Rabu, 17 Juli 2013

Joko, Tania.

Kita sebut saja Joko dan Tania. 2 sejoli yang sangat terkenal keakrabannya di salah satu sekolah menengah atas ternama. mereka terkenal sangat akrab dalam hal-hal yang saling memojokkan atau merugikan sebelah pihak. ya, bukan karena pertemanan yang begitu akrab namun karena permusuhan yang melekat. sebenarnya otak dari semua ini adalah Tania. gadis cantik yang dikenal sombong, jutek, pemarah, pemilih, super jail, tidak ramah, dan blablabla masih banyak lagi. dan korban dari otak kejailannya ialah Joko. si cupu yang super culun, dengan penampilan yang memancing otak kejailan Tania, serta sifat pemaaf, penyabar, dan tak mendendam yang membuat Tania betah untuk menjailinya.
hari pertama sekolah, setelah libur yang mengenyangkan. baru pagi saja Joko sudah mendapat berbagai peristiwa. mulai dari diserempet mobil Tania sewaktu akan kesekolah sehingga ia jatuh dan badannya kuyup oleh lumpur. tak puas, ketika masuk kelas dan membukakan pintu, setumpuk tepung mengenai badannya lagi. belum puas hingga ia akan duduk pun badannya kembali terhempas kelantai karena kaki Tania menendang kakinya. Tapi apa? Joko hanya tersenyum dan diam. didalam hatinya ia selalu mendoakan agar Tania menyukainya. menyukainya?
Tania mempunyai sejuta cara untuk melumpuhkan Joko. yang ia inginkan hanyalah melihat, mendengar dan memperhatikan Joko saat marah. namun tak pernah ia dapat. sepertinya tak akan pernah puas. di kantin Joko mendapat kejutan dahsyat, bakso yang dimakannya dicampuri semangkuk cabai oleh Tania, hal itu membuat Joko kepedasan, si cupu yang sedang risih karena mulutnya terbakar ini mengalami nasib yang ebnar-benar naas. Tania mendekatinya dan... "Joko kamu kenapa? kepedesan? ini aku bawa minuman buat kamu." ujar Taniasambil menyodorkan segelas teh. Joko menerimanya dengan tangan terbuka dan.. "bhuuuuuurrrrrr." sepertinya lahar dingin meleleh dari mulut Joko. minuman yang diberi Tania ternyata sangaattttt asiiin. alhasil Joko pun mengalah dan pergi. tawa Tania menjadi ending dari cobaan yang dialaminya.
dasar Joko. yang tak pernah mendendam. nyatanya ia selalu membantu Tania. Tania yang kerepotan dengan semua mata pelajaran kecuali seni, menggerakkan hati Joko untuk menolongnya. tulus hatinya dengan sabar membantu Tania, walaupun terkadang Tania jutek, ketus, memarahinya, bahkan mengacuhkannya."Kamu tuh jangan so baik deh Joko, sampai kapanpun kamu akan tetap menerima berbagai kejutan selama kamu disini. ingat itu !!!" ancamnya. Joko hanya tersenyum manis memandangnya.
 ***
Disuatu pagi. "Pak seperti biasa turunkan saya disitu yah, dan keluarkan sepeda saya." ujar Joko pada pak Marhan. sopir pribadinya. "Baik den, tapi kenapa to den harus selalu seperti ini. padahal saya punya banyak waktu untuk mengantar den Joko sampai ke sekolah. bila perlu saya antar den Joko kekelas deh." jawab Pak Marhan. "hahah, sudahlah pak. saya hanya ingin seperti ini. tolong turuti ya Pak." tersenyum manis. "baiklah den, saya hanya bisa menuruti perintah den Joko."mengangguk.
hari ini hari senin. jadi pasti ada upacara bendera sebelum kegiatan belajar mengajar dimulai. di akhir upacara bendera, Joko dipanggil kedepan karena telah memenangkan olimpiade tingkat tertinggi dalam berbagai mata pelajaran. walaupun smeua teman menertawakannya. namun, ia tetap senyum. karena ia yakin, hanya ini yang dapat ia lakukan untuk menjadi bumerang tajam.
***
hampir setengah semester menjadi kelas 12. tak henti tiap harinya ada saja yang membuat Joko harus waspada. sewaspada apapun Joko namun, tetap saja terkena otak kejahilan Tania. ia sudah terlalu terbiasa. sehingga tak menghiraukannya. bahkan untuk melapor pada orang tua dan guru pun ia rasa tak perlu. sepertinya Tania sudah lelah. dan kehabisan cara. ia pun lelah merogoh kocek untuk membeli apapun yang dapat melumpuhkan Joko. akhirnya 1 cara yang ditempuhnya. ia berubah, jauh dari yang diduga. 
***
"akhir-akhir ini Tania aneh mbo, saya heran. tak tahulah apa maunya. dan apalagi otak busuknya. memang dia berubah menjadi baik, ramah, dan tak menjaili saya lagi. tapi justru itu membuat saya curiga dan harus lebih waspada. rasanya ia mulai centil pada saya mbo.."  ujarnya sambil meneguk orange juice didapur menemani mbo Minah suami dari Pak Marhan. Mbo Minah, sudah Joko anggap sebagai ibu kedua setelah ibu kandungnya. setiap pulang sekolah pasti ia curcol dengan Mbo Minah. apapun ia ceritakan tak ada bagian yang terlewat. tak heran jika Mbo Minah satu-satunya orang yang paling mengnal Joko dengan baik. "hahaha den Joko ini, centil apanya? wah jangan-jangan ia suka sama den Joko. Mbo jadi penasaran.." dengan tangan yang penuh buih ditempat pencucian piring. "ah Mbo tak mungkinlah." keningnya mengerut. "yaa Alhamdulillah to kalo sudah ndak ngejailin den Joko lagi, Mbo Minah kan jadi ndak perlu khawatir. khususnya ndak perlu nyikat seragam den yang tiap harinya dilumuri tepung, lumpur..." dipotong. "syuuuut ah sudah, Mbo lagi gak konek nih." meninggalkan dapur. "eiits. den den, mau ta kasih saran ndak? weleh-weleh malah pergi. pie to.." ujarnya.
***
sudah 2 bulan. Joko harus rela merubah les privatnya dimalam hari ataupun dihari yang lain. hanya demi... Tania. 2 bulan yang lalu, ia meminta bantuan Joko agar mengajarinya menjadi anak yang pandai layaknya Joko. entahlah apakah akal busuk atau benar-benar telah berubah. Joko hanya bisa membantunya sebaik mungkin. menerimanya dengan hati yang tulus. setiap hari sepulang sekolah Joko diminta kerumah Tania untuk membantunya belajar. 
***
"Nah Tania, pakai cara yang ini saja. biar lebih mudah nih gini nih..." ujar Joko sambil menerangkan. matanya terfokus pada apa yang diterangkan, gerak-gerik tangannya pun ikut fokus. sepertinya semua tubuh terkendali. tapi Tania malah asik memandang Joko yang ternyata dari tadi ia tidak memakai kacamata super cupunya. "Tan... Tan.. kamu negrti kan? Tan.." menghallo didepan wajahnya. Tania tetap fokus pada pandangannya. Joko keheranan, ia melihat badannya dari ujung kaki hingga ubun-ubun tapi sepertinya tak ada yang salah. "Tan..Tan.." tetap tak bergerak. akhirnya ia memukul meja dan... "Brakkkkkkkk !!!!!!" 
"Eh...eh...eh Ganteng.. ganteng banget.. Ehh ehhh salah.. eh bener. ehhh.  eh...." ujar Tania kaget. Joko tertawa dan bertanya "apanya yang ganteng Tan?" Tania yang melihat ekspresinya, penuh sneyuman dan tawa, tawa yang mengembang dan sedikit tahi lalat di atas bibirnya dan diujung matanya membuat Tania .... "euu...euuu...hmmm..hmm.. aaahh sana pulang. sana lo pulang.cepet sana pulang" mendorong badan Joko keluar dari rumahnya."eh... eh Tan, belum selesai. Tan." ujarnya mengelak. namun pintu telah tertutup. "Tania kenapa yah?" semakin heran. 
Tiba dirumah. "Eh Mbo Minah. sini sini." ujarnya. "Iya den." membungkuk. "coba deh liat, ada yang salah emang?" berdiri, memutar-mutar badan. "hmmm ada.. ada.. den Joko ndak pake kacamatanya tuh." menunjuk. "HAH??Pa..pantas." menghela nafas. "iya den ini pantesan ndak pake kacamata. tapi tu bajunya ndak usah dimasukin gitu, rada-rada gahol gitu lho den." ujarnya. "ah udah aku mau kekamar." kebingungan. "weleh-weleh anak muda anak muda." menggelengkan kepala. 
***
"Ah masa sih Tan, sampe segitunya loe." ujar Fiza teman sejawat Tania. "Suwer deh Za, ngapain coba gue boong sama loe, ganteng banget Za, mirip deh kayak idola gue. itu tuh si Revaldi. tapi cueknya gak ada matinya." melipat tangan. "gue gak percaya Tan, musti ada bukti." ujar Fiza." Eh Za, btw idupnya si Joko juga misterius banget. ngerasa ganjil gak sih lo? tiap dibagi raport akhir suka dibawa sendiri. udah gitu pokoknya kehidupan priadinya tuh gak ada bocornya dikiiiiit aja. sampe-sampe loe tau gak rumahnya dia?" mengerutkan kening mondar-mandir, berfikir. "Eh, bener juga lu Tan, ho'oh dia idupnya misterius banget anak-anak aja pada gak tahu kayak gimana." ikut heran. "sini..sini gue punya ide." berbisik
***
kejadian minggu lalu. seperti daun disapu angin. Tania sama sekali tak mengusiknya. dan proses belajar Tania oleh Joko pun lancar-lancar saja. semua seperti kembali normal. normal? 
"Nah aku kasih PR buat kamu. kalo banyak berlatih cepet bisanya." ujar Joko sambil membereskan buku-bukunya. "iyah deh. Thanks yah Joko udah bantuin gue. eh udah ampir malem gue anterin lo pulang yah?" tawar Tania. "ah..hmm.. eng..enggak.. enggak usah. aku naik sepeda aja Tania." tersenyum keheranan. "yaelah, ntar kalo kenapa-kenapa dijalan tau rasa lo." ujarnya. entah mengapa itu membuat Joko tersentuh. "ah..hmm gak akan Tan. aku pulang naik sepeda aja. eh Tan aku pulang yah." terburu-buru. ia langsung mengayuh pedal, dan hilang dibalik pagar. "eh jok, jokoo jookkooo." teriaknya. "hmm makin bikin penasaran lu Jok, gak akan nyerah gue. bakal gue cari lu Jok." gertaknya dalam hati. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar