Rabu, 14 Desember 2011

Don't go anywhere

sepi sekali hari ini. tak ada bunyi sms ataupun telpon dan tak ada yang berkunjung ke rumah. ibu pun jarang sekali belanja sampai selama ini. adik jarang-jarang pergi keluar tuk bemain bola, mungkin akrena sudah kenal dengan tetangga akhirnya begini. memang kami penghuni baru dikomplek perumahan ini,dan belum lama berbaur dengan para tetangga. "Serelekkkk.." suara gordain kamarku yang kurentangkan. "jalanan juga sepi, huuh membosankan kenapa coba mama memilih rumah disini, kan sepi, aaakh." keluhku. "ting-tong.." bel berbunyi. "itu pasti mama.." ketika kubuka dan " ini ambil ini semua persediaan makan kita buat 1 bulanan lah kira-kira, yang ini juga ambil simpan baik-baik ada telur didalamnya, dan ini masukin ke lemari es, ibu mau mengambil yang lainnya dulu di mobil." suruh ibu, tak memandangku sedikitpun sibuk dengan belanjaannya itu. memang dari dulu seperti ini dan tak berubah.
20.30
"ibu sudah sisakan makan malam buatmu. adikmu sudah makan dengan ibu tadi, kenapa sih dari tadi ibu panggil-panggil gak nyaut2 lagi apa dikamar tuh? baca buku?" tanya ibu yang sedang menonton tv membelakangiku yang sedang emngambil air minum. "iya nanti saja," duduk disamping-nya. "ibu juga sudah masukan kamu ke sekolah yang bagus besok mulai sekolah yah," "Hahhh???? ibu kok gak bilang sih, kan aku biar bisa milih sekolah yang aku mau." terkejut. "sudahlah, ibu tau pilihan yang terbaik buat kamu sama adikmu." tersenyum, dan menatapku. "yaah ibu." keluhku. "jangan banyak menawar" masih menatapku. "ya sudah lebih baik aku tidur saja, besok kalau gak betah ibu harus pindahkan aku lagi." menuju kamar tidur.
06.55
"selamat berjuang disekolahmu yang baru nak, " pesan ibu saat mengantarku. aku tak menjawabnya aku lebih serius melihat keadaan disekolah baruku itu. setelah perkenalan dijam pelajaran selesai dan jam pelajaran pagi itu selesai akhirnya bel istirahat berbunyi. "haii mau ikut ke kantin? sini aku tunjukan" tawar teman sebangku-ku yang amat ramah dan menyambutku dengan baik. "boleh" tersenyum.

"Nah kalo itu 4 cewek yang suka banget ngejailin orang, paling centil, dan superrr gahol hahhaha." menunnjukannya padaku, terlihat kok dari tingkah laku, cara mereka berpakaian, tergambar jelas karakternya. setelah kusapu semua gambaran dikantin itu, kuterpojok pada seseorang. "yang itu siapa?" spontan. "mana?" tanya Panya. "yang itu tuh" tunjukku pada seorang lelaki yang aku pikir amat pendiam. "oh itu, dia murid terbaik, terpintar, ter-teran gitu deh, sayangnya cuek banget, jarang berbaur. susah akrab sama cewek makanya kayaknya dia belom pernah pacaran. kenapa? situ naksir yah?" menggodaku. "idihh enggak, aku cuman nanya aja." "hahahhahaa" tawanya sangat khas.
sore yang cerah.
"Ibu aku bosen dirumah, aku mau maen sepeda keliling komplek yahh?" mengelarkan sepeda dari garasi. "iyah sana nanti pulang jam 5 sore juga yahh, ibu siapkan makan malam dulu."
"Let’s go, let’s go, let’s go, One two three four Eeny meeny miny moe Hey let’s go, i’m a go With my fans, with my crew, That could be including you, Yeah it's fine yeah it's nice Day and night I'm riding by" lagu dari Ran yang temaniku bersepda sore itu. "Dubrakkkkk.." "aduuhhhh..." jeritku kesakitan. "aduhh, maaf yang saya gak sengaja, kamu gak apa kan?" suara orang yang sepertinya telah menabrakku. HAH???? ternyata si cowok terbaik, terpintar,and cuek super, waduh kok ada disini yah? jangan-jangan ... "iyah gak apa-apa kok." terkejut, kesakitan, dan tersenyum. "kamu tuh gimana sih bilang gak apa-apa. tapi lutut kamu berdarah gitu. ayo coba berdiri pasti gak bisa." jawabnya. haduh agak rese juga ternyata. celotehku dalam hati. "heheh." senyum nahan sakit. "ya sudah sini aku rangkul-yah." mernagkulku. aduh eknapa degdegan gini, walahhh tuhan tolong.... jeritan hati, hahaa. "rumahku ada didepan ku obati dirumahku bagaimana?" tawarnya. lagi-lagi terkejut ternyata memang benar dia tinggal disini. "mm-hmm." gumamku. "aku pikir itu jawaban ya." tersenyum tapi tetap emmandang kedepan. wawww manisnya senyumnyaaa. dalam hati. "kamu tuh sebenarnya lagi ngapain sih? gak liat yah naik sepedanya?" tanya-nya. Cuek? Pendiem? dari mane? ternyata dia biasa saja sama halnya cowok lainnya(dalam hati). "Em-ekkhh euu-euu, i-itu lagi liat-liat aja hehe." terbata-bata. "aww, sakitt sini biar aku aja deh yang olesin obatnya." mengulurkan tangan. "Nih." ketika kutengok jam. "Aduh aku harus pulang, aku ada janji sama ibuku." tergesa-gesa, karena jam menunjukan pukul 17.30. "ya sudah aku antar." sepanjang jalan menuju rumah dia merangkulku dan mengeret sepedaku dengan tangan satunya lagi, waw ribet. kebetulan kakiku terbentur sangat keras ke aspal jalan dan tergesek-gesek, jadi lukanya lumayan setidaknya aku bisa berjalan sendiri walaupun pincang-pincang. "kamu siapa?" tanyaku ragu. "aku Rai. kamu? balik nanya. "Aku Rani, hahaa untungnya namamu gak pake N" celotehku. dia tak menjawab dia hanya berkata .... "itu rumahmu bukan? dari tadi kok gak nyampe." tanya-nya. iya disebelah sana. setelah sampai "Makasih, mau pinjam sepedaku? buat pulang?" tawarku. "boleh deh, besok kukembalikkan. dah." pergi.
"Hey kenapa diam disana nak? ayo masuk kenapa lagi kamu pulang telat." menghampiriku. "Aduh kenapa lagi kakinya kayak gini?"
"aakh, ibu bawel, tadi aku jatuh."
" ya sudah ayo masuk. ee-eekh tunggu tunggu sepedamu mana?" tanyanya lagi.
"dipinjem sama orang yang nolongin aku. ayo bu masuk aku lapar."
pukul 07.00
"aku tau nama, rumah, MR. X itu hahahha." godaku pada Panya.
"MR. X? yang ter-ter-an itu? hahahah kamu keren. aku tau namanya, tapi gak tau rumahnya. ee-eekhh ngomong2 tau dri mana?" aneh.
" ada deh ceritanya panjang hahahah." tiba-tiba ku merasa senang. dan rasanya ingin mengulang hari itu. lumayan sih emang dia tinggi, berkulit sawo matang, senyumnya manis cukup menggoda iman hahhaa, pintar.  "hey malah ngelamun." mengagetkanku. "ihihihihi." "lamunin si mr, x yaaa?" godanya. "ikh apaan enggak deh." bohong. "hahahah wajahmu ngasih tau ke aku.".
"tingggg-tongggg."
"sebentar." suara ibu yang bener-bener keras.
"mau ke siapa ya dek?"
"Rani-nya ada tante?"
"sebentar sebentar. ayo masuk dek," tiba-tiba " Raniiiiiiiiiiiiii turunnnn ayoooooo."
"ikh ibu apa-apaan sih kayak ada gempa bumi ajah." keluhku. "Opo?" tanyaku (menghampiri ibu) "tuh ada cowok nyari ....." aku langsung ke pintu. "ikhh bener-bener rese tuh, ibu belum selesai bicara."
"hey, ternyata kamu. masuk?" tawarku. "enggak disini aja, lagian cuman mau ngembaliin sepeda." jawabnya agak dingin. "oh, makasih." jawabku. "aku pulang yah, dah." dingin banget sih, tanya kek lukanya udah sembuh apa belom heuuuhh (dalam hati). "Siapa tuh? pacar? baru aja pindah udh ngegaet segala." goda ibu. "ikh apaan sih ibu." jawabku sambil ke kamar tidur.

Setelah cukup lama kenal dengan Rai, dan kami sering bermain sepeda bersama setiap sore, disekolah pun kami sering ke perpustakaan bareng, kekantin bareng, pulang dan pergi sekolah bareng, dan dia pun mengajarkan aku pelajaran yang amat sulit bagiku tapi mudah baginya seperti FISIKA dan KIMIA rasanya waaw dengar nama pelajaran itu. dan itu rutin setiap hari sepulang sekolah. sampai-sampai teman-teman suka menyebarkan gosip yang tidak-tidak,  orang tua kami pun sudah saling kenal. tapi tidak untuk hal jodoh-menjodohkan. hikzz hikzz. terkadang aku ajak dia jalan-jalan. dia paling sering menolak karena dia terbiasa pergi ke perpustakaan dan toko buku. aku pikir dia harus refreshing. dan terkadang juga dia meng-iya-kan. kami bersahabat, sangat dekat. namun, entah aku mulai rasakan sesuatu yang berbeda, aku mulai memperhatikan penampilanku ketika sedang dengannya, dan agak malu, agak risih, degdegan yang amat kuat, ya seperti gejal-gejala penyakit suka or love.
"Raniiii." suara-nya yang kini tak asing ditelinga.
"bu aku pergi dulu, mmuah." mencium pipinya. "iya hati-hati." jawabnya.
"ayoo, jadikan sekarang traktir aku.? hahhaha" tanyaku sebelum pergi dengannya. "iya deh apapun itu, kalo kemarin aku bisa benerin rantai sepedaku aku pasti gak bakal gini, boros pastinya." jawabnya. "hahahha, ikh gitu amat, gak bakal boros kok tenang hahah." jawabku. kami pergi naik motor Rai. untungnya dia bisa.
Setelah beli ini, dan itu, waktunya makan.
"aku bakal pergi ke Singapore." ditengah acara makan,
"oh, mau apa? kapan pulang?" tiba-tiba ku sedih mendengarnya. rasanya ingin berkata jangan. tapi malu.
"aku bakal kuliah disana. itu saran mama, kamu tau kan ayahku kerja disana So, dari dulu aku udah menduga dia bakal  menawarkan aku untuk kuliah disana." jawabnya. Rai kakak kelasku, aku berbeda 1 tahun dengannya.
"kapan pulang?" tanyaku. dia diam tak menjawab-ku. "ayo pulang aku takut ibumu marah, kau sudah dapatkan semuanya kan?" hanya itu yang terlontar dari mulutnya. "kapan pulang?" aku terus manyakan itu, walaupun rasanya ganjil. menarik tanganku dan membawaku keluar dari mall itu. "sudah sampai ayo turun." sepanjang perjalanan menuju pulang tadi hening sekali, aku tak berkata sepatah kata pun begitu pun dengannya. aku hanya memikirkan ketika ia pergi. "makasih buat semuanya, kapan pulang?" itu lagi. "sekarang aku pulang. dah." meninggalkanku.
"kok lesu bin murung nak?" tanya ibu.
aku tak menjawabnya, aku langsung pergi ke kamar tidur. seribu tanya dikepalaku mengapa dia tak mau menjawab pertanyaanku itu? aku pikir dia harusnya menjawab, kita kan teman, apa karena kita benar-benar teman dekat jadi dia pun enggan pergi jauh? ataukah dia rasakan apa yang aku rasakan? malam itu aku hanya diam, tetap memikirkan percakapan tadi, aku pun tak makan malam. hanya terdengar suara ibu seperti didepan kamarku "sepi banget," "lagi bertapa kali bu" suara adikku pun terdengar, dia benar-benar rese. "ya sudah kamu tidur jih," mungkin itu suruh ibu kepada adik. malam itu aku benar-benar tak bisa tidur. sampai-sampai pada pagi hari-nya disekolah aku mengantuk pada pelajaran KIMIA. untunglah aku mengantuk tak ketauan.
sudah 1 bulan aku tak bersepeda dengannya, tak ke perpustakaan dengannya, tak kekantin dengannya, tak pulang pergi sekolah bareng dengannya, dia pun tak datang ke rumahku lagi untuk mengajarku. dia hanya mengirim pesan lewat email
"aku mau fokus sama ujian-ku, jangan kira aku menjauh." aku tak menjawabnya.
setelah kudengar ujian SMA sudah dilakukan dan hasil ujian dibagikan. dia mengirim pesan lewat email lagi
" minggu, jam 10 pagi. aku didepan rumahmu :)" aku terkejut dan menantikan senyum manis yang aslinya itu.

MINGGU, 10.20.
setelah sampai di mall. "mau nonton apa?" tanyanya. dari awal kita jalan aku dibuatnya terkejut selalu biasanya aku yang mengajaknya tapi sebaliknya dia lakukan sama persis yang aku lakukan apabila kami jalan bareng ke mall. "terserah." jawabku agak lesu, aku terus memikirkan dia yang akan terbang jauh meninggalkan aku. setelah hampir seharian di mall. "makan yu?" ajaknya. "boleh" jawabku. setelah memesan makanan kami duduk dan ... "aku  mohon kamu jangan bersikap seperti anak kecil, aku tak suka kamu yang hening." katanya. "tidak, aku hanya kurang bersemangat saja. ekh bagaimana lulus pastikan?" tanyaku. "iya, aku bekerja keras untuk itu. dan aku pun mulai mau fokus dengan ku..." terpotong. aku mengerti. "iyah sebaiknya kamu fokuskan itu." kataku."iyah aku akan fokus dengan hal itu." jawabnya. sedikit menyesal, marah, sedih, rasanya aku ingin menangis. pembicaraan kami semakin dingin.
pukul 18.30
"terima kasih untuk hari ini." setelah mengantarku pulang. "sama-sama." pergi.
malam itu semakin buruk semakin aku tak bisa pejamkan mata untuk tidur, semakin hening pula keadaan rumah walaupun papa sudah pulang dari luar kota, hanya ada suara televisi saja.
tak lama akhirnya waktu yang tak ku inginkan hadir.

pukul 09.00 bandara,
setelah dia meghabiskan waktu untuk berpisah dengan ibu dan adiknya itu. dia menghampiriku.
"tunggu aku, aku takkan lama. ini cuman sementara. kita masih sahabat kan?" menatapku dalam-dalam.
"aku akan tunggu kamu, sampai kapanpun kau tetap sahabatku dan sampai jadi apapun kau, kau tetap sahabatku." aku menatapnya dalam-dalam, dan ku pun menangis.
"jangan menangis, aku akan pulang, tenang yah. hati-hati kalau bersepeda. jangan sampai jatuh lagi." sarannya. "iyah." jawabku. lalu dia mengeluarkan sesuatu dari tas kecil yang dipegangnya. "apa itu?" tanyaku. dia mengeluarkan sebuah kotak berwarna biru, dengan pita berwarna biru muda. "buka ini ketika kau sampai dirumah, ini hadiah dariku." katanya. tak lama sudah waktunya dia pergi.

akhirnya dia pergi juga. ku lambaikan tanganku sambil memegang kado darinya, air mata ini tak sanggup untuk ku tahan. "good bye I will be right here waiting for you." celotehku saat melihat pesawatnya telah terbang menembus awan dan dinding langit membuat kerumunan burung-burung terbang acak-acakan.

setelah sampai dirumah, ku buka kado darinya itu. isinya kotak musik berwarna biru tua, ketika kubuka didalamnya ada sebuah kapal yang sedang berlayar dilautan dan ....
Wherever you go whatever you do
I will be right here waiting for you
Whatever it takes or how my heart breaks
I will be right here waiting for you

lagu yang terdengar dari kotak musik itu setelah dibuka sama persis liriknya seperti yang kukatakan saat ia pergi, dan kapalnya pun bergerak layaknya sedang berlayar. aku menangis. aku masih menganggap ini mimpi. dan ternyata ada sepucuk surat ditulis dikertas putih dengan pena biru.
Don't go anywhere, wait me I'll go home. take care i miss you and i love you.  aku terkejut!!! sangat terkejut. namun, kupikir itu rasa sayang terhadap sahabat maksudnya. dia tak mungkin menyukaiku. tapi aku juga pikir dia menyukaiku. uuuh sangat membingungkan, "I will not go anywhere. I wait you." kataku memandang langit kelabu dihari itu. 




Tidak ada komentar:

Posting Komentar