***
"dadaaah. terima kasih yaa" melambai pada Delisa. Ia pulang duluan berhubung nebeng dengan temannya yang satu lagi. dia mudah akrab sehingga temannya pun semakin bertambah. "ttiiiiiiiidiiiiiiiiiiiittttttttttttt.. !!!!""eeehhhh...!!!!!" terhenti. "kamu tidak apa-apa?" seseorang mengulurkan tangan. "hmmm ti..tidak..tidak." bangun sendiri. eeehhh kenapa orang ini? "Maaf membuatmu kaget." tersenyum. "ehh..hmm se..seharusnya aku yang meminta maaf. tadi..anu..tadi aku melamun. jadi aku tidak tengok kiri kanan." tersipu. "haha, tidak apa-apa. rumahmu dimana? mari kuantar." tawarnya. "ehh.. ti..ti..tidak usah. masih banyak angkutan umum kok." malu-malu. "tidak apa-apa. aku takut kamu masih shock. mari." alisnya terangkat. "hmmm." gumamku.
***
"terima kasih."tersenyum "sama-sama." jawabnya. "kau tidak akan mampir dahulu?" tawarku kembali. "hmm tidak, aku harus segera pergi. semoga shock-mu tidak berkelanjutan ya dan jangan banyak melamun. haha." tawa yang manis. "heheh iya iya jangan cemaskan aku. terima kasih." malu-malu.
***
mengapa? huaaahhhh rencana-Nya memang tak selalu diduga. baru saja ku obrolkan dia dengan Delisa di kumpulan wajib tadi. mengapa? "aaahhh kenapa jadi ku pikirkan?" menutup tubuh dengan selimut.
***
"Hai Delisa." sapaku di pagi yang biru. "Hai juga langit." sapanya. "oh ya. aku ingin bercerita padamu.""eitt? tentang apa?" terkejut. "tidak. tidak. ini hal yang biasa. namun entahlah aku ingin dunia tahu." menghela nafas. "baiklah. di forum nanti kita bertemu oke?" janjinya. "oke." sahutku.
***
"hmmm jadi gitu ceritanya. eh kau mau ikut di malam perkemahan perkenalan nanti?" ajaknya. "apa? mengapa aku tidak tahu? huuuh tentu saja aku ingin ikut." jawabku. "baiklah kau se-team denganku oke?" tawarnya. "siapa takut. haha" jawabku. malam perkemahan perkenalan? mungkin semacam acara bermalam digunung untuk berkenalan satu sama lain antar sesama anggota organisasi. baiklah pasti seru. "jaketnya yang merah kan?" tanya ibu sambil ikut membantuku packing. "iya iya. kalau pakai yang hijau kan tipis. " jawabku. "ibu takut kamu kedinginan." cemasnya. "tak akan bu." tersenyum padanya.
"daahh ibu, sampaikan salamku pada ayah. kalau nanti ayah pulang ya bu." melambaikan tangan. "iyaaa hati-hati."
***
"dooooorrrrrr !!!!!" menepuk punggung Delisa. "maaf aku gak kaget sama sekali Langit. langkahmu itu kedengaran sekali." nyolot. "hahaha, baiklah nanti aku belajar padamu." tersenyum. "kau bawa persyaratannya?" tanya Delisa. "tentu dong." meyakinkan.
***
setiba di puncak. seseorang mulai mengkoordinasi jalannya kegiatan. tentunya salah satu dari panitia penyelenggara. "oke oke semuanya kumpul disini. di sumber suara. kita mulai pengecekkan persyaratan yang kalian bawa. cepat cepat." suara itu jelas sekali dengan bantuan speakernya. masing-masing anggota dicek oleh 1 panitia. ketika orang lain sedang ribut ini itu. tiba-tiba.... "boleh dilihat apa yang kau bawa?" seseorang mengagetkan aku. "eh...i..iya kak. silahkan." menyodorkan tas. kenapa orang ini yang menghampiriku? "keluarkan persyaratannya. dan seharusnya kau hafal masing-masing persyaratan itu. " mengangkat tangan. ku keluarkan semua persyaratan untuk mengikuti kegiatan ini. Rahman. maksudku orang itu hanya mengangguk-angguk. tiba-tiba ..... "kak maaf. ada yang lupa tidak saya ambil. " menunduk. "apa itu?" agak sinis. "saya lupa tidak membawa syal gelapnya." ragu. "kau dapat hukuman." nada santai. "hah?" lumayan kaget. "iya, lihat teman-teman disekitarmu juga dihukum jika mereka tidak membawa persyaratan dengan lengkap. baiklah kamu harus bernyanyi." tegasnya di kalimat akhir. "apa kak? menyanyi?" tanyaku. "iya. apakah kau keberatan?" alisnya terangkat. "i....ti..tidak. " jawabku. "oke. menyanyi dengan keras. entah apa yang ada dipikiranku. aku merasa malu menyanyi didepannya. aku takut dengan kualitas suaraku ini. ku takut dia..... "lagu yang lain. bisa kan?" ujarnya. baiklah ku nyanyikan lagu kesukaanku. entah apa yang membayanginya, tapi mengapa dia menatapku seperti itu. dan entah mengapa canggung sekali. tenanglah. tidak-tidak aku hanya baru saja mengenalnya. pria aneh.
***
"baiklah sekarang kalian dirikan tenda. kalau sudah selesai kalian boleh istirahat selama 25 menit. " komando itu kembali bergema. "huhh sudah capek diteriaki gara-gara tidak bawa identitas diri. malah disuruh bikin tenda. sial sekali." keluh Delisa. "hahah, ayolah semangat kamu kan gak sendirian."ujarku. "kau tadi dihukum?" tanya Delisa dengan bibir yang dimainkan "hahah tentu saja. aku tadi disuruh menyanyi." jawabku polos. "huuuh enaknya disuruh menyanyi. aku malah dimarahi. dasar. " semakin kesal. "hahah sudahlah." menenangkan.
***
acara malam. "semuanya mendekat ke api unggun dengan membawa syalnya." komando itu sepertinya lama-lama menggangguku. semuanya melingkari api unggun. semua partisipan dibawa ke suasana yang benar-benar berbeda. menyanyi, bercerita, games, dan sebagainya semakin menghangatkan. "hahahhaha aduh tu lelucon lucu banget sih." ujar Delisa tak bisa berhenti tertawa. "hahahha iya tu orang hebat banget." ujarku. semuanya bertepuk tangan dan sama-sama memandang langit bertabur bintang. "Langit indah yah cantik." ujar Delisa. "Makasiih Delisa." ujarku. "yeeee bukan Langitmu. " nyerobot. "baiklah." menjulurkan lidah.
***
"oke kalian semua harus pakai syal-nya. dimulai dari sekarang !!!!" semua orang ribut buru-buru memakai syal sesuai perintah. aku? hanya melototi mereka. mana syalku? tertinggal. "ini" seseorang ... "eh.. ka.kakak." terkaget. "kamu kan lupa. jadi kupinjamkan punyaku. panitia tidak diwajibkan memakainya kok." tawarnya. "baik terima kasih kak" tersenyum. syal cokelat dengan kain rajutan yang begitu hangat ketika menutupi mata ini. "kalian harus memegang tangan seseorang yang ada disamping, didepan atau dibelakang kalian. lalu, kalian harus mencari tahu informasi tentang dirinya. oke?" komando itu lagi. "Baik Kak !!!" serempak. "1 2 3 mulai !" bunyi terompet. yang ku dengar keributan hentakan kaki yang mencari orang untuk memenuhi perintah. aku bingung. siapa? "dapat!!!!" teriakku girang. dengan mata tertutup ku memberanikan diri berbincang dengannya sesuai perintah. tak peduli wanita, atau pria kah, "Hai !" sapaku hangat mengulurkan tangan. "Hai" jawabnya. suaranya... seorang laki-laki. "Hmm kenalin aku Langit." tersenyum. tak peduli dia senyum padaku atau tidak. "oh kamu ternyata Langit. aku Rahman." ujarnya. eitttttt kenapa Rahman? cukup kaget melunturkan senyumku. namun ku pikir nama Rahman tak hanya 1. baiklah lanjutkan. kami mengobrol cukup lama. diberi waktu 15 menitan untuk mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya. aku tahu banyak hal tentangnya. tentang Rahman yang entah Rahman yang mana. namun dari ceritanya sepertinya dia orang yang unik, aktif, manis, smart, dkk. kesimpulannya terlalu banyak dipikiranku hehe. "sekarang kalian harus menjauh dari orang yang tadi berkenalan dengan kalian. menjauhlah." komando berikutnya, apa maksudnya? "Buka penutup mata kalian." komando lagi. buram.buram.buram. dan.. sekumpulan orang-orang bertebaran dimana-mana. "baiklah melingkar seperti semula." ujar sang komando.
***
"Delisa kau tadi berkenalan dengan siapa?" tanyaku. "aku? aku dengan.... Iko sih katanya." jawabnya.
"nanti saya akan tunjuk salah satu diantara kalian untuk berbagi informasi yang telah kalian dapatkan. baiklah aku pilih.........KAU!!!!" ke arahku. "hahh???? aku????" kaget. "Iya. ayo kedepan." menggerakan jari manisnya. kenapa harus aku. aaah sial. malu sekali. "baiklah" malas. "bagikan kepada kita informasi apa yang kau dapat." komando lagi-lagi memberi perintah. "hmmmm, baiklah" menghela nafas. " aku berkenalan dengan seseorang. ku pikir dia laki-laki dari suaranya sepertinya dia laki-laki." suasana hening hanya api unggun yang menari-nari, dengan alunan angin. serta riuh alam. "namanya..Rahman. ya. aku ingat namanya Rahman. informasi tentang dirinya yang kudapat sepertinya, dia baik, manis, smart, aktif, ramah, dan mudah akrab, serta bisa mencairkan suasana. ahh itu saja." tersipu. "okeee good. bagus sekali. apakah kau tahu wajah Rahman itu?" tanyanya. "hahha tentu saja tidak. kau tahu. mataku tertutup dengan syal ini. " jawabku. "baiklah kita panggilkan tim pengamat. yang mungkin tahu kau berkenalan dengan siapa." ujarnya. baiklah aku tak peduli. "ini dia. Mas Irwan. apakah tadi anda mengamatinya?" tanyanya. "tentu. aku tahu namanya Langit. dari name tag yang dikenakannya. dia berkenalan dengan Rahman ini."menunjuk pada si....... pria aneh !!! oh tuhan. "hahaha ternyata kau berkenalan dengan wakil ketua penyelenggara malam perkemahan perkenalan. keberuntunganmu mungkin ya." ujarnya. "haha terima kasih." jawabku. kembalike tempat. semua orang diperlakukan sama. dipertemukan dengan orang yang berkenalan dengannya. tujuannya. agar anggota dapat mencari teman lalu memperkenalkan pada anggota lain sehingga bisa saling mengenal. tapi mengapa aku dengannya? --" mengapa juga aku harus bahagia. haahh sudahlah.
***
Months later. aku semakin tau tentang dirinya. segala hal tentang dirinya. dari kumpulan wajibku yang rajin sekali bersama Delisa. juga dari berbagai kegiatan lainnya. tak dipercaya, aku pun sering chat dengannya via dunia maya. layaknya teman, tapi atasan ketika diforum.
***
2 bulan kami semakin akrab. tak jarang dia mengantar pulang dan mengajak bersantai atau berjalan-jalan. dia juga tak jarang membantu menyelesaikan tugasku. ia cukup piawai soal pelajaran. Delisa pun agak aneh melihatku dnegan tingkah seperti ini dengan dia untuk yang pertama kalinya. dia sering menghubungiku. kita mengenal satu sama lain. dia pun cukup akrab dengan ibuku. ayahku? iya pernah mengobrol 1 sampai 2 kali, karena ayah sering keluar kota untuk bertugas. dia temanku. dia sahabatku. dia saudaraku. dan pada akhirnya dia cinta pertamaku. aku tak bisa mneyangkalnya. karena ini terlalu mudah untuk masuk kedalamnya. dia dekat denganku. kami akrab. tapi kami belum menjadi kekasih. aku harap akan.
***
3 bulan aku mengenalnya. dia pun semakin akrab. dan ada yang ganjil. dia seperti menjanjikan aku sesuatu. menyuruhku untuk bertahan dan bersamanya. dia semakin meyakinkan aku. namun kata-kata itu mengapa tak kunjung tiba? mungkin belum saatnya. pada dasarnya aku menunggunya. entah nyali apa aku begitu berani menunggunya. tingkah dan tutur katanya yang membuatku percaya padanya.
***
lama kami saling mengenal. sampai pada akhirnya. inilah saatnya. waktu itu datang padaku. namun bukan waktu yang ku tunggu. tawa yang dinanti seperti lambaian saja. saatnya ia meninggalkan kampus ini. sudah saatnya ia pergi dan mencari jati dirinya tanpa seorang guru. ia sudah dibekali dengan berbagai ilmu. tinggal mengetes keberaniannya untuk meloncati pagar kenyataan. ku bahagia karena di catatan akhirnya dia bahagia. tapi yang ku tunggu tak selamanya menungguku. setelah acara pelepasan. batang hidungnya tak ku temui. senyumnya yang terkadang samar. ku anggap halusinasi. tawanya yang semu ku harap mimpi buruk. ku tak tahu kemana kau pergi, yang ku tahu menjauhimu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar