat menatapku juga Firman. "kau akan mengerjakannya?" tanyanya memasukan tangan ke saku celana. "tentu saja, aku tak ingin dihukum lagi. ibu dan ayahku bisa habis-habisan mengomeliku." cemberut. "oh begitu." selalu tenang. Firman ialah anak yang paling membuatku penasaran di kelas. namun terkadang aku tak memperdulikannya. "kau sendiri akan mengerjakan?" tanyaku. "entahlah paling nyontek." berjalan lurus menghampiri teman-temannya. "huaahhhh Mila kau tahu panasnya terik amatahari yang menyambar dinginnya suhu tubuhku? huh membuatku pusing. untunglah tadi aku sarapan. eh itu apa?" menunjuk seorang pedagang yang berada di seberang jalan sekolah. "pak satpam saya izin pengen beli itu yah." pak satpam hanya mengangguk dan membukakan pintu. "Milaaa !!! kau mau ndak?" teriakku dari seberang jalan. "ndak Isti aku kenyang aku bawa bekal makanan." menyipitkan mata dan mengernyitkan kening. aku hanya memberinya jempol dari seberang jalan.

"heh apaan itu?" tanya Mila setelah ku menghampirinya, "entahlah dari bau dan warna sepertinya uenak makanya aku pengen laper juga. panas terik tadi itu menghabiskan sisa sarapanku dirumah tadi pagi." ujarku sambil mengunyah. bel berbunyi. pelajaran selanjutnya. semoga akan menyenangkan harapku. 15 menit pelajar berlangsung tiba-tiba perutku tak begitu menyenangkan mungkin sistem pencernaanku bermasalah. "heh isti kamu gerak terus ngoyak-ngoyak terus perutmu itu. kenapa?" tanya Mila berbisik. "entahlah... a..aku.. aku..ke..kes..kesakit..an" mengerang. "mau ku antar ke WC atau UKS?" bisik Mila kemudian. "nd....nda..k" mengerang. tiba-tiba.. "Hehh kau Isti !!! kamu dari tadi sepertinya tak memperhatikan ibu. kenapa kau?" tanya Bu Nirma. guru bahasa Indonesia. "Isti sakit bu," bela Mila. aku tak mampu berkata-kata semua tubuhku tak fit. mengapa ini semua tiba-tiba terjadi? tanyaku dalam hati. "bawa ke UKS mila." pinta bu Nirma. "Baik bu." ketika mila memegang pundakku. "huuuuuuuuueekkkkk.........."
"bu Isti muntah. " sahut Mila.

entahlah tiba-tiba aku sudah terbaring. entah dimana ini. ketika ku membuka mata. mhmm ini UKS. "hey Isti kau baik saja bukan?" Mila mendampingiku. aku hanya mengangguk. "aku kenapa Mil?" tanyaku lemah. "katanya kau keracunan makanan, tadi kau diperiksa dokter yang dipanggil oleh sekolah. ini minum susu dulu dan obatnya supaya racunnya pada mati tuh !" pinta Mila. aku menurutinya aku tak ingin semakin memburuk. "tadis ekolah sudah menelepon ke rumahmu tapi tak ada jawaban. tentu saja ayah dan ibu sedang bekerja sahutku dalam hati. "tak apa aku di UKS dulu saja."
"Isti sudah baikkan kau?" tanya bu Nirma. "lumayan ibu mendingan." terbaring lemah. "syukurlah, minum obatnya agar tak terjadi apa-apa denganmu. kamu ini makan apa? sampai bisa keracunan gitu?" buNirma tersneyum keheranan. "entahlah bu." ujarku kebingungan. "ya sudah  kamu didampingi Mila sama penjaga piket UKS yah, ibu ada jam" tersenyum. "iya terima kasih bu" tersenyum. tiba-tiba... kenapa anak itu ada di UKS juga terbaring lemah pula? keracunan juga? keheranan. "Mil si Firman kenapa di UKS juga?" bisikku. "pas udah dihukum tadi dia gak sarapan dia juga gak pergi ke kantin pas istirahat makanya dia pingsan jadinya. tuh gitu keadaannya." balasnya. "Isti aku ke kamar mandi dulu yah."aku hanya mengangguk. pikiranku melayang memikirkan beberapa kejadian di hari ini. keberuntungan? huhhh ini bukan keberuntungan ujarku... "hey tukang motong!" sesuatu mengagetkan aku. "Firman !" tercengang. "kenapa juga kau disini? sekarang kau mau mencap dirimu sendiri sebagai plagiat?" keheranan." yeee enak aje lu, situ tuh yang plagiat." cemberut. "haahha kenapa kamu?" tanyanya. "aku keracunan," cemberut. "huahahahahahhahaha" tawa yang amat puas sangat puas. "heh nyebelin diem deh." membalikkan badan. "hahahhaah dasar aneh." menyandarkan badan ke bantal. "aneh? lu tuh yang aneh heuuuuhhh" nada marah cemberut. membalikkan badan ke arah firman. memberi bogem. "hahaha sudah jangan kau ganggu aku yang lagi sakit." ujarnya. "kamu yang mulai. tau ah menyebalkan sekali." cemberut. "hahahahaha"

"nak maaf ayah gak jemput ayah masih rapat dan penting sekali. coba kau telpon ibumu." sms balasan dari ayah yang membuatku semakin murung.
"sayang, ibu ada tamu penting client-nya atasan ibu, dan semua staf harus menyambutnya dulu menghadiri pertemuannya, kamu naik taxi yah nak. jangan naik angkutan umum nanti kamu pusing lagi. ibu sudah minta mbok surti bikinin tim ayam sama beli obat buat kamu. ibu pulang secepatnya." balasan sms dari ibu, hanya kata terakhir yang menenangkan aku. ketika ku sudah memberi tanda stop pada sebuah taxi tiba-tiba, seseorang ingin mendahului. aku langsung buru-buru menghampiri pintu taxi dan ... "aduuuhhh" tubrukan deh. "heh aneh, liat-liat!" firman !!! aku tercengang. tapi ku usahakan untuk bersikap tenang. "heh plagiat, sana minggir aku mau naik taxi ini aku duluan yang menyetopnya." nada kesal. "eehh.eehh...eh eak saja kau. aku be the first" balasnya."apa???? kau tak liat tanganku di ayun-ayun pada taxi ini??? minggir sana" mengerutkan kening." tak mau pokoknya aku duluan." keukeuh. "akuuu" membela sendiri. "hey Aku!!!!" nada tinggi. "AKUUU!!!!" membela sendiri. tak lama setelah ku lihat taxi-nya pergi begitu saja. "eee,...ehhhhh.. taxiiiii taxiiiiiiiiiiiii tungggguuuuuuuuuuuuuu." teriakku sambil mengejarnya. "percuma takkan kekejar larimu payah sekali,Aneh !" ejek Firman. aku menghampirinya seraya menegaskan telunjuk. "hehh hehh heh PLAGIAT ! semua ini salahmu. lihat tuh jadi pergi taxi nya, kau tak tahu aku sedang sakit hah?" kesal sekali. "kau pun tak tahu aku sedang sakit." belanya. "hah aku tak peduli." ujarku menjulurkan lidah. "memang aku peduli padamu hah." ujarnya menjulurkan lidah balik. huuuaaaaaaaahhh menyebalkan sekali. kami berdua masih didepan pintu gerbang tak melakukan apa-apa berdiri menunggu taxi  lagi. pintu gerbang sudah dikunci semua anak sudah pulang ke rumah mereka masing-masing hanya aku... hanya aku dan... si PLAGIAT. " Aha !!! aku punya ide." ceria sekali si plagiat. "pak Parman ya, iyah secepatnya yah." menutup telpon. "sebentar lagi kau akan sendirian." ujarnya sinis menatapku. 'apa maksudmu?" heran. "jemputanku akan tibaaa." ceria sekali. aku tak peduli menatap jalanan kembali, tiba-tiba "Ghuarrrrrrdrrrrrrrrrrrr." guntur mulai menyapa dan tibalah saatnya hujan tuk menari dikepalaku. haduuuuh kenapa musti hujan sepertinya tubuhku semakin tak baik. "hey sini kau," usul Firman. kami berdua berdiri dibawah pohon depan sekolah. untunglah rindang. "ini semua salahmu PLAGIAT !! kalau aku naik taxi tadi saat ini aku sudah dirumah dengan jaket, selimut, dan tim ayamku " cemberut. "heh ini juga salahmu," menuduh. "EHHHH !!! sebentar sebentar." teringat sesuatu. "kenapa tak kau telepon saja dari tadi jemputanmu, lalu kau biarkan aku naik taxi." nada semakin tinggi. "gak kepikiran." huaaaaaaaaaaaaa tuhan anak ini menyebalkan sekalii. "demi tuhan aku tak ingin dekat denganmu. hari ini harusnya hari keberuntunganku." kesal. "demi tuhan aku tak ingin dekat denganmu hari ini harusnya hari keberuntunganku, omong kosong." ujarnya sambir mengulang kata-kataku dengan nada menyepelekan. "heh jemputanmu sepertinya takkan datang." membalas ejekan. Firman hanya menjulurkan lidah. walaupun pohon ini rindang tapi tetap saja badanku kebasahan. ibu dan ayah kemanaaa? tanyaku dalam hati. hujan reda. dann.... "lihat jemputanku tiba. dadaahh." menyebalkan sekali. aku hanya menjulurkan lidah dan menatapnya sinis. " pak Parman kau lama sekali kemana saja kau?" tanyanya. "maaf nak Firman tadi bapak nyuruh sya ke kantornya dulu membantu beliau." nada sopan. "ya sudah ayo pulang." hah? benar-benar anak menyebalkan ia tak akan menawariku? tega seklai? huaahhhhhhhh menyebalkannnnnnnnnnnnnnnnn. ketika perasaan kesal menyelimutiku....
"hey kau takkan ikut, yasudah."suara orang menyebalkan itu terdengar lagi. "ehh.ehhhhehhh tungguuuuuuu." masuk kedalam mobil.

"sebelah mana sih? rumahmu kuno seklai terpencil didaerah seperti ini." mengejekku. "eeeehhhh tuan ejek jangan mengejekku. begini-begini rumahku yang kucinta." menjulurkan lidah. "itu pak yang ada pohon mangga dan pagar putih." menunjuk rumahku sendiri. aku langsung meraih pintu dan..
"kau takkan berterima kasih?" selanya. "yasudah terima kasih, terima kasih Pak Parman." tersenyum pada pak Parman dan menjulurkan lidah pada Firman. mobil itu sekejap hilang dihadapanku.

"haduuh haduuuh kenapa musti hujan-hujanan sayang, badan kamu panasnya gak karuan panas sekali. efek keracunanmu pasti belum hilang aduuuh gimana ini," sikap ibu yang risih merisihkan aku. "sudahlah bu,uhuuk uhuuk" terbatuk-batuk dan nada pilek berat. "ayah lagi kenapa musti belum pulang memangnya itu ....."
tiiiiidiittttttttt.... suara mobil ayah menghentikan ocehan ibu. "ayah pulang." nada cemas. "ayah kenapa sih anak kita sakit berat ayah, aduh ibu sedari tadi pengen pulang pas pertemuan sama jamuannya cuman gak bisa teruss susah izin, pas mau dijemput eh udah dijemputin sama temennya, ayah dari man.." terpotong. "ayah juga cemas sama Isti, ayah dari tadi mau menyudahi rapat cuman atasan belum puas terus sama presentasi ayah." duduk disampingku yang terbaring lemah dan pucat. "ke rumah sakit." nada tegas ayah terdengar.  ayah menggendongku menuju mobil ibu membungkus tubuhku dengan 3 lapis jaket tebal diikuti selimut dan kaos kaki, "mbok, tungguin rumah yah." pesan ibu didepan pintu. "iyah bu" mengangguk.

entahlah apa yang dilakukan dokter aku hanya pasrah saja.
setelah tersadar, aku berada di ruang inap anak, yang tiap kamar pasiennya hanya tertutup tirai. ibu sedari tadi ada disampingku. ayah? mungkin sedang di receptionist. ketika ku balikkan badan, kulihat tirainya terbuka sedikit, sehingga ku bisa melihat salah seorang pasien. anak laki-laki. ketika ia membalikkan tubuhnya........ "Firman !!!!!!!" aku semakin tercengang. membangunkan ibuku. "ada ada apa sayang." keheranan dan linglung. "e..eng..enggak bu. mimpi buruk saja." memang benar. benar-benar mimpi buruk !!!! ia terus melihatku dengan pandangan ejekan seperti itu, aku semakin sebal padanya. wajahnya sangat pucat dan hidungnya sangat merah pasti sama denganku Demam tinggi. "hey aneh." melambai lemah. aku hanya menjulurkan lidah dan menatapnya kesal juga pasrah, kenapa ku harus bertemu dengannya tuhan?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar