Selasa, 17 Desember 2013

Your Promise

"ku berjanji, kan berjumpa dengan sepasang mata itu." menyibak air matanya. "tap..tap..tapi.." terisak. "sudah sekian kali ku berjanji padamu dan selalu kutepati, bukan?" meyakinkan. dia hanya bergumam.
***
"Permisi pak, ada yang ingin bertemu dengan bapak." agak membungkukan badan. "oh iyah, suruh dia masuk, aku sudah janjian dengannya." melepas cerutu. "Pak.." tersenyum ramah dan berusaha sopan. "wah..wah.. Tomi. rupanya kau sudah.. hmm hahahha, mari-mari duduk." memegang pundaknya dan mempersilahkan untuk duduk. "Kau mau menagih janjiku bukan?" ujarnya. "hmmm, saya kira..." terpotong. "tidak mungkin, mana mungkin saya sia-siakan orang pintar sepertimu, Tom. mana mungkin saya lupa janji saya sama bapak kau itu, hahaaha."berdiri dan menghadap ke arah jendela kaca. "jadi bagaimana bapak?" tanyanya ramah dari belakang. "Tak usah risau nak, besok kau mulai bekerja." memegang pundaknya. "benarkah itu pak? te..terima kasih pak." berangkulan.
***
Menjadi tenaga perencana dan operasional industri pertambangan mungkin akan menjadi awal permulaan sumber penghidupannya. Tomi anak pertama pasangan Guntur dan Afifah adalah anak yang teramat cerdas yang lahir dari keluarga kalangan biasa. Awalnya Alm.Guntur ayahnya, tak yakin jika Tomi bisa melanjutkan pendidikannya. namun kerja keras Tomi dalam belajar mengantarkannya pada sebuah keberuntungan. Ia diterima di Fakultas Teknik Geologi Universitas ternama di Indonesia tanpa biaya sepeser pun. Adiknya Tania dan Tami. Mereka pun tak kalah cerdas layaknya kakaknya Tomi. Namun nasib mereka tak segemilang nasib Tomi. Tania dan Tami sempat putus sekolah. waktu itu Guntur ayah mereka meninggal akibat penyakit jantung yang dideritanya. Tania tak bisa melanjutkan bangku SMA begitu juga Tami terpaksa putus sekolah dari bangku SMP. Afifah hanyalah buruh cuci, penghasilannya tak cukup untuk membayar segala kebutuhan Tania, dan Tami. begitu pun Tomi walaupun mendapatkan banyak beasiswa tentunya Afifah tak lepas untuk membiayai kebutuhannya. kematian Guntur, sangat mengiris kehidupan mereka. Tomi sempat berfikir untuk berhenti kuliah dan mulai mencari pekerjaan. namun Afifah melarang keras "Nak, kamu ini sudah hidup susah mau putus sekolah. apalah arti hidup Nak, tak mau ibu jika kau harus miskin harta juga miskin ilmu. biarlah rezeki Allah Ta'ala yang ngatur. ibu yang ikhtiar, kau pun berusaha agar sukses kelak bisa sekolahkan adik-adikmu ini." tegur Afifah 5 tahun yang lalu. Akhirnya solusi terbaik Tomi ialah bekerja sambil kuliah. Ia bekerja disebuah cafe malam. Tak jarang jika Tomi waktu itu sering jatuh sakit akibat kelelahan. Namun, itu semua tak menghalangi tekadnya. upah, hasil Ia bekerja ditabung untuk membiayai adiknya sekolah. Alhasil dengan kerja kerasnya Tania dan Tami bisa kembali sekolah. Kisah perjalanan kehidupannya tak selalu semata-mata untuk membela keluarga tercinta. Ada selipan kisah menarik darinya, masa itu telah tiba ketika ia harus merasakan bagaimana rasanya mencinta dan dicinta. Karin adalah cinta pertamanya. Tomi bertemu dengan Karin dikantin kampus. Karin adalah mahasiswi fakultas gizi masyarakat. sejak pertemuan itulah perjalanannya kian berwarna.
***
"Apa??? Kau keterima?" lewat telepon genggam pemberian Dosennya dulu, Ia bisa menghubungi keluarganya kapan saja. "Ia Kak, Alhamdulillah Tania bisa sekolah kayak kakak." nada girang dan nampak sumringah jelas terdengar. Tania sengaja meminjam telepon genggam sahabatnya untuk mengabari Tomi bahwa ia diterima di Perguruan Tinggi Negeri ternama Fakultas Farmasi dengan nasib yang sama seperti kakaknya tanpa biaya sepeser pun. "Alhamdulillah, kamu harus bisa manfaatin kesempatan apapun itu, ok?" ujar Tomi. "iyah kak, doakan aku ya kak." balasnya. "Pastinya Tania, kabari Ibu kalau kaka juga sudah diterima bekerja. doakan kaka biar bisa membeli rumah disini dan memboyong kalian kesini." ujarnya. "Alhamdulillah kabar baik, pastinya kak Tania kasih tau ibu. pasti ibu seneng banget kak."
***
2 tahun berlalu. Tomi sangat menggilai pekerjaannya itu. Ia memang cocok dibidang tersebut. tak jarang bos-nya selalu memuji hasil pekerjaannya. Ia bekerja dengan gigih dan sungguh-sungguh. karena apa? karena Ia harus menjemput sejuta impiannya. "Nak, kapan kau pulang? kayak malin kundang aja ibu ditinggal sama Tami. ibu kangen." lewat telepon tetangga. "Iya bu, tunggu yah bu. Maafkan Tomi bu, belum bisa pulang." ujarnya lembut. "Kau jangan kirim uang banyak-banyak, nanti disana kau kelaparan nak." cemas. "Alhamdulillah bu, kan kata ibu rezeki sudah ada yang ngatur. tabung saja bu untuk Tami. nyusul kelak seperti aku dan Tania hehe." ujarnya. "iya,iya, ibu juga tabung itu. Tania juga Tom, gaaaakk pulaaang pulaaaang, ibu cemas hp-nya susah dihubungi cuman kirim ibu sms lewat Bi Marni." benar-benar cemas. "Doakan bu, mungkin Tania sedang kejar targetnya agar cepat-cepat lulus dan bekerja jadi bisa bahagiakan ibu." menenangkan. "kalian itu sudah jadi hafalan wajib dalam setiap doa-doa ibu." ujar Afifah. "Alhamdulillah terima kasih bu." balas Tomi.
***
4 tahun berlalu. Tomi semakin mapan dibidangnya. tabungannya semakin berlimpah. namun itu semua semakin membuatnya gigih bekerja. "Kaka cepet pulang aku gak mau tau, wisuda ku harus ada kaka." Tania cemas lewat hp barunya yang dibeli hasil dari nabungnya itu. "iyah iyah Tania sayang adik kaka yang bawel, kaka juga sudah beli baju khusus buat wisuda Tania nanti." balasnya sambil sibuk ini-itu terdengar hiruk-pikuk aktivitas mungkin para karyawan. "ibu juga kemarin beli kebaya baru lho kak bagus deh ibu cantik makin muda hehehehe." pujanya. "yasudah kaka harus kerja nih, nanti kalo jam makan siang ditelpon lagi ya. Assalamualaikum."
***
Akhirnya nama Tania Adinda Guntur Afifah telah dipanggil. Ia kini sudah mempunyai gelar. wajah sumringahnya sangat khas, senyum dari bibir tipisnya lebar membuat matanya tampak menyipit. tangis bangga dan haru dari Afifah tergenang. Ia bangga melihat anaknya itu. keberhasilan Tomi dan Tania membuatnya semakin teringat pada Almarhum suaminya. "Taraaaaaa nih " Tomi menyodorkan beberapa tangkai bunga untuk Tania. "Asik makasih yah Kak." semakin bahagia, lalu ia memeluk ibunya. Afifah. "Ibu, Tania janji akan bahagiakan ibu, bikin ibu lebih bangga dari apa yang terjadi di hari ini." tangisnya jatuh dipundak Afifah. "Terima kasih Nak, untuk segala pencapaian dan kerja kerasmu. ibu bangga bangga bangga sekali. terima kasih Ya Allah..."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar