Di Perpustakaan.10.00 a.m. "Hei Jok." menepuk pundak. "Eh hei Tan." agak terkejut. "mana PR-mu?" tanya Joko. "hmm nanti aja deh pas lo kerumah gue. lo periksa hasil kerja gue. bakalan gak nyangka deh." sambil mencomot camilan sedikit demi sedikit. "paling kamu cuma bisa 1 nomor hikss hikss hikss." meledek. "Yeeeeeee, yaelah mentang-mentang lu udah gue angkat jadi guru privat udah sombong seangkasa." memandang sinis. "hahaha gak usah gitu juga, Tan. aku cuma cek-cek aja." meledek. "cuk-cak-cuk-cek aja, tau ah. sampe ketemu." meninggalkan ruangan. entah mengapa, Joko hanya merasa tak ingin jika Tania meninggalkannya. wajahnya yang selalu kusut, bibirnya yang menari sinis, serta pandangan yang tajam, seakan menjadi kebahagiaan tersendiri bagi Joko. "Huuuh, aku tau Tan. aku tau kamu melebihi diri kamu sendiri. Kau hanya....." terpotong. "TengggggTengggggTengggg!!!!" pertanda masuk kelas. "baiklah." ujar Joko meninggalkan ruangan.
***
"Taniaaaaa. Permisi. Taniaaaa." suara Joko terdengar didepan pagar rumah mewah Tania. "Oh, hei Jok." melambaikan tangan dari pintu depan seraya mendekati. "cepet masuk gue udah nunggu lo dari tadi, gak sabar besok ulangan. come on." ujarnya tersenyum. baru kali ini. Untuk pertama kali Joko melihat Tania tersenyum padanya. Joko semakin bersemangat.
***
hari demi hari seakan berbeda bagi Joko dan Tania. Tania? Entahlah, keraguan, kecurigaan, kewaspadaan Joko terhadap Tania seakan sirna. yang ada hanya kebahagiaan, dan sedikit keusilan yang memancing tali keakraban mereka. akrab? memang sekarang akrab yang aslinya. Tania selalu mendapat nilai tinggi dalam berbagai test. tak hanya di satu mata pelajaran. juga di mata pelajaran lainnya. guru-guru pun sulit untuk mempercayainya. Joko pun merasakan kebahagiaan tersendiri. ia merasa percaya bahwa Tania benar-benar ingin belajar dengannya tak ada maksud yang lain. minggu ke minggu pun berlalu. mereka akrab layaknya sebuah persahabatan. persahabatan? yaaaa, bisa disebut lebih dari itu juga. namun mereka tak pernah menyadari. "Tan, sejak kapan lo jadi naksir sama dia?" Fiza sinis. "Hah???? maksud lo?" membaca buku. oh yah, sekarang Tania pun kemana-kemana pasti membawa buku.ia rajin membaca buku. semakin sulit untuk dipercayai. "itu tuh si Joko." semakin sinis. "Yaelah, lo nih masa aja gue suka sama si Joko cupu itu. lo tau kan gue musuhnya dia.." terpotong. "Ya tapi kan sekarang lo beda banget. lo malah akraban sama dia dibanding sama gue." semakin semakin sinis. "hahahha, lo cemburu? ngapain juga?" mengerutkan kening. "Tan, seluruh siswa di sekolah ini. udah tau kalo ternyata lo jadian sama Joko karena keakraban lo sama dia. dan gue gak cemburu lo deket sama dia. gue cuma penasaran aja. seorang lo yang terpandang, dan punya level tersendiri buat milih cowok, bisa-bisanya..." terpotong. "udah deh. percaya sama gue. gue gak suka sama dia. apalagi jadi pacarnya? idiiih ogah tralalala." ujarnya meninggalkan Fiza. "Heh Tan !! Tan!." melipat tangan. Joko yang mendengar semua itu dari balik lorong kecil merasa kecewa. entah. "Aku tau kamu melebihi dirimu sendiri Tan." ujarnya sambil menuju kekelas.
***
sudah hampir 3 bulan kedekatan mereka semakin melekat.apalagi dengan ditambahnya jam belajar tambahan. karena Tania meminta Joko untuk mengajarinya lebih lama, demisebuah alasan Ujian Nasional yang semakin dekat. Nonton bareng, makan bareng, maen game, dan kegiatan lainnya semakin menambah tali pertemanan mereka. Mereka juga punya tempat favorit yang selalu ereka kunjungi yaitu di Danau beberapa blok dari rumah Tania. Joko pun kini tak canggung untuk tertawa lepas didepan Tania. ia pun kini berani menjaili Tania. apalagi ledekannya untuk Tania semakin berkualitas. semata-mata hanya untuk hiburan semata. namun, setiap Joko kerumah Tania ia selalu merasakan ada keganjilan,sesuatu yang mengganggunya. ingin ia tanyakan namun, sepertinya Joko sudah mendapata jawabannya.
***
"Thanks Jok, berkat lo gue lulus. gue lulus dengan nilai yang gak gue duga. gue gak nyangka. Thanks banget." ada setetes embun yang menggenangi kantung matanya. Joko menyekanya. Apa menyekanya???? Ya entah keberanian apa yang muncul darinya. "Sama-sama. gue seneng lo seneng Tan. lo sekarang udah jadi anak pinter. orang tua lo pasti bangga." nadanya tersusun lembut. "Hahahahhahhahahhahahah." tawa bertabur tangis. Joko keheranan. "sampe ketemu dimasa depan Tan." mengibas rambut Tania, lantas meninggalkannya. Tania, entah apa yang membendung dan menahannya. ia malah terpaku ditanah bumi. bukan menyusul Joko seraya..... "Jokooo." berteriak. "Iya?" menoleh. "Maafin gue. selama 2 tahun lo disini mungkin lo gak betah sama tingkah laku gue yang super gila. tapi.."terpotong. 2 tahun??? memang Joko ialah murid pindahan.pindahan dari sekolah dengan daerah yang berbeda. "Gak apa-apa. gue udah maafin lo." tersenyum dan pergi, mengayuh sepedanya. Tania terduduk ditanah. Ia menangis. entah kenapa. namun ia merasakan penyesalan yang amat berat. penyesalan yang mungkin mengganggu seumur hidupnya. Ia merasa kata maaf Joko tak cukup untuk menutupi kesalahan ia pada Joko. tiba-tiba seseorang mendekati Tania mengangkat badannya membantunya berdiri. "Tan, kejar dia.dapetin apa yang harus lo dapetin termasuk dari dirinya." ternyata Fiza. dimata Fiza, Tania kini anak yang sangat malang. benar-benar malang. ia pun merasa sangat kasihan pada sahabatnya itu.karena ia tahu...... "gue pergi dulu Za." ujarnya. meninggalkan Fiza.
***
mobil sport Tania melaju kencang. Ia mencari Joko.ia tahu Joko naik sepeda dan ia pikir dengan mobil sport-nya pasti akan terkejar. namun apa? "kemana sih si Joko. kok udah ngilang lagi, " hatinya tak tenang. matanya pun berlumur air mata. setelah 2 jam berkeliling ia tak menemukan Joko. pantas, Joko sebenarnya tak naik sepeda. seperti biasa ia dijemput dipersimpangan jalan lantas naik mobil bersama sopir pribadinya. Mobil sport Tania terhenti, ia memukul-mukul stir-nya. Ia merasa gagal. padahal seharusnya hari ini ia bahagia. Ia menangis semakin keras. Dan sesuatu menimpa dirinya..
***
"Iya halo, maaf ini siapa?" tanya Joko ditelepon. "Jok, ini gue Fiza. temennya Tania gue dapet nomor rumah lo dari catatan yang ada di guru BK.lo bisa gak ke Rumah Sakit.penting banget Jok. Please." tangisan pun terdengar nyata baginya. "Oh, Fiza. Hah?? ada apa Fiza??" ujarnya. "udahlah pokoknya gue tunggu di Rumah Sakit 3 blok dari sekolah kita." dan sambungannya terputus.wajahnya memucat. "Ayo Jok. kita susul Papamu ke London. Come on." wajah berseri-seri. "Mah," lesu. "Yah, kenapa kamu Joko?" memberi perhatian penuh. "Joko gak bisa pergi Mah." mengagetkan. "Apa??? gak bisa dong sayang. Mama sudah pesan 2 tiket pesawat cepat. Papa mu ingin kita segera tiba disana. ayolah apa sih yang kamu pikirkan? kuliah? kan nanti kamu kuliah disana. bukannya kamu juga yang minta." keheranan. "Mah, ada sesuatu..."terpotong. "sesuatu apa? udahlah. ayo tuh setengah jam lagi kita take off ntar telat lagi. yuk ah." menggandeng tangannya. "tap..." terpotong lagi. "Aaah sudah yuk." entah apa yang membuat Joko seperti robot.Ia tak bisa apa-apa. gandengan Mamanya pun sangat erat. terlalu banyak hal yang ia pikirkan sehingga membuatnya ragu untuk menuruti perintah Fiza.
***
2 tahun berlalu. selama 2 tahun pula setelah kesembuhan Tania dari komanya selama 1 bulan ia tak henti mencari Joko. setiap detik tak henti ia memikirkan Joko. dan setiap akan petang ia pergi berlari ke Danau dan menabur makanan ikan seperti hal-nya yang ia lakukan saat bersama Joko. Ia seperti orang gila. kuliahnya pun tak beres. Ia sering bolos. alasannya hanya untuk mencari Joko. Amarah Mama dan Papanya menggunung dipikirannya. belum lagi, pertengkaran mereka yang tak pernah usai. Hingga Tania pernah berusaha mencoba bunuh diri. namun aksinya terhenti oleh Fiza. sahabat yang selalu setia dan memberinya perhatian penuh. Fiza pun sering menginap dirumah Tania. dengan alasan mengurus Tania dan menjaganya. Mamanya yang pulang larut bersama lelaki lain sudah menjadi tontonan biasa. apalagi judi besar-besaran yang dilakukan Papa Tania dirumahnya sendiri. Fiza pun semakin tak tega meninggalkan Tania sendiri. Ia semakin malang, nasibnya sungguh naas. "Za, Joko jahat yah." setiap hari hampir lebih dari 25x Tania mengucapkan kata itu. Fiza hanya bisa menanggapinya dengan lembut dan mencoba menenangkannya. minggu dmei minggu pun berlalu, kondisi Tania semakin mengenaskan saja. Fiza takut Tania menjadi kurang waras. sampai-sampai Fiza menyewa suster untuk menjaga Tania ketika ia kuliah. Fiza sangat sayang pada Tania. tiap hari Fiza pun tak lelah mencari informasi mengenai Joko. dan akhirnya, ia mendapatkan alamat rumah Joko.
***
"Jadi, Bi. dimana Joko sekarang?" tanya Tania. air matanya sudah berlinang sejak awal. "Iyah Bi, bisakah bibi memberi tahu kami?" ujar Fiza. mengusap dada Tania. "Hmm maaf Non, saya tak tahu den Joko sekarang ada dimana. saya pun heran biasanya den Joko selalu bercerita pada saya. tapi sekarang tidak.setahu saya waktu itu ibunya mengajaknyake bandara." papar Mbo Minah. "Apa?? Bandara?"Fiza kaget. "Za, Joko jahat yah." air matanya semakin menderas. tak tega melihat Tania. Mbo Minah menceritakan segalanya. semuanya. persis yang selalu diceritakan Joko. "Joko menyukai Non Tania. dia selalu bercerita apapun tentang Non Tania. sepulang sekolah pasti nyamperin bibi. Joko sangat suka ketika Non Tania cemberut, tapi katanya kalo Non Tania tersenyum itu semakin membuat Non Tania cantik............" dan blablablabla kisah panjang yang diceritakan Mbo Minah mengungkap segalanya. khususnya identitas Joko yang sebenarnya. yang tak seperti Tania dan Fiza duga. "Maaf yah Non. bibi juga kalo tahu ndak akan diumpet-umpetin. semoga cepat ketemu. bibi juga sudah kangen." mengantar menuju gerbang. "Iyah Bi, Makasih yah. doakan saja yah Bi. permisi. selamat malam." meninggalkan rumah Joko. "andaikan den Joko disini." menggelengkan kepala.
***
3 tahun berlalu sia-sia bagi Tania. Ia hanya mencari dan mencari Joko. Tania pun sampai harus ke psikolog karena kondisi mental nya yang semakin rentan. namun, karena kegigihannya dan usaha Fiza sahabatnya membuat hati Tania tergerak untuk menuruti apa kata Fiza. "Udah Tan, jangan ditangisi lagi. bisakah kamu bayangkan Tan. disini kamu menangisinya setiap hari setiap detik. sedangkan ia tertawa untuk hal yang lain selain kamu. jangan buat hidupmu sia-sia Tan." mendekati Tania. "Makasih Za." tersneyum tipis.
Akhirnya, setelah beberapa bulan kemudian. Tania mulai bisa kembali kuliah.setelah semua aktifitas kuliahnya terhenti karena kondisinya yang dulu sering marah-marah tak jelas sampai mengacak-ngacak ruangan seperti orang yang kesurupan. Tapi kini, ia berusaha kembali ceria. Fiza sering mengajaknya ke forum-forum yang dapat memabngkitkan semangatnya. Fiza pun sering mengajaknya berlibur. Ia tak pernah mengajak Tania pergi ke danau, Fiza takut keadaan yang ia anggap sudah lumayan baik sirna karena sedetik kenangan.
***
1 tahun berlalu. kuliah Tania sangat baik. Ia dikenal sebagai mahasiswi yang aktif dan berprestasi. sekarang umurnya sudah 22 tahun. "Za gak nyangka gue udah tua yah?" ujarnya ketika ia akan meniup lilin yang tertancap dikue ulang tahunnya. "haha iyah Tan, gue seneng. meski cuman lo sama gue yang ngerayain ulang tahun lo. tapi lo harus yakin Tan, gue bakalan ada buat lo." memegang tangan Tania. "Thanks Za, gak ada lo gue gak tahu kayak gimana mungkin gue udah jadi gelandangan." memeluk. dan tertawa bersama. Ayah Tania dipenjara karena hutangnya yang melimpah dan perusahaan yang jatuh bangkrut. Ibunya pergi bersama laki-laki lain. Tania mengira bahwa Ibunya telah bercerai dari Ayahnya.kini, ia hidup dirumah Fiza. hanya keluarga Fiza yang rela menerima kehadiran Tania.
***
2 tahun sudah. diusia Tania yang ke 24 tahun. akhirnya ia lulus. dan mendapatkan pekerjaan yang menjanjikan. itu semua berkat hasil belajar, usaha, dan doa yang selalu ia panjatkan. Fiza sudah lebih dulu lulus. bahkan ia sudah menikah dan sedang mengandung. Tania tak lagi tinggal dirumahnya. Ia sudah punya kontrakan yang bisa menampungnya.........
Tidak ada komentar:
Posting Komentar