Sabtu, 20 April 2013

semalam. hujan menghujat atap rumahku. kamarku semakin dingin. menusuki tulang kering. ditengah amukannya ada tetesan mata yang ikut terurai basahi malam. entah apa yang ku pikirkan. namun ku rasa ku tengah dalam kegelisahan. ku rasa tuhan mengujiku tuk berada diposisi bawah. entah apa yang buatku mengamuk. dan entah apa yang buatku luluh. mungkin ku terbuai oleh ocehan orang. entah karena benteng percayaku padanya memudar. namun itu miris sekali. perih yang dulu pernah ku kubur. tergali tanpa henti. entah apa yang ku mau. namun ku rasa dia telah jahat padaku. terlelap aku dengan selimut tiap tetesnya. ku bermimpi. dalam mimpi, ku benar teramat senang. seperti tak ingin bangun lagi. sesuatu mengajakku terbang sejenak. ku punya sayap. sayap yang indah. dia memegangku. mengajakku melihat lebih dekat cakrawala. entah apa yang merasuk jiwaku. dalam balutan bahagia. sayapku patah. darah mengalir deras. hingga ku terhempas ke tanah bumi. hujan bersihkan darah yang menyayatku. ku cari dimana dia. tapi tak ada. ku tak bisa bangkit. mengerang aku didalam hutan yang kelam. berharap dia yang mengajakku terbang kan datang. ku panggil dia. namun jawabannya adalah guruh yang semakin marah. rasanya ku ingin ke tempat dimana ku tak ada di dunia dan di mimpi. sama saja. sesuatu menyorotiku entah apa. ternyata, ayahku. dia memegangku waspada. luka dan darah karena sayap yang patah masih membekas. tubuhku penuh oleh baluran darah. ia mengusap wajahku lembut. menggendongku. membawaku. ku tak tahu namun ku merasa aman. dia pelita yang datang dalam amukan badai. ku tak bisa mengingat apapun. yang ku tahu, kini ku bingung apakah aku masih dibumi atau bukan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar