tuhan mengapa dunia itu begitu jahat, kejam, tuhan bumi ini selalu buatku menangis, tak nyaman, sedih, terluka, sunyi, kesepian, aku benci bila ku harus sendiri. tuhan mengapa bumi ini selalu memintaku untuk tetap menangis? mengapa bumi ini buatku benci tertawa dan tersenyum. tuhan aku mohon, aku lelah. aku lelah, aku tak kuat tuk hadapi ini sendiri. aku selalu seperti ini. aku mohon tuhan izinkan aku tuk tertawa dan tersenyum tanpa asa dan tanpa beban yang kutanggung. tuhan mengapa ku tak bisa dapatkan apa yang aku mau? aku selalu kesepian. tuhan mengapa kau takdirkan aku turun kebumi ini? aku ingin tertidur lelap disurga-MU ditselimuti kasih sayang para bidadari, aku tak ingin berada disini tuhan. tuhan aku takut. mereka jahat padaku. tuhan aku amat haus akan kasih sayang dan cinta dari orang-orang disekitarku. tuhan aku amat lapar pelukkan hangat dari seorang bunda yang dikagumi seluruh jiwa. tuhan mengapa orang-orang disekitarku dapat dengan mudahnya mendapatkan setuang kebahagiaan dan kasih sayang. sedangkan aku. aku tak dapatkan itu. aku iri tuhan, aku iri. tuhan mengapa didunia ini ada cinta? jika ku tak pernah dapatkannya. aku selalu berakhir dititik seperti ini tak pernah berubah. aku benar-benar kenyang dengan semua kekacauan dalam hidupku ini.
tuhan kapan pelangi kan datang setelah hujan? kapan mentari kan datang dikala pagi menjelang, tuhan mengapa kau diamkan aku dikegelapan dunia tanpa sebuah lentera yang takkan padam? aku benar-benar kesepian. aku tak ingin berada dalam kesunyian sendiri seperti ini. tuhan aku benar-benar tak cukup kuat hadapi ini. jiwaku selalu resah, bimbang, tak tentu arah, dan tak tau tujuan, aku selalu rasakan sepi, tuhan aku ingin dipeluk MAMA aku ingin dicium MAMA aku ingin dipeluk AYAH aku ingin dicium AYAH aku ingin dapatkan dan raih kasih sayang mereka lalu kan ku simpan sampai semua itu takkan hilang. tuhan mengapa ku selalu merindu? sedangkan orang lain dirindukan. tuhan mengapa kuselalu mencinta, sedangkan orang lain dicintai. tuhan mengapa ku harus mengemis tuk dapatkan kasih sayang dan cinta sedangkan orang lain tanpa berucap pun mereka dapatkan itu. tuhan aku mohon keluarkan aku dikegelapan ini. aku mohon beri aku secercik cahaya. tunjukan aku harus kemana. tunjukan ku tempat terbaik yang kenalkan aku pada hidup yang kuimpikan.
tuhan jika itu memang takkan pernah ada dalam hidupku. aku mohon bawa aku, ambil aku. karena ku tahu aku tak ada artinya disini, takkan pernah ada yang peduli, dan takkan pernah ada yang mau mengerti. tuhan peluk aku sebentar saja aku lelah hadapi semua ini.
Selasa, 29 November 2011
Rabu, 23 November 2011
gak penting
cinta? tiap kali denger kata itu pasti yang kebayang pacaran, ngobrol berdua, bercanda berdua, makan bareng, pulang sekolah+berangkat bareng, pas dirumah, ditelponin, dsms-in, pasti itu. dan pasti mikir kalo cinta itu bikin happy, bikin seneng. but, cinta itu bikin nangis, bikin males makan, males mandi, males belajar, pengennya dengerin musik yang mengenang kesalahan yang dia lakuin, bikin pusing, capek hati apalagi kalo dia udah mulai deket sama cewek lain walau sekedar nanya pelajaran, ngebuat beban hidup makin nambah. cinta itu bikin pusing, aneh, gak tentu arah+tujuannya, gak ngasih tau kapan dia bakal dateng atau pergi. kayak jelangkung gitu "datang tak dijemput pulang juga gak diantar." cinta itu penuh sama yang namanya kesalahpahaman, misunderstanding. paling benci kalau udah mulai rindu, ngingetin, ngebayangin wajah or tingkah lakunya. dicintai sama mencintai? emang lebih enak dicintai, tapi kalo kitanya gak mencintai percuma. mencintai sama juga percuma kalau kitanya gak dicintai, ternyata cinta banyak percumanya juga, udah gitu ngebuang-buang waktu yang amat berharga hanya untuk mengingat, dan merindunya. gak diawal gak diakhir pasti aja ada kisah tragisnya. dan cinta juga ternyata mudah ngebosenin sekali ketemu yang baru, nyaman diajak ngobrol, sejalan, seprinsip, yang dulu good bye deh.
Selasa, 22 November 2011
inilah hidupku
aku hidup bersama ayah, ibu yang selalu memberikan apa yang kuinginkan. tak pernah mereka tak penuhi pintaku. apa yang kuingin pasti saja dikabulkan. aku bahagia. ku dapat menikmati segala macam fasilitas pribadi ataupun yang ada dirumah ini. aku bebas tuk melakukan apa saja. mereka tak pernah melarangku. namun, ku bertemu mereka hanya pada saat pagi hari saja saat kita berada dimeja makan untuk sarapan. namun itu pun terkadang. mereka selalu sibuk dengan urusannya masing-masing. mereka tak pernah bertanya apakah kabarku? bagaimanakah sekolahku? atau basa-basi denganku. ingin ku berteriak pada mereka meminta mereka tuk hentikan segala aktifitas yang membuat hubungan kami menjadi renggang. sudah kucoba. alhasil mereka malah semakin acuh dan memberiku berbagai barang-barang yang aku sendiri tak memintanya.
"Pah, Mah, besok hari sabtu. ke puncak yu?" ajakku saat makan malam.itu pun tanpa terencana. biasanya mereka pulang tengah malam. ketika ku memulai membuka lembar mimpiku.
"hahhahahahahah." serempak mereka tertawa. aku malah bingung dan mengerutkan keningku.
"sayang, kamu itu kayak yang enggak tau aja, mama dan papa tak punya waktu untuk itu." sambil mengusap rambutku. "iyah nak, papa besok mau ke Singapore ada meeting penting tentang kerja sama bisnis papa." ujar papa. aku hanya diam. melihat tingkah laku mereka yang selalu sibuk. "mama pun besok akan ke Pontianak mama harus ngecek keadaan pabrik disana sekaligus ada rapat penting bersama karyawan. so, kamu sama mama dan papa ditinggal dulu ya." tersenyum padaku. "terserah mama dan papa saja, sana kerja sampai kalian benar-benar tak akan peduli padaku!!!" aku menangis sambil berlari ke kamar tidur.
sejak kecil, aku diurus oleh bibi Tini. ia sudah kuanggap sebagai mama. mama yang benar-benar impianku. sejak kecil aku sering ditinggal oleh mama dan papa. ketika umurku 5 bulan-an. mama dengan mudah melepaskan aku dan menyerahkan tugasnya kepada bi Tini. demi pekerjaannya. mereka pun tak tahu kalau ku mengidap penyakit. aku ingin bercerita pada mereka namun ku tahu mereka takkan pernah peduli. pasti ku malah diacuhkan untuk yang kesekian juta kalinya. tiap bulan ku chek-up ke dokter menanyakan keadaan diriku sendiri. tak ada yang tahu. Bi Tini pun tak mengetahui hal ini. aku meminta uang pada mama dan papa lalu ku gunakan untuk pergi ke dokter. mereka berpikir kalau aku menghabiskan uangnya itu untuk belanja dan pergi ke salon. namun, tak. aku tak begitu tertarik dengan hal itu. tiap kali ku chek-up keadaan ku selalu memburuk. dokter selalu bilang aku harus lebih waspada dan hati-hati. disekolah aku terkenal denga siswi yang paling sering pingsan, aku tak pernah ikut pelajaran olahraga, absen karena sakit pun sering sekali kulakukan. mungkin itu karena daya tahan tubuhku yang sudah tak bisa menahan kanker otakku ini. ibuku dulu pernah bercerita ternyata kakek meninggal karena ia mengidap kanker otak yang dialami sejak ia kecil, dan baru ketahuan saat berumur 20 tahun. dan pada akhirnya ketika ku berumur 10 tahun-an aku sering sangat sering sakit kepala disertai muntah, mata terasa minus, kejang, banyak temanku bilang kalau aku semakin banyak mengalami perubahan sikap, gaya bicaraku berbeda dengan teman sebayaku. dan ketika umurku 15 tahun ku sudah benar-benar tak tahan dengan rasa pusing disertai muntah yang sering menjumpaiku hampir tiap hari dan rasanya semakin mengganas. akhirnya kuputuskan untuk pergi ke dokter. dan hasil ct scan pun menyatakan aku positif menderita kanker otak. sejak saat itu setiap bulan aku chek-up ke dokter tanpa mama dan papa mengetahuinya. aku hanya meminta uangnya lalu kubilang bahwa aku menggunakan uang itu untuk rekreasi atau mentraktir teman.
aku tak punya sahabat ataupun teman. entah karena ku terkenal sakit. mereka menjauhiku. mereka mengira bahwa aku menderita penyakit menular yang mematikan. mereka enggan menjadi temanku. aku sering bertanya pada tuhan "mengapa ku dilahirkan ke dunia ini dengan mama dan papa yang seperti itu keadaannya, dengan penyakit yang setiap hari membuatku menderita tanpa satu orang pun tahu, dan tanpa teman atau sahabat yang bisa merasakan apa yang kurasa?" namun itu tak ada gunanya. ini hidupku. dan menderita adalah takdirku. akhir-akhir ini mama dan papa sering bertengkar. mama memaki-maki papa karena papa ketahuan makan malam bersama sekretarisnya, begitu pula mama. papa mengira mama berbisnis hanya untuk membiayai pacar yang usianya terpaut jauh lebih muda dibanding mama.
"APA????? KAMU TUH BERANINYA MAKAN, JALAN-JALAN, SAMA CEWEK KEGATELAN. JANGAN-JANGAN SUDAH KAU NIKAHI DIA SECARA SIRI YA." suaranya keras terdengar hingga kekamar tidurku dilantai atas. "KAMU PIKIR, KAMU TAK PUNYA SALAH APA??? DASAR ISTRI DURHAKA SELINGKUH SAJA DENGAN REKAN BISNISMU YANG BERONDONG ITU. KELUAR KOTA TAUNYA LIBURAN SAMA-SAMA." begitupula suara papa. itu semua membuatku sakit semakin sakit. sakit karena batinku. begitu pula penyakitku yang muncul kembali tuk menyiksa diriku tuk membuatku mati secara perlahan. "Non, non, boleh bibi masuk?" sambil mengetuk pintu. suara Bi Tini yang seperti orang kecemasan. "Jangan dulu Bi Tini aku sedang pakai baju." jawabku dengan suara yang amat lemah tuk menahan sakitnya penyakit ganas yang kurasakan. aku berbohong pada Bi Tini. tak lama suara Bi Tini tak muncul lagi. aku pikir dia sudah pergi. aku langsung meminum obat yang diberikan dokter lalu terbaring lemah dilantai.
"sudah pagi rupanya. kupikir aku takkan temukan kau mentari. aku pikir tadi malam adalah hari terakhirku mengencani bulan dan bersantai dengan angin malam tuk rasakan kematianku." berbicara sendiri. "Non,, non Bi Tini boleh masuk?" suaranya kembali terdengar. "Iya bi boleh." jawabku. "Ekh non kok ada dilantai gini wualah untung ada karpet, non jatuh yaa. mimpi apa sampai jatuh seperti ini? ayo mandi sama sarapan sudah pagi. non harus kesekolah." suruhnya sambil membereskan tempat tidur yang semrawut. aku terbangun lalu memeluknya. aku menangis aku benar-benar merasakan kehangatan disana. aku seperti hidup. benar-benar rasakan kasih sayang. "non yang sabar yaa, non lagi diuji sama Sang maha Kuasa. mama sama papa non sudah pergi ke kantor." nasihatnya. "Bi Tini boleh aku panggil Bi Tini dengan kata mama?" pintaku. "akh non berlebihan jangan ya nanti nyonya marah sama bibi, gak pantes non." jawabnya. "aku ingin Bi, mama takkan marah ia tak peduli padaku. boleh yah?" rayuku. "baiklah terserah non saja," smabil tersenyum memandangku. aku memeluknya seraya berkata "jangan panggil aku non, panggil aku nak, seperti yang Bi Tini ucapkan pada anak Bi Tini." pintaku lagi. "Iya boleh."
hari-hariku serasa semakin hidup, kasih sayang yang Bi Tini berikan padaku benar-benar kurasakan. meski itu sudah sejak umurku 5 bulan. aku diajarkannya memasak. aku juga membantunya membereskan rumah. namun, sudah 5 hari mama dan papa tak pulang kerumah. entah kemana mereka pergi. aku yakin mereka tak pergi bekerja. mereka menghindar dari masalahnya. hanya aku dan Bi Tini yang kini tinggal dirumah yang dulu pernah kusebut Neraka.
malam yang indah. bintang-bintang berkedip mesra padaku. angin sepoi menyapa rambutku yang terurai dimalam itu. bulan pun bersinar penuh. ku memandang itu dibalkon kamar tidurku yang menghadap kejalanan sepi. diseberangnya terdapat rumah yang tak terlalu megah namun serasa penuh kehangatan disana. Bi Tini bilang itu rumah paling sederhana diperumahan elite sini namun, keluarganya paling akur, tak pernah ada pertikaian, 1 minggu sekali mereka berlibur bersama, kehangatan benar-benar dapat kurasakan dari binar-binar cahaya lampu yang terang. "keluarga bahagia" celotehku.
tiba-tiba penyakitku kembali kambuh. aku mulai merasakan sakit yang amat tak tertahankan. bahkan lebih dari sakit. ini benar-benar membunuhku. aku memegang otakku keras-keras ingin ku bentur sekeras mungkin aku tergeletak dilantai lagi, aku muntah. banyak sekali. pusingnya kembali menyerang dengan sakit yang lebih dahsyat amat dahsyat. wajahku memerah karena tak tahan akan sakitnya yang mengganas. aku ingat kata-kata yang dilontarkan dokter. aku merasakan aku takkan lama.
Esoknya, gerimis dipagi itu. menyelubungi pemakamanku yang membuat keluargaku, orangtuaku, dan Bi Tini, meneteskan air mata. malam tadi adalah benar-benar malam terakhir ku mengencani bulan, bintang, serta menyapa sapaan angin malam. Pelukkan Bi Tini diwaktu itu. adalah pelukkan terakhir dan kurasakan kasih sayang tuk yang terakhir bukan dari Ibu kandung sendiri. aku hanya tersenyum melihat tangis menderai dari air mata mamaku dan papaku. meski mereka begitu selama belasan tahun namun mereka tetap mama dan papaku orang yang berpengaruh dalam hidupku dan memegang peranan penting. kematianku membuat mereka sadar, mereka tak bertengkar lagi, penyesalan yang amat mendalam dapat kulihat dari paras orangtuaku. Kini mama dan papa tau semuanya. semua tentang aku, hidupku yang sebenarnya, dari buku catatan hidupku yang ternyata selalu Bi Tini liat ketika ku memegangnya. Itulah kisah mengerikan hidupku.
"Pah, Mah, besok hari sabtu. ke puncak yu?" ajakku saat makan malam.itu pun tanpa terencana. biasanya mereka pulang tengah malam. ketika ku memulai membuka lembar mimpiku.
"hahhahahahahah." serempak mereka tertawa. aku malah bingung dan mengerutkan keningku.
"sayang, kamu itu kayak yang enggak tau aja, mama dan papa tak punya waktu untuk itu." sambil mengusap rambutku. "iyah nak, papa besok mau ke Singapore ada meeting penting tentang kerja sama bisnis papa." ujar papa. aku hanya diam. melihat tingkah laku mereka yang selalu sibuk. "mama pun besok akan ke Pontianak mama harus ngecek keadaan pabrik disana sekaligus ada rapat penting bersama karyawan. so, kamu sama mama dan papa ditinggal dulu ya." tersenyum padaku. "terserah mama dan papa saja, sana kerja sampai kalian benar-benar tak akan peduli padaku!!!" aku menangis sambil berlari ke kamar tidur.
sejak kecil, aku diurus oleh bibi Tini. ia sudah kuanggap sebagai mama. mama yang benar-benar impianku. sejak kecil aku sering ditinggal oleh mama dan papa. ketika umurku 5 bulan-an. mama dengan mudah melepaskan aku dan menyerahkan tugasnya kepada bi Tini. demi pekerjaannya. mereka pun tak tahu kalau ku mengidap penyakit. aku ingin bercerita pada mereka namun ku tahu mereka takkan pernah peduli. pasti ku malah diacuhkan untuk yang kesekian juta kalinya. tiap bulan ku chek-up ke dokter menanyakan keadaan diriku sendiri. tak ada yang tahu. Bi Tini pun tak mengetahui hal ini. aku meminta uang pada mama dan papa lalu ku gunakan untuk pergi ke dokter. mereka berpikir kalau aku menghabiskan uangnya itu untuk belanja dan pergi ke salon. namun, tak. aku tak begitu tertarik dengan hal itu. tiap kali ku chek-up keadaan ku selalu memburuk. dokter selalu bilang aku harus lebih waspada dan hati-hati. disekolah aku terkenal denga siswi yang paling sering pingsan, aku tak pernah ikut pelajaran olahraga, absen karena sakit pun sering sekali kulakukan. mungkin itu karena daya tahan tubuhku yang sudah tak bisa menahan kanker otakku ini. ibuku dulu pernah bercerita ternyata kakek meninggal karena ia mengidap kanker otak yang dialami sejak ia kecil, dan baru ketahuan saat berumur 20 tahun. dan pada akhirnya ketika ku berumur 10 tahun-an aku sering sangat sering sakit kepala disertai muntah, mata terasa minus, kejang, banyak temanku bilang kalau aku semakin banyak mengalami perubahan sikap, gaya bicaraku berbeda dengan teman sebayaku. dan ketika umurku 15 tahun ku sudah benar-benar tak tahan dengan rasa pusing disertai muntah yang sering menjumpaiku hampir tiap hari dan rasanya semakin mengganas. akhirnya kuputuskan untuk pergi ke dokter. dan hasil ct scan pun menyatakan aku positif menderita kanker otak. sejak saat itu setiap bulan aku chek-up ke dokter tanpa mama dan papa mengetahuinya. aku hanya meminta uangnya lalu kubilang bahwa aku menggunakan uang itu untuk rekreasi atau mentraktir teman.
aku tak punya sahabat ataupun teman. entah karena ku terkenal sakit. mereka menjauhiku. mereka mengira bahwa aku menderita penyakit menular yang mematikan. mereka enggan menjadi temanku. aku sering bertanya pada tuhan "mengapa ku dilahirkan ke dunia ini dengan mama dan papa yang seperti itu keadaannya, dengan penyakit yang setiap hari membuatku menderita tanpa satu orang pun tahu, dan tanpa teman atau sahabat yang bisa merasakan apa yang kurasa?" namun itu tak ada gunanya. ini hidupku. dan menderita adalah takdirku. akhir-akhir ini mama dan papa sering bertengkar. mama memaki-maki papa karena papa ketahuan makan malam bersama sekretarisnya, begitu pula mama. papa mengira mama berbisnis hanya untuk membiayai pacar yang usianya terpaut jauh lebih muda dibanding mama.
"APA????? KAMU TUH BERANINYA MAKAN, JALAN-JALAN, SAMA CEWEK KEGATELAN. JANGAN-JANGAN SUDAH KAU NIKAHI DIA SECARA SIRI YA." suaranya keras terdengar hingga kekamar tidurku dilantai atas. "KAMU PIKIR, KAMU TAK PUNYA SALAH APA??? DASAR ISTRI DURHAKA SELINGKUH SAJA DENGAN REKAN BISNISMU YANG BERONDONG ITU. KELUAR KOTA TAUNYA LIBURAN SAMA-SAMA." begitupula suara papa. itu semua membuatku sakit semakin sakit. sakit karena batinku. begitu pula penyakitku yang muncul kembali tuk menyiksa diriku tuk membuatku mati secara perlahan. "Non, non, boleh bibi masuk?" sambil mengetuk pintu. suara Bi Tini yang seperti orang kecemasan. "Jangan dulu Bi Tini aku sedang pakai baju." jawabku dengan suara yang amat lemah tuk menahan sakitnya penyakit ganas yang kurasakan. aku berbohong pada Bi Tini. tak lama suara Bi Tini tak muncul lagi. aku pikir dia sudah pergi. aku langsung meminum obat yang diberikan dokter lalu terbaring lemah dilantai.
"sudah pagi rupanya. kupikir aku takkan temukan kau mentari. aku pikir tadi malam adalah hari terakhirku mengencani bulan dan bersantai dengan angin malam tuk rasakan kematianku." berbicara sendiri. "Non,, non Bi Tini boleh masuk?" suaranya kembali terdengar. "Iya bi boleh." jawabku. "Ekh non kok ada dilantai gini wualah untung ada karpet, non jatuh yaa. mimpi apa sampai jatuh seperti ini? ayo mandi sama sarapan sudah pagi. non harus kesekolah." suruhnya sambil membereskan tempat tidur yang semrawut. aku terbangun lalu memeluknya. aku menangis aku benar-benar merasakan kehangatan disana. aku seperti hidup. benar-benar rasakan kasih sayang. "non yang sabar yaa, non lagi diuji sama Sang maha Kuasa. mama sama papa non sudah pergi ke kantor." nasihatnya. "Bi Tini boleh aku panggil Bi Tini dengan kata mama?" pintaku. "akh non berlebihan jangan ya nanti nyonya marah sama bibi, gak pantes non." jawabnya. "aku ingin Bi, mama takkan marah ia tak peduli padaku. boleh yah?" rayuku. "baiklah terserah non saja," smabil tersenyum memandangku. aku memeluknya seraya berkata "jangan panggil aku non, panggil aku nak, seperti yang Bi Tini ucapkan pada anak Bi Tini." pintaku lagi. "Iya boleh."
hari-hariku serasa semakin hidup, kasih sayang yang Bi Tini berikan padaku benar-benar kurasakan. meski itu sudah sejak umurku 5 bulan. aku diajarkannya memasak. aku juga membantunya membereskan rumah. namun, sudah 5 hari mama dan papa tak pulang kerumah. entah kemana mereka pergi. aku yakin mereka tak pergi bekerja. mereka menghindar dari masalahnya. hanya aku dan Bi Tini yang kini tinggal dirumah yang dulu pernah kusebut Neraka.
malam yang indah. bintang-bintang berkedip mesra padaku. angin sepoi menyapa rambutku yang terurai dimalam itu. bulan pun bersinar penuh. ku memandang itu dibalkon kamar tidurku yang menghadap kejalanan sepi. diseberangnya terdapat rumah yang tak terlalu megah namun serasa penuh kehangatan disana. Bi Tini bilang itu rumah paling sederhana diperumahan elite sini namun, keluarganya paling akur, tak pernah ada pertikaian, 1 minggu sekali mereka berlibur bersama, kehangatan benar-benar dapat kurasakan dari binar-binar cahaya lampu yang terang. "keluarga bahagia" celotehku.
tiba-tiba penyakitku kembali kambuh. aku mulai merasakan sakit yang amat tak tertahankan. bahkan lebih dari sakit. ini benar-benar membunuhku. aku memegang otakku keras-keras ingin ku bentur sekeras mungkin aku tergeletak dilantai lagi, aku muntah. banyak sekali. pusingnya kembali menyerang dengan sakit yang lebih dahsyat amat dahsyat. wajahku memerah karena tak tahan akan sakitnya yang mengganas. aku ingat kata-kata yang dilontarkan dokter. aku merasakan aku takkan lama.
Esoknya, gerimis dipagi itu. menyelubungi pemakamanku yang membuat keluargaku, orangtuaku, dan Bi Tini, meneteskan air mata. malam tadi adalah benar-benar malam terakhir ku mengencani bulan, bintang, serta menyapa sapaan angin malam. Pelukkan Bi Tini diwaktu itu. adalah pelukkan terakhir dan kurasakan kasih sayang tuk yang terakhir bukan dari Ibu kandung sendiri. aku hanya tersenyum melihat tangis menderai dari air mata mamaku dan papaku. meski mereka begitu selama belasan tahun namun mereka tetap mama dan papaku orang yang berpengaruh dalam hidupku dan memegang peranan penting. kematianku membuat mereka sadar, mereka tak bertengkar lagi, penyesalan yang amat mendalam dapat kulihat dari paras orangtuaku. Kini mama dan papa tau semuanya. semua tentang aku, hidupku yang sebenarnya, dari buku catatan hidupku yang ternyata selalu Bi Tini liat ketika ku memegangnya. Itulah kisah mengerikan hidupku.
Sabtu, 19 November 2011
good bye
aku terlahir dengan penyakit yang amat membuat ibuku selalu cemas dan itu amat kubenci dalam hidupku. penyakit ini pun sudah hampir parah sekali. bahkan dokter mulai memprediksikan sisa hidupku. semakin dewasa semakin parah dan ganas penyakit ini, semakin tak berdaya pula tubuh ini, dan semakin semakin cemas pula ibu hingga ia merelakan pekerjaannya demi aku. kini ia bukan wanita karir lagi. ia pun menyewa suster untuk merawatku dirumah. aku tak sekolah secara biasanya. home schooling. ku tak tahu dunia luar seperti apa dan bagaimana. dari kecil ku sudah dikurung dirumah yang penuh dengan perhatian dan kecemasan yang membuatku terkadang bosan dan membencinya sampai umurku 14 tahun. aku tak punya teman selain satu boneka yang amat kusuka dan jadi sahabatku, juga buku-buku catatan tempat dimana ku bisa berinspirasi atau menuangkan rasa sakitku. sakit batin ataupun karena penyakitku ini. ku benci jikalau ku harus meminum berbagai macam obat namun rasa sakitku tetap ada dan aku tak kunjung sembuh. dan ku benci bila ku harus berpura-pura berkata aku baik saja padahal rasa sakitku tak tertahankan aku takut ibu mencemaskanku aku sudah bosan dengan kecemasannya dan kata-kata yang sering dilontarkannya itu-itu saja.
suatu hari ibu pergi ke rumah sakit untuk berkonsultasi dengan dokter yang menangani penyakitku. suara bel berbunyi, aku membuka pintunya. kupikir ibu. ternyata pengantar pizza. kumenutup pintunya. dan kulangsung menelpon ibu dan bertanya apakah dia membelikanku pizza? dan ternyata benar, aku takut pengantar itu salah kirim. kubuka lagi pintunya diamasih ada dan memberiku sebuah kotak yang sudah pasti isinya pizza itu.
"te-te-terima kasih." ucapku.
"sama-sama." jawabnya sambil tersenyum.
ketika ku makan pizza itu sambil menonton tv. tiba-tiba kuteringat rautnya. ku pikir ia tidak tua. aku mengira-ngira bahwa pemuda itu berumur 15 atau 17 tahunan. aku senang dengan senyumnya. dan itu pertama kalinya ada pemuda yang memberiku senyuman. namun tiba-tiba sepertinya anggapan negatif muncul dipikiranku "apakah dia senyum supaya aku membeli lagi pizza-nya?" dan anggapan positif kembali lagi "akh tidak juga senyum itu kan ibadah." itu membuatku bingun. aku tak memerdulikannya namun itu takkan kulupa.
esoknya, ku meminta uang pada ibu. untuk yang pertama kalinya.
"untuk apa?" tanyanya. "biar ibu belikan saja." lanjutnya.
"tidak bu, ku ingin beli pizza sendiri." jawabku. "biar ibu telfonkan ya untukmu."tawarnya.
"tak bu, aku ingin melakukannya sendiri." bantahku menatapnya. "baiklah, tapi ingat jangan macam-macam. ini ibu beri kau uang." dan pergi ke dekat kolam ikan dibelakang rumah.
aku langsung menelpon nomor tempat pizza yang kemarin ibu beli, yang kutemukan ditutup kotaknya.
"hallo aku pesan pizza beef chicken-nya satu diantar ke alamat....."
tak lama, bel berbunyi. kusemangat membukanya. ternyata pemuda itu lagi.
"terima kasih." sambil tersenyum dan tak canggung.
"sama-sama dek," tersenyum.
aku berlari kekamar tidurku setelah memberinya uang tuk membayar sekotak pizza yang sudah ada didepan mataku. aku tertawa sendiri, tersenyum sendiri, dan akhirnya ibuku cemas lagi.
"aku tak apa bu sungguh, aku merasa bahagia saja." menegaskan padanya.
"baiklah. tetap hati-hati ya." sambil menutup kembali pintu kamar.
untuk pertama kalinya aku lupa kalau hidupku dapat dihitung jari. dan untuk pertama kalinya rasa sakitku tak menjerit ditubuhku. malam itu ku tertidur pulas. sangat pulas.
"ibu ayolah aku ingin sekolah diluar. aku baik saja." pintaku dipagi yang cerah itu. "aku tak ingin belajar dirumah." cemberut. "bagaimana ibu bisa yakin kau baik saja sedangkan wajahmu semakin hari semakin pucat!" itu membuatku kesal. ku berlari menuju kamar tidur lalu menguncinya. di hari itu aku kembali teringat akan sisa hidupku.
namun memang tak salah kulihat parasku dikaca aku semakin pucat, terlihat semakin lesu, semakin semakin tak berdaya, dan penyakitku ini semakin semakin semakin parah. suatu malam, penyakitku kambuh lagi, ibu juga ayahku langsung membawaku ke rumah sakit mereka menemukanku tergeletak dibawah lantai. ketika tersadar aku lihat ibu yang sedang mencium tanganku dengan tetesan air matanya, juga ayahku yang mengusap keningku. penyakit ini seperti terus membunuh, menusukku dari dalam. aku hanya pasrah. mungkin ini malam terakhirku berada dibumi.
pagi hari yang indah, kejutan yang tak kuduga dibuat oleh ibu. ibu dan HAH??? pemuda pengantar pizza??? datang menjengukku. pemuda itu berseragam layaknya pengantar pizza sambil memegang sekotak pizza.
"kau suka ini bukan?" tanya ibu sambil menangis. aku memeluk ibu. dan aku tak kuasa tuk menahan tangis dikala ujung hidupku. "hai.. kuharap kau bisa sembuh. aku akan ajak kau untuk mengantar pizza-pizza ke tiap rumah. mau?" sambil tersenyum. aku mengangguk dengan air mata yang semakin menderas. "namaku Rio aku bekerja paruh waktu agar aku bisa membantu ibu membiayai sekolahku. sebagai pengantar pizza." sambil tersenyum dan menyerahkan sekotak pizza yang masih hangat itu. ayah pun ada ia menyusul. kami semua makan siang denga pizza yang ibu beli tadi. disore hari aku kembali. mulai mencemaskan orang-orang disekitarku lagi. dokter sudah tak bisa apa-apa. ia pasrah. aku pun hanya terbaring menunggu kedatangan malaikat yang akan mengantarkanku kealam yang baru dimana entah ku kan bertemu ibu, ayah, dan pemuda pengantar pizza bernama Rio itu lagi. ibu, ayah, dan Rio tetap ada disampingku. mereka mengharapkanku membuka mata. namun semua itu tak kulakukan. aku semakin semakin membuat tangis mereka menderas, apalagi ibu. ia hampir pingsan. aku semakin pasrah aku hanya membuat mereka khawatir dan merepotkan hidup mereka. hingga akhirnya harapanku didengar tuhan. ia memanggilku dengan panggilannya yang begitu lembut, halus, anggun, dan sejukkan hati untuk mengajakku ke tempat-Nya.dan soal Rio sudah kutitipkan surat untuknya kepada ibu. good bye mom good bye dad good bye Rio. just take it there will be no more things that can make you the hassle and worry. I've gone.
suatu hari ibu pergi ke rumah sakit untuk berkonsultasi dengan dokter yang menangani penyakitku. suara bel berbunyi, aku membuka pintunya. kupikir ibu. ternyata pengantar pizza. kumenutup pintunya. dan kulangsung menelpon ibu dan bertanya apakah dia membelikanku pizza? dan ternyata benar, aku takut pengantar itu salah kirim. kubuka lagi pintunya diamasih ada dan memberiku sebuah kotak yang sudah pasti isinya pizza itu.
"te-te-terima kasih." ucapku.
"sama-sama." jawabnya sambil tersenyum.
ketika ku makan pizza itu sambil menonton tv. tiba-tiba kuteringat rautnya. ku pikir ia tidak tua. aku mengira-ngira bahwa pemuda itu berumur 15 atau 17 tahunan. aku senang dengan senyumnya. dan itu pertama kalinya ada pemuda yang memberiku senyuman. namun tiba-tiba sepertinya anggapan negatif muncul dipikiranku "apakah dia senyum supaya aku membeli lagi pizza-nya?" dan anggapan positif kembali lagi "akh tidak juga senyum itu kan ibadah." itu membuatku bingun. aku tak memerdulikannya namun itu takkan kulupa.
esoknya, ku meminta uang pada ibu. untuk yang pertama kalinya.
"untuk apa?" tanyanya. "biar ibu belikan saja." lanjutnya.
"tidak bu, ku ingin beli pizza sendiri." jawabku. "biar ibu telfonkan ya untukmu."tawarnya.
"tak bu, aku ingin melakukannya sendiri." bantahku menatapnya. "baiklah, tapi ingat jangan macam-macam. ini ibu beri kau uang." dan pergi ke dekat kolam ikan dibelakang rumah.
aku langsung menelpon nomor tempat pizza yang kemarin ibu beli, yang kutemukan ditutup kotaknya.
"hallo aku pesan pizza beef chicken-nya satu diantar ke alamat....."
tak lama, bel berbunyi. kusemangat membukanya. ternyata pemuda itu lagi.
"terima kasih." sambil tersenyum dan tak canggung.
"sama-sama dek," tersenyum.
aku berlari kekamar tidurku setelah memberinya uang tuk membayar sekotak pizza yang sudah ada didepan mataku. aku tertawa sendiri, tersenyum sendiri, dan akhirnya ibuku cemas lagi.
"aku tak apa bu sungguh, aku merasa bahagia saja." menegaskan padanya.
"baiklah. tetap hati-hati ya." sambil menutup kembali pintu kamar.
untuk pertama kalinya aku lupa kalau hidupku dapat dihitung jari. dan untuk pertama kalinya rasa sakitku tak menjerit ditubuhku. malam itu ku tertidur pulas. sangat pulas.
"ibu ayolah aku ingin sekolah diluar. aku baik saja." pintaku dipagi yang cerah itu. "aku tak ingin belajar dirumah." cemberut. "bagaimana ibu bisa yakin kau baik saja sedangkan wajahmu semakin hari semakin pucat!" itu membuatku kesal. ku berlari menuju kamar tidur lalu menguncinya. di hari itu aku kembali teringat akan sisa hidupku.
namun memang tak salah kulihat parasku dikaca aku semakin pucat, terlihat semakin lesu, semakin semakin tak berdaya, dan penyakitku ini semakin semakin semakin parah. suatu malam, penyakitku kambuh lagi, ibu juga ayahku langsung membawaku ke rumah sakit mereka menemukanku tergeletak dibawah lantai. ketika tersadar aku lihat ibu yang sedang mencium tanganku dengan tetesan air matanya, juga ayahku yang mengusap keningku. penyakit ini seperti terus membunuh, menusukku dari dalam. aku hanya pasrah. mungkin ini malam terakhirku berada dibumi.
pagi hari yang indah, kejutan yang tak kuduga dibuat oleh ibu. ibu dan HAH??? pemuda pengantar pizza??? datang menjengukku. pemuda itu berseragam layaknya pengantar pizza sambil memegang sekotak pizza.
"kau suka ini bukan?" tanya ibu sambil menangis. aku memeluk ibu. dan aku tak kuasa tuk menahan tangis dikala ujung hidupku. "hai.. kuharap kau bisa sembuh. aku akan ajak kau untuk mengantar pizza-pizza ke tiap rumah. mau?" sambil tersenyum. aku mengangguk dengan air mata yang semakin menderas. "namaku Rio aku bekerja paruh waktu agar aku bisa membantu ibu membiayai sekolahku. sebagai pengantar pizza." sambil tersenyum dan menyerahkan sekotak pizza yang masih hangat itu. ayah pun ada ia menyusul. kami semua makan siang denga pizza yang ibu beli tadi. disore hari aku kembali. mulai mencemaskan orang-orang disekitarku lagi. dokter sudah tak bisa apa-apa. ia pasrah. aku pun hanya terbaring menunggu kedatangan malaikat yang akan mengantarkanku kealam yang baru dimana entah ku kan bertemu ibu, ayah, dan pemuda pengantar pizza bernama Rio itu lagi. ibu, ayah, dan Rio tetap ada disampingku. mereka mengharapkanku membuka mata. namun semua itu tak kulakukan. aku semakin semakin membuat tangis mereka menderas, apalagi ibu. ia hampir pingsan. aku semakin pasrah aku hanya membuat mereka khawatir dan merepotkan hidup mereka. hingga akhirnya harapanku didengar tuhan. ia memanggilku dengan panggilannya yang begitu lembut, halus, anggun, dan sejukkan hati untuk mengajakku ke tempat-Nya.dan soal Rio sudah kutitipkan surat untuknya kepada ibu. good bye mom good bye dad good bye Rio. just take it there will be no more things that can make you the hassle and worry. I've gone.
just for refresh mind and just kidding :)
pagi yang indah, cukup baik untuk pergi ke sekolah, cukup memberi semangat, dan setiap mengingat sekolah disanalah kuingat seseorang. berharap hari ini akan dilalui dengan indah dengan sejuta kebahagiaan yang dapat terukir, serta ilmu yangdidapat tak sia-sia. pelajaran pertama telah dimulai, semua terlihat seperti biasa. tak ada yang berubah hanya saja pelajarannya. terkadang kusapu semua wajah-wajah teman-teman ku saat mereka menyimak pelajaran. dan sesaat selalu ada titik dimana ku harus berhenti sejenak tuk kagumi. walaupun beberapa detik. apabila telah nampak ia kan bergerak, ku langsung alihkan pandangan.tiap 2 jam sekali bel berbunyi pertanda pelajaran harus diganti dan pertanda kami semua siswa harus memandang wajah guru yang lainnya. tetap saja seperti tadi. menyapu semua gambaran wajah-wajah dan terhenti disebuah titik. tak ada apa-apa. kembali lagi menyimak pelajaran. hingga diakhir pelajaran tuk terakhir kalinya, ku mengantuk. dan ku menguap sambil menyapu wajah-wajah itu kembali dan ketika terhenti dititik tersebut ternyata sesuatu terjadi. melihatku!!! kearahku! refleks nguap-ku terhenti. dan kembali duduk siap memandang guru yang sedang membagi ilmunya. ku bayangkan tawaan kecil dari mulutnya keluar. betapa malunya aku.
hari ke-2.
ketika menyiapkan pelajaran teringat ku dengan sekolah. dan ............ huh ku sudah muak. mengapa bila ku ingat sekolah ku jadi ingat akan hal-nya? dia bukan siapa-ku?aneh!!!! ku sudah berjanji pada diriku hari ini dan seterusnya bila kusapu wajah-wajah temanku lagi ku takkan berhenti dititik itu dan takkan menyapu titik tersebut. alhasil, janjiku terpenuhi. tak kutengok sedikitpun. hanya teriakkan suaranya yang kupikir menyakitkan ditelingaku namun rasanya mudah sekali tuk kurindukan. "uuuaaaaaaa hueekkkk mengapa ku harus berkata seperti itu? mengapa ku harus berfikir seperti itu? tapi aku pun heran entahlah itu yang kurasa.
pantas langit gelap, mendung, gerimis, dan angin yang bertiup semakin kencang selubungi suasana hari itu. memang janjiku terpenuhi tapi pada saat jam pelajaran saja. berbeda ketika bel pulang berbunyi itu pun tak kusengaja. ia nampak marah, seperti membenciku. apa salahku? aku tak berbuat apa-apa padanya? dasar orang aneh!!! aku pun semakin keheranan. dan lebih parah lagi aku pun heran mengapa ku terus memikirkannya, sedangkan ku amat memebncinya, dan dia bukan siapa-siapa ku namun ku selalu merasa ad sesuatu. terkadang aku pun bersikap tak biasa.!!!! very strange.
hari ke-2.
ketika menyiapkan pelajaran teringat ku dengan sekolah. dan ............ huh ku sudah muak. mengapa bila ku ingat sekolah ku jadi ingat akan hal-nya? dia bukan siapa-ku?aneh!!!! ku sudah berjanji pada diriku hari ini dan seterusnya bila kusapu wajah-wajah temanku lagi ku takkan berhenti dititik itu dan takkan menyapu titik tersebut. alhasil, janjiku terpenuhi. tak kutengok sedikitpun. hanya teriakkan suaranya yang kupikir menyakitkan ditelingaku namun rasanya mudah sekali tuk kurindukan. "uuuaaaaaaa hueekkkk mengapa ku harus berkata seperti itu? mengapa ku harus berfikir seperti itu? tapi aku pun heran entahlah itu yang kurasa.
pantas langit gelap, mendung, gerimis, dan angin yang bertiup semakin kencang selubungi suasana hari itu. memang janjiku terpenuhi tapi pada saat jam pelajaran saja. berbeda ketika bel pulang berbunyi itu pun tak kusengaja. ia nampak marah, seperti membenciku. apa salahku? aku tak berbuat apa-apa padanya? dasar orang aneh!!! aku pun semakin keheranan. dan lebih parah lagi aku pun heran mengapa ku terus memikirkannya, sedangkan ku amat memebncinya, dan dia bukan siapa-siapa ku namun ku selalu merasa ad sesuatu. terkadang aku pun bersikap tak biasa.!!!! very strange.
Senin, 14 November 2011
aaaaaaaaaaarggggggggghhhhhh
tiap ku mengingat akan hal itu, hal yang paling menyebalkan paling membuatku muak tuk mengingatnya. aku ingin semua itu lupa dari otakku, dan tak akan kembali lagi kedalam pikiranku. namun, entah mengapa ku tak bisa. apa yang ingin kulupakan justru malah semakin ku ingat. itu semua sangat menggangguku. aku ingin dia pergi dari hidupku, ku tak ingin wajahnya selalu hadir disela-sela kelengahanku. aku pun menyesal dan amat menyesal telah mengenalnya. ia selalu buatku bad mood, ia selalu buatku tak bersemangat, ia selalu buatku marah amat marah, hingga ku sangat membencinya. namun entah mengapa selain ku membencinya terkadang ku merasa kasihan padanya. aku bingung terhadap perasaanku sendiri. aku tak tau harus bagaimana. aku membencinya namun aku pun menyayanginya. aku ingin dia pergi dari hidupku, tapi terkadang timbul rasa agar dia jangan tinggalkan aku. mengapa jadi seperti ini? mengapa ku berat tuk lupakannya padahal aku kira itu semua tak terlalu penting bagiku.? dia bukan siapa-siapa-ku. dia hanyalah angin yang berlalu dan mencoba singgah didalam ketenangan hidupku dan mungkin ingin mencoba tuk rapuhkan aku tuk pecahkan aku hingga ia dapat tertawa sepuasnya!!!! I hate Falling in love!!! tertawalah anda sepuasnya bersama dirinya setelah anda membuat hidup saya berantakan!!!
Kamis, 10 November 2011
candaaaa
masa pubertas. ya ku sudah mengenalnya. ku mengenal ku pun mulai menyukai lawan jenisku. namun entah mengapa ku benci bila ku mulai menyukai seorang, ataupun mengaguminya. ku benci ketika ku mulai memikirkannya, ku benci ketika ku mulai ingin menatapnya walau dari jarak jauh. ku benci ketika ku lihat dia sedang bersama orang lain. aku benci itu !!!! aku sangat membenci hal itu. namun ku senang jika ia menghubungiku walaupun untuk bertanya atau sekedar membicarakan hal-hal yang aku rasa itu tak penting. aku juga suka kalau melihat ia ada, aku suka kalau melihat ia berolah raga, aku suka ketika ia melirikku, aku suka ketika ia berbicara padaku, aku suka, aku senang itu. namun, aku benci ketika ia telah bersama orang lain, aku benci ketika ia hanya ingin mempermainkan aku, aku juga benci ketika ia mulai tak care padaku, aku beni ketika ia mulai jarang menghubungiku, dan aku sangat membenci ketika sebenarnya ia tak suka padaku. ia hanya ingin memancing perasaanku. dan aku senang jika ia terluka!!! i want you feel what i feel!!!
I hope I will be part of your life
ku tahu kini ku beranjak dewasa. begitu banyak perubahan dalam diriku. hampir 100%. terutama sikapku. banyak teman-teman semasa kecilku berkata bahwa ku telah berubah jauh dari apa yang mereka duga. penilaian mereka pun beragam negatif or positif. namun, ku hanya bisa menerima baik kritik ataupun sraan mereka karena seperti inilah aku sekarang. dan aku merasa aku nyaman seperti ini. perubahan yang paling menonjol adalah sikapku. dulu semasa SMP aku termasuk anak yang dikategorikan seperti tidak mempunyai warna hidup. aku selalu sendiri, penyendiri, pendiam, terlalu serius, jarang tersenyum ataupun tertawa, dan juga lugu. teman-teman se-SMP-ku tak pernah mengenalku sebagai anak yang jail, friendly, kocak, dsb. memang benar di SMP aku seperti itu karena aku tak temukan orang yang bisa kuajak untuk curhat, ataupun ngobrol. kebanyakan tak sejalan ataupun tak sesuai dengan karakterku yang seperti itu.terlebih ku sering menangis dengan alasan yang tak jelas. karena ku lelah ku hanya bisa merenungi, menerima, semua masalah yang berdatangan secara sendirian. aku seperti hidup sendiri didunia ini tanpa seorang yang lain. sering ku menjerit dalam hati ku ingin cepat-cepat lulus dari sekolah. aku benar-benar tak nyaman selama 3 tahun itu, ingin ku bicarakan pada ibu. namun kupikir itu hanya akan membuat masalah semakin bertambah. aku ingin merubah hidupku. aku tak ingin masa remajaku itu seperti ini. ku ingin menikmatinya hingga kudapat kenangan yang bisa kuceritakan pada ank cucuku.
namun, kini berbeda. setelah ku lulus. aku bukan lagi orang yang penyendiri, aku bukan orang yang terlalu serius, pendiam, jarang jail ataupun tidak kocak. berbeda sekarang ku lebih terbuka, mencoba untuk lebih dekat dengan orang-orang disekitarku, bahkan setelah ku mengenal mereka lebih dekat. aku sering menjailinya, aku termasuk anak yang kocak, bahkan mereka pikir aku anak yang paling ceria, ada juga yang bilang aku cuek. ya memang benar dulu sewaktu SMP aku terlalu jaim. tapi sekarang aku tak ingin seperti itu. aku ingin jadi diriku sendiri yang apa adanya. biarkan orang menilai apapun yang penting aku jadi diri sendiri inilah aku tak ingin mengada-ada ataupun diada-ada. biarkan orang tau aku yang sebenarnya. dan kini aku pun temukan orang ataupun bisa kupanggil sahabat terbaik yang benar-benar sesuai denganku, ia mengerti apa yang kubicarakan, ia sejalan, dan aku merasa nyaman mengobrol dengannya. terlebih dia sering buatku tertawa. aku tak menyesal benar-benar tak menyesal mengenal dia. apa yang tak ku ketahui akhirnya kudapat tahu, apa yang asing bagiku akhirnya itu biasa bagiku, dan semua itu berawal darinya. sejak ku mengenalnya. thanks my buddy. :) I hope I will be part of your life.
namun, kini berbeda. setelah ku lulus. aku bukan lagi orang yang penyendiri, aku bukan orang yang terlalu serius, pendiam, jarang jail ataupun tidak kocak. berbeda sekarang ku lebih terbuka, mencoba untuk lebih dekat dengan orang-orang disekitarku, bahkan setelah ku mengenal mereka lebih dekat. aku sering menjailinya, aku termasuk anak yang kocak, bahkan mereka pikir aku anak yang paling ceria, ada juga yang bilang aku cuek. ya memang benar dulu sewaktu SMP aku terlalu jaim. tapi sekarang aku tak ingin seperti itu. aku ingin jadi diriku sendiri yang apa adanya. biarkan orang menilai apapun yang penting aku jadi diri sendiri inilah aku tak ingin mengada-ada ataupun diada-ada. biarkan orang tau aku yang sebenarnya. dan kini aku pun temukan orang ataupun bisa kupanggil sahabat terbaik yang benar-benar sesuai denganku, ia mengerti apa yang kubicarakan, ia sejalan, dan aku merasa nyaman mengobrol dengannya. terlebih dia sering buatku tertawa. aku tak menyesal benar-benar tak menyesal mengenal dia. apa yang tak ku ketahui akhirnya kudapat tahu, apa yang asing bagiku akhirnya itu biasa bagiku, dan semua itu berawal darinya. sejak ku mengenalnya. thanks my buddy. :) I hope I will be part of your life.
Langganan:
Postingan (Atom)