kini ku didunianya, dunia yang tak ku tahu arah dan tujuan
ku terlantar di tandusnya padang harapan,
terombang-ambing berlari bersama angin
memang ini salahku, yang tak ikuti jalanMu.
ku lihat anugerah diujung bukit pasir sana
kala ku hampirinya, ku tertipu
semua hanyalah fatamorgana
biarkanlah ini menjadi cambuk,
bagi hatiku yang lalai, bagi hatiku yang nakal
tak mengapa kurasakan pedihnya,
tak mengapa kurasakan sesaknya,
hingga mencekik diujung leher,
hingga merenggut ubun-ubun
tuhan cambuk aku, aku pantas dapatkannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar