Jumat, 14 September 2012

bunda, kini ku telah lewati masa kanak-kanakku
namun sikapku tetap saja secuil biji padi
meski begitu aku mungkin sedang dan telah lewati masa remajaku
mungkin ku sudah mulai menganggap telah tumbuh ranting
dari benih yang kau tanam ini
bunda, maafkan semua dalam diriku
yang selalu buatmu mengeluh pada-Nya
maafkan hitam dan putih yang terlihat dalam matamu
hingga ku buat kau tuk marah
maafkan aku atas tangismu
yang sebenarnya tak akan pernah ku relakan
maafkan aku atas resahmu
yang sebenarnya tak ku buat kau menunggu
maafkan aku atas harapmu
dari benih yang entah kan menjadi pohon kekar
ataukah layu dalam kemarau
bunda, bukan tuk tak mungkin
jika aku telah dinanti-Nya
bukan tuk tak mungkin jika pada akhirnya
akulah orang pertama yang kan tidur disamping ayahanda
bunda, bukan tuk tak percaya
jika esok lusa bukan aku yang kan mencium punggung tanganmu
kala mentari dan fajar berlari, memulai hari kembali
bunda, bukan tuk tak percaya
jika esok hari bukan aku yang kan buatmu resan dan mengeluh pada-Nya
bunda, ku ingin doa tulusmu
yang kan jadi pengiring lagu selamat tidurku
yang selalu kau nyanyikan kala mataku kan terpejam
dengan sinar bulan yang menderang
dengan kasih sayang dan pelukan hangat yang kau simpan
bunda, bukan tangismu
yang kan jadi pembeban selanjutnya
kuharap semua akan jauh lebih baik lagi
bunda, maafkan aku,
jika bukan aku yang ada disisimu
bunda maafkan aku jika benih ini
takkan berbunga dimusim semi
bunda,
bunda,
bunda,

Tidak ada komentar:

Posting Komentar